03. Aneh

15 2 1
                                    

Seorang laki-laki dengan gaya rambut pompadour wavy hair andalannya terduduk di bangku pojok kelasnya sambil terdiam. Ketika teman-teman satu kelasnya ribut untuk mengisi jam kosong, ia hanya duduk tenang tanpa berniat ikut membuat kerusuhan, biasanya ia adalah biang kerusuhan di kelas.

"Lo kenapa diem mulu?" Tanya Edwin setelah kembali dari kerjanya sehari-hari yaitu menebar pesona di kalangan adik kelasnya.

Leo melirik sebentar kemudian kembali fokus pada game di ponselnya itu. Sedetik kemudian game itu tergantikan dengan telfon yang masuk ke ponselnya. Leo berdecak sambil menaruh ponsel yang terus bergetar itu dengan asal.

"Pacar lu nelfon tuh," ucap Edwin.

Leo hanya melirik ponselnya sebentar kemudian mengalihkan pandangnya. Sedetik kemudian Leo meraih kembali ponselnya dan menekan answer kemudian mendekatkannya di telinga.

"Ih kamu kemana aja? Kenapa jawab telfonnya lama?!"

Leo mengusap wajahnya frustasi. "Hm," sahut Leo sambil menahan dahinya pada tangan di atas meja.

"Kamu kenapa ih?"

"Kamu mau ngomong apa?"

"Aku bosen,"

"Terus?"

"Samperin aku ke kelas dong, lagi jam kosong nih,"

"Aku ada guru," alibi Leo.

"Boong ih. Tadi Edwin bilang kalian kosong 2 jam,"

Leo memutar bola matanya sambil menyandarkan punggunya pada kursi. Hari ini ia benar-benar malas melakukan apapun selain hanya diam dan bengong. Rasanya ia ingin pulang dan tidur.

"Leo?"

"Iya iya," sahut Leo lemas sambil berdiri melangkahkan kakinya keluar. Mengabaikan pertanyaan Edwin yang menanyakan mau kemana dirinya.

"Yeayyy makasi sayang,"

"Udah ya, aku matiin telfonnya,"

"Okey,"

Leo langsung mematikan sambungan telfon sambil menyimpan kembali ponsel itu ke dalam sakunya.

Gubrag...

"Aww,"

Leo langsung menoleh ke samping ketika mendengar suara barang yang jatuh diiringi dengan suara ringisan seseorang. Leo mendapati Denira terduduk di lantai dengan buku-buku paket tebal berserakan di lantai.

Leo mengedarkan pandangnya untuk melihat keadaan sekitar dan ia beruntung saat ini keadaan sedang sepi. Leo langsung belok ke lorong sepi tempat Denira berada dengan posisi duduk dan kaki terlentang.

"Sini gue bantu," ucap Leo sambil memegang tangan Denira yang kesusahan mencari pegangan pada tangga di belakangnya.

Menyadari bahwa itu adalah Leo, Denira langsung menghempaskan tangan Leo dengan kasar. Raut wajahnya berubah menjadi datar dan dingin serta sorot matanya kembali dingin.

"Gue bisa sendiri," tolak Denira sambil perlahan berdiri dengan bantuan pegangan tangga yang berhasil ia raih.

"Ngapain masih disini?" Ketus Denira sambil berjongkok untuk mengambil buku-buku yang tidak sengaja ia jatuhkan.

Leo ikut berjongkok dan membantu Denira mengambil buku-buku tebal itu. Leo kemudian membantu Denira berdiri walau Denira menolak, tapi Leo dengan tenaganya yang lebih kuat membantu Denira berdiri.

"Nih," Leo menaruh dengan pelan buku-buku yang ada di tangannya. "Lain kali hati-hati," ucap Leo lembut.

Kedua alis Denira tertaut sempurna. Ia merasa aneh dengan sikap lembut Leo padanya padahal selama ini Leo hanya bersikap kasar padannya dimanapun dan kapanpun.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang