08. A Day With Leonidas Chester

11 2 0
                                    

Pict: Zara Gunawan Rambey
*

"Denira!"

Denira menghentikan langkah kakinya sambil menoleh ke belakang. Tidak jauh dari posisinya, seorang laki-laki dengan jersey basketnya berlari mendekat ke arahnya sambil tersenyum. Mungkin semua orang akan memekik heboh ketika melihat penampilan Leo yang sekarang, tapi bagi Denira, Leo tetap Leo. Laki-laki tukang bully yang kini beralih profesi menjadi laki-laki yang menyukainya. Sudah cukup bagi Denira selama seharian di sekolah mendengar omongan-omongan orang ketika Leo dengan terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Denira di depan semua orang. Denira masih merasakan malu ketika mengingat kejadian itu. Sekarang ia hanya ingin pulang dan tidur. Melupakan kejadian hari ini yang membuat mukanya benar-benar jatuh.

"Lo udah pulang?" Tanya Leo berbasa-basi yang sudah sangat basi.

"Lo gak lihat gue bawa tas? Kalau anak sekolahan bawa tas, artinya mau kemana?" Sarkas Denira.

Leo tertawa sebentar mendengar jawaban Denira. Gadis itu masih saja ketus seperti biasanya padahal seharian ini Leo sudah sangat bersikap manis padanya hingga membuat siswi-siswi lain iri.

"Udahlah, gue mau pul-"

"Jangan." Tahan Leo sambil memegang pergelangan tangan Denira agar gadis itu tidak berbalik pergi. "Temenin gue,"

Denira menepis tangan Leo kasar. "Gak!"

"Please Den," pinta Leo sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Ngapain sih?!"

"Gue ada latihan basket-"

"Lo gila?! Lo nyuruh gue nunggu lo main basket?! Mending gue di rumah tidur," Sungut Denira kesal.

"C'mon Denira, gue perlu lo disana,"

"Gak! Lo jangan ngira gue kayak Zara yang mau-maunya nunggu lo!"

"Gue tau lo emang beda dari Zara bahkan dari semua siswi lain di sekolah, makanya gue suka sama lo,"

Denira bergidik ngeri mendengar kata-kata Leo yang menjijikan baginya. Telinganya memang sensitif mendengar hal semunafik itu.

"LEO! CEPET!" Teriak seorang laki-laki dari lapangan basket yang mereka yakini adalah suara Pak Zafra.

Tanpa mendengar izin dari Denira, Leo langsung berlari sambil menarik tangan Denira menuju lapangan basket. Tentu saja Denira menolak dan terus memberontak sambil memukul keras tangan Leo, tapi tetap saja tenaganya tidak bisa mengalahkan kekuatan Leo.

"Duduk disini ya. Jangan kemana-mana," ucap Leo sambil mengacak rambut Denira gemas.

Denira hanya berdehem sebagai jawaban tanpa mau menoleh ke arah Leo yang sudah berlari menuju tempatnya. Denira bisa mendengar gerombolan perempuan di sebelahnya sedang membicarakan dirinya. Denira berusaha bersikap bodoamat tapi bisikan mereka terlalu keras untuk diabaikan.

"Eh," panggil seorang gadis berambut coklat pada Denira.

Denira menoleh dengan ekspresi datarnya.

"Lo pacarnya Leo?" Tanya gadis itu dengan ekspresinya yang jijik.

Denira tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangnya ke depan. Kembali menatap bola oranye yang dilempar kesana - kemari.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang