11. Haris dan Skorsing

12 2 0
                                    

Haris memberhentikan motornya tepat di lahan parkir sebuah apartemen yang menjulang tinggi. Udara dingin masih kuat berhembus walaupun hujan sudah hilang beberapa jam yang lalu. Bumi masih basah karena hujan deras yang mengguyur sore tadi.

Di bawah naungan dewi malam, Haris berdiri tepat di depan pintu masuk apartemen. Ia sedang menunggu seseorang keluar dari dalam sana. Ia harap pesan yang ia kirim akan dibaca oleh seseorang yang ia tunggu.

Sudut bibirnya melengkung ke atas ketika ia melihat seorang gadis yang menggenakan piyama biru dengan rambutnya yang berantakan dibiarkan tergerai berjalan mendekatinya dengan muka bantalnya.

"Apa?" Tanya gadis itu sambil mengucek matanya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Haris langsung menarik gadis bertubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Rasa hangat langsung menjalar di tubuhnya. Lagi dan lagi jantungnya berdegup kencang hanya dikarenakan dia. Denira.

"Ris," panggil Denira. Berusaha menyadarkan Haris dari tingkah anehnya di malam hari.

"Biarin gue sebentar aja meluk lo," sahut Haris sambil mengeratkan pelukannya.

Sudut bibir Denira melengkung naik tanpa ia duga. Tangannya melingkar pada pinggang Haris. Denira menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Haris. Dengan jelas ia dapat mendengar degup jantung laki-laki bermata hazel itu. Memburu dan cepat. Sama sepertinya.

"Ra,"

"Hm,"

"Gue boleh minta sesuatu dari lo?"

"Apa?"

"Jangan tingalin gue,"

Denira terkekeh, "Gue gak akan ninggalin lo,"

"Lo janji?"

"Lo kenapa sih?" Tanya Denira heran. Lama-lama tingkah Haris semakin aneh.

"Janji?" Ulang Haris lagi.

"Iya, janji," sahut Denira pada akhirnya bersamaan dengan Haris yang melepaskan pelukannya.

Manik mata hazel indah milik Haris terkunci pada manik mata hitam Denira. Semakin ia mengunci dalam-dalam penglihatannya, jantungnya semakin berdegup cepat. Perasaan yang ia tidak tau tumbuh sejak kapan yang tidak bisa kontrol sama sekali. Semakin ia menahan perasaannya, perasannya akan semakin tumbuh. Memenuhi hatinya dan menguasai dirinya hingga yang selalu ia pikirkan hanya Denira.

Denira melambaikan tangannya berulang kali di depan Haris, namun laki-laki dengan jaket boomber itu tidak kembali dari dunia khayalnya. Tatapan kosong Haris membuatnya tidak bisa mengartikan apa yang sedang dipikirkan laki-laki itu setelah datang malam-malam kemudian memeluknya dan menyuruhnya untuk berjanji tidak akan meninggalkannya.

"Ris," Denira menggoyangkan bahu Haris pelan yang sontak membuat laki-laki itu terkesiap dan kembali ke alam nyata.

"Lo kenapa?" Tanya Denira.

Haris menggeleng sambil tersenyum. "Gue gapapa,"

Denira mengangguk tanda mengerti, "Lo ada urusan apa kesini?"

"Mau lihat lo,"

Denira mengernyit kebingunan, namun sedetik kemudian ia tertawa garing sambil memukul pelan dada Haris.

"Udah malem, lo gak balik? Nanti Mama Papa lo nyariin,"

Haris mengangguk patuh. "Kalau gitu gue pulang dulu ya,"

Denira mengangguk sebagai jawaban walaupun sejujurnya ia masih bingung dengan tingkah Haris malam ini. Haris sangat aneh. Tidak biasanya Haris bertingkah seperti itu.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang