07. Hey, Denira

15 2 0
                                    

"Gue mau kita putus."

Zara membulatkan matanya sempurna. Bibirnya terbuka dan tertutup. Ia tidak tau harus mengatakan apa. Ia tau hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja, tapi ia tidak menyangka Leo akan secepat ini mengambil keputusan.

"Enggak! Gue gak mau!" Tolak Zara.

Leo menghela nafas berat. Ia tau ini akan terjadi. Susah untuk memutuskan hubungan dengan Zara yang posisinya sangat menyukainya. Zara tidak akan semudah itu melepaskannya.

"Kalau gue ada salah, gue minta maaf. Kita bisa omongin baik-baik-"

"Tapi gue gak mau," potong Leo enteng. "Gue udah bosen sama lo. Gue bosan bertengkar hal kecil sama lo. Gue capek. Gue ngerasa hubungan kita jadi toxic,"

"Gue bakal berubah demi lo. Tapi, lo jangan tinggalin gue, Leo," Zara menggenggam tangan Leo yang berada di atas meja.

Leo menarik tangannya dengan kasar, "Keputusan gue udah bulat. Kita putus!" Akhir Leo kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya keluar cafe.

Dengan cepat Zara mengejar Leo. Tangannya meraih tangan Leo yang membuat laki-laki itu otomatis berhenti di trotoar.

"Ini bukan karena Denira 'kan?" Tebak Zara.

Leo tertawa sinis, "Kalau misalnya gue bilang kalau ini semua karena Denira, lo mau apa?"

Zara terdiam. Nafasnya tercekat mendengar pernyataan Leo. Sebuah fakta menyakitkan yang tidak pernah ia tau.

"Alasan gue pacaran sama lo itu karena lo itu populer, cantik, disukai banyak orang. Kebetulan lo suka sama gue, jadi gue gak perlu susah-susah buat ngejar lo." Jelas Leo.

"Tapi asal lo tau, sedikitpun gue gak punya perasaan buat lo. Semenjak gue ketemu Denira, gue udah suka sama dia. Gue hampir ngejar dia, tapi karena gue tau dia anak koruptor, gue nyimpen perasaan gue diem-diem. Gue sengaja nge-bully dia karena itu cara gue deket sama dia. Sampai hari ini, perasaan gue ke Denira masih ada. Malah semakin kuat." Lanjut Leo.

"Lo terlalu bodoh, Zara, sampai-sampai lo ngira perhatian gue ke lo itu asli, nyatanya itu palsu."

Leo menghempaskan tangan Zara yang menahan pergelangan tangannya. Leo tidak mempedulikan Zara yang mematung.

"Mulai detik ini, gue bakalan ngejar Denira terang-terangan! Jadi, gue minta sama lo jangan ganggu gue ataupun Denira! Sekalinya gue tau Denira kenapa-kenapa karena lo, gue gak bakalan diem!" Akhir Leo kemudian melangkah menuju mobilnya yang terparkir beberapa meter dari cafe.

Leo melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Mengabaikan Zara yang masih mematung di tempatnya. Ia merasa lega akhirnya bisa lepas dari Zara. Ini adalah awal dari kisah cinta SMA yang sebenarnya.

*

Tok... tok... tok...

Suara ketokan pintu dari luar kamarnya membuatnya harus terbangun dari tidurnya tanpa mimpi. Haris langsung turun dari ranjangnya dan berjalan gontai menuju pintu yang terus diketok itu.

Kriet...

Mata Haris yang tadinya mengantuk langsung berubah menjadi fresh, atau lebih tepatnya lagi terkejut, karena melihat sosok gadis yang masih memakai seragam sekolah berdiri di depan kamarnya sambil tersenyum.

"Hai," sapanya.

"Sejak kapan lo disini?" Tanya Haris kebingungan.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang