18. "Lo terlalu hebat hancurin hati gue dengan janji lo,"

14 2 0
                                    

Di bawah sang mentari pagi, seorang laki-laki berlari-lari kecil mengelilingi lapangan kota dengan telinganya yang disumbat oleh airpods. Ia seperti membangun dunianya sendiri. Ia sama sekali tidak mempedulikan keadaan di sekitarnya, tidak mempedulikan orang-orang asing yang berusaha akrab dengannya. Ia hanya terus berlari tanpa mempedulikan sekitar, namun pikirannya masih terus dipenuhi hal-hal yang berusaha ia lupakan sejak kemarin.

Laki-laki bermanik mata hazel indah yang mencuri perhatian orang-orang itu berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya dan memberikan cairan pada tubuhnya. Tanpa ia sadari, ia sudah berlali mengelilingi lapangan luas ini lebih dari lima kali tanpa henti. Semua ini ia lakukan agar ia melupakan kejadian kemarin yang mengganjal hatinya.

Glebug...

Laki-laki berkaos putih itu memuncratkan airnya ketika seseorang menabrak punggunya dari belakang dengan kencang dan diiringi suara ringisan dari belakangnya.

Dengan kesal laki-laki yang sudah berkeringat banyak itu membalikkan badannya dan terdiam ketika melihat siapa orang yang menabraknya dari belakang.

"H-haris?" Gumam perempuan berkuncir.

Haris memutar bola matanya malas. Orang yang yang sedang ia usahakan untuk dilupakan malah muncul di hadapannya dengan wajahnya yang pucat dan kantong mata yang jelas nampak di bawah matanya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Haris yang sedetik kemudian ia merutuki dirinya sendiri karena bertanya pertanyaan bodoh itu.

"Gue gak kuat sendiri di apartemen, jadinya gue jalan-jalan kesini," sahut Denira.

Haris hanya mengangguk kemudian berbalik untuk melanjutkan larinya sekaligus menjauhkan dirinya dari Denira, namun dengan cepat Denira menahan pergelangan tangan Haris.

"Give me one chance," pinta Denira.

Haris menghempaskan tangan Denira yang menggenggan pergelangan tangannya dengan kasar. Raut wajah Haris seketika berubah. Rahangnya mengeras dan sorot matanya berubah menjadi tajam. Ia berusaha melupakan emosi yang mengganggunya, namun Denira kembali mendatangkan hal yang ia usakahan untuk dilupakan.

"Apa yang kemarin belum jelas buat lo, huh?" Desis Haris tajam. "Apa perlu gue jelasin lagi apa kesalahan lo sama gue?"

"Lo janji sama gue kalau lo gak mau ninggalin gue sendirian lagi, tapi sekarang lo pergi?"

"Bukan gue yang pergi, tapi lo."

"Lo sadar gak sih kalau lo udah buat gue bergantung sama lo, tapi sekarang lo malah ninggalin gue."

Haris menghela nafas panjang sambil memandang ke sekitar untuk memutuskan kontak mata mereka. Haris masih merasakan jantungnya berdegup cepat ketika menatap Denira. Walau ia membenci, jauh dari lubuk hatinya ia masih menyimpan perasaan untuk Denira.

"Haris, jangan cuekin gue gini. Gue gak bisa lo diemin kayak gini," rengek Denira.

Haris mulai merasakan mendapat tatapan penuh tanya dari orang-orang yang berlalu lalang. Tatapan mereka mulai membuat Haris tidak nyaman, ditambah dengan Denira yang terlihat tidak sehat semakin menyudutkannya di tempat terpencil.

"Haris," rintih Denira diiringi dengan matanya yang perlahan mulai terpejam ditambah dengan badannya yang kehilangan keseimbangan.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang