31. Maaf dan Janji

11 2 0
                                    

Zara buru-buru turun dari ranjangnya ketika mendengar kabar bahagia dari Haris. Ketika kakinya menginjak lantai, Zara hampir saja terjatuh jika Leo tidak dengan sigap menahannya.

Dengan bantuan Leo, Zara melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang inap Denira yang berada tepat di sebelah kamarnya. Zara tidak sabar untuk bertemu Denira dan meminta maaf.

Leo melepaskan genggamannya ketika mereka sampai di depan pintu. Zara menoleh pada Leo dan juga Haris yang tersenyum padanya.

"It's bestfriend time, Zara," ucap Leo.

Zara membalas dengan senyuman kemudian memutar knop pintu dan pada akhirnya ia berada di ruang inap Denira yang hangat. Zara melangkahkan kakinya mendekat pada Denira yang memejamkan matanya dan mengambil duduk tepat di sebelah ranjang gadis dengan infus yang menusuk di tangan kurusnya itu.

"Denira," panggil Zara sambil mencolek pelan bahu Denira hingga Denira membuka matanya dan melirik ke arah Zara yang tersenyum haru. "Hai," sapa Zara.

Denira tidak bereaksi. Gadis yang berbaring dengan alat bantu nafas yang menutupi mulut dan hidungnya itu hanya menatap Zara tanpa menunjukkan ekspresi.

"Lo apa kabar?" tanya Zara basa-basi, namun Denira masih terdiam.

"Gue harap lo baik-baik aja. Lo cepet sembuh ya," Zara tersenyum kaku.

Denira masih diam. Denira hanya menatap Zara kosong, sedangkan pikirannya memutar semua kelakuan Zara padanya. Wajah bulat yang berbicara di hadapannya ini telah membuatnya merasa lemah. Ia tidak bisa menampikkan bahwa Zara adalah salah satu penyumbang beban hidupnya dan juga Zara adalah alasan lelah untuk bertahan.

"Lo gak suka gue disini?" tanya Zara setelah sedari tadi ia berbicara menyatakan penyesalannya, namun Denira masih bersikap sama.

Zara menghela nafas panjang sambil menyisir rambutnya yang berantakan ke belakang.

"Denira," Zara menatap Denira dengan intens. "Gue kesini mau ngomong sesuatu sama lo, gue harap lo dengerin gue kali ini,"

Hening.

Zara mengatur nafasnya yang terasa sesak. "I'm sorry," ucap Zara.

Hening.

"Den, gue minta maaf. Gue tau gue terlalu jahat sama lo. Gue adalah alasan lo menderita selama ini. Gue bener-bener menyesal Denira. Gue gak sekuat lo. Gue gak bisa hidup kayal gini. Please," Zara menggenggam tangan Denira. Air matanya sudah berlinang tanpa ia duga. "Please, maafin gue, Denira. Please,"

Zara menangis sambil menundukkan kepalanya. Ini bukan tangisan yang sengaja ia persiapkan, namun ini adalah tanda betapa ia menyesal dengan semua perbuatannya. Zara tidak sanggup mengatakannya lebih lagi ini. Ia malu pada dirinya sendiri.

Tanpa berkata apa-apa, Denira mengangkat kelingkingnya. Berharap Zara mengerti dengan maksudnya.

Zara menghentikan tangisnya ketika melihat jari kelingking Denira terangkat di atas ranjang. Zara menoleh ke arah Denira yang tidak berekspresi, namun jari kelingking gadis itu bergerak-gerak. Zara tersenyum senang sambil menautkan kelingkingnya pada kelingking Denira.

"Thanks," cicit Zara.

Denira tersenyum kecil di balik selang oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya.

"Now, we are friend." ucap Zara senang.

Deja vu.

"Kita teman?"

"Teman,"

"Gue janji, gue gak akan ninggalin lo sendirian, Denira,"

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang