12. Leo

14 2 0
                                    

Disinilah mereka berada sekarang. Di taman belakang sekolah yang sepi, jauh dari keramaian. Mereka duduk di bawah pohon jambu setelah bermenit-menit mencari buah jambu yang matang di pohon itu. Ini adalah alasan Haris kenapa ia suka berada di taman belakang sekolah.

"Lo tadi diapain disana?" Tanya Haris memulai obrolan.

"Mereka nanya kenapa gue gak pernah cerita sama mereka kalau gue ini jadi korban bully,"

"Terus lo jawab apa?"

"Gue jawab kalau gue udah biasa digituin. Terus mereka minta maaf karena selama ini mereka gak sadar kalau ada bullying disini,"

Haris mengangguk paham.

"Tentang Leo dan Zara, mereka bilang Leo ceritain semua tindak bullying yang pernah dia lakuin dan dia juga cerita tentang Zara yang nampar gue,"

Haris sekali lagi mengangguk. Ia sudah tau hal ini sebelum Denira bercerita dan Haris sama sekali tidak berniat untuk tau lebih lanjut tentang Leo lagi.

"Leo ngelakuin ini semua karena dia nyesel. Dia gak tau bagaimana caranya minta maaf sama orang-orang yang pernah ia bully, especially gue,"

Haris merespon dengan mengangguk malas lagi. Dalam hati ia berdoa agar Denira berhenti membahas Leo. Ia muak.

"Menurut lo gimana?" Tanya Denira yang membuat Haris menoleh.

"Gimana apanya?" Haris balik bertanya.

"Menurut lo gue harus maafin Leo atau enggak?"

Haris memutar bola matanya sambil kembali menatap ke arah depan. Tiba-tiba saja buah jambu yang tadinya terasa enak berubah menjadi hambar setelah suasana hatinya berubah.

"Terserah lo," sahut Haris ketus.

"Papa gue pernah bilang kalau gue gak boleh jadi anak pendendam. Kalau gue maafin Leo sama Zara, lo setuju gak?"

"Hm," gumam Haris sebagai jawaban.

Sedikitpun ia tidak menoleh ke arah Denira yang sedari tadi bercerita sambil menatapnya dari sebelah. Suasana hatinya sedang tidak baik kali ini. Ini semua gara-gara Leo yang namanya saja sudah membuatnya muak.

"Zara itu temen gue waktu SD. Sebelum Papa gue ditangkap, gue selalu sama Zara. Gue tau Zara anaknya sombong, tapi sama gue baik. Lo tau itu 'kan?"

Haris sontak menoleh dengan ekspresi terkejutnya yang sangat kentara. Senyum di wajah Denira yang mengatakan bahwa semua baik-baik saja tidak berpengaruh padanya.

"Waktu Papa gue ditangkap, itu pertama kalinya gue di-bully sama Zara. Gue gak nyangka dia sejahat itu sama gue padahal gue selalu baik sama dia." Denira mengalihkan pandangnya ke depan. Ia tidak bisa menatap mata hazel itu kali ini. Ada rasa kecewa dalam hatinya ketika mengingat bahwa saat itu Haris berbohong padanya. Haris meninggalkannya begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.

"Waktu itu gue takut, gue sendirian, gue gak punya temen. Semua bilang gue anak orang jahat. Semuanya menjauh. Tapi, ada satu anak laki-laki yang datang ke gue. Disaat semuanya mulai benci sama gue, dia malah mau temenan sama gue. Dia gak peduli status gue sebagai anak koruptor."

Deg!

Jantungnya berdegup cepat seketika. Bohong jika ia tidak terkejut dengan ucapan Denira. Ia berusaha untuk menutupi jati dirinya, namun ternyata Denira tau siapa sebenarnya dia. Haris sengaja menutupi jati dirinya sebab ia merasa bersalah telah meninggalkan Denira dengan janji bullshit yang ia ucapkan sewaktu kecil. Ia yakin Denira pasti membencinya jika ia jujur siapa dia.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang