The Ending

19 2 0
                                    

Tanpa memberitahu Denira, Haris mendatangi apartemen Denira. Wajahnya berseri bahagia dan senyuman tidak bisa luntur dari wajah tampannya.

Haris membuka helmnya kemudian turun dari motornya. Senyuman di wajah Haris bahkan mengalahkan bulan di atasnya yang baru saja menampakkan diri.

Dengan penuh keyakinan, Haris melangkahkan kakinya memasuki gedung apartemen. Ia tidak sabar mendengar semuanya dari Denira.

Tanpa perlu bertanya dan tersesat, Haris kini sudah berada di depan kamar Denira. Tepatnya pada lantai tiga nomor 3A.

Ting... nung...

Hening. Tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka.

Ting... nung...

Masih sama.

Perlahan senyuman di wajah Haris menghilang bersamaan terkikisnya kepercayaannya dengan perlahan.

Ting... nung...

Ting... nung...

Ting... nung...

Tok... tok... tok...

"Denira?"

Tok... tok... tok...

"Denira, ini gue. Haris."

Tok... tok... tok...

"Buka pintunya, Denira,"

Tok... tok... tok...

"Denira!"

Haris buru-buru merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Tangan Haris menekan-nekan tombol on, namun ponselnya tidak menyala.

Haris mengacak rambutnya kesal. Seingatnya ia sudah meng-charge ponselnya, namun entah kenapa ponselnya tidak terisi dan juga tidak bisa menyala.

Tanpa berpikir lama, Haris langsung berlari turun menuju lobi untuk menemui resepsionis yang pernah ia titipkan makanan untuk diberikan pada Denira saat Denira harus menghadiri acara pemakaman papanya.

"Permisi, Denira dimana?" tanya Haris pada perempuan dengan setelan blazer hitam itu ketika ia sudah berada di depan resepsionis dengan nafas yang memburu.

"Oh Denira baru saja pergi-"

"Kemana?" potong Haris tak sabar.

"Masalah kemana dia tidak memberitahu, tapi dia membawa koper besar dan bilang mau pindah-"

"Kapan?"

"Tadi pagi. Beberapa menit setelah kamu pergi,"

Haris berdecak kecewa sambil menyisir rambutnya ke belakang. Denira pergi tanpa berpamitan padanya setelah gadis itu berjanji tidak akan meninggalkannya.

"Terima kasih," ucap Haris kemudian buru-buru pergi.

Sejujurnya Haris tidak tau harus mencari Denira kemana. Namun ia akan mencari Denira malam ini kemanapun. Bahkan ia siap mengelilingi kota dan mencarinya di setiap kontrakan bahkan apartemen sekaligus. Haris tidak akan melepas Denira semudah itu setelah ia tau apa yang Denira rasakan untuknya.

Ketika Haris akan keluar dari wilayah apartemen, sebuah mobil mercy hitam memblok jalan keluarnya secara tiba-tiba. Ketika Haris hendak berteriak kesal, tiba-tiba kaca mobil di depannya terbuka dan menampakkan wajah kesal Zara dan Leo.

"Lo kenapa sih?! Bisa gak kalau punya handphone itu gak usah lo matiin?!" teriak Zara kesal yang malah membuat Haris kebingungan.

"Lo kenapa marah-marah?! Gue gak ada waktu-"

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang