Bagian 3 (Pacaran Istilah Halus dari Zina)

425 34 15
                                    

❤❤❤

Jangan memandangku dengan rendah
Hargai aku sebagai wanita
Raihlah aku dalam ikatan yang halal
Karena laki-laki yang shalih
Tak akan pernah mengajak wanitanya pacaran

~Sarah Rahimah~

***

     Pagi ini, Sarah tidak berangkat ke sekolah. Ia merenung di sebuah taman sendirian. Di dalam hatinya, terukir sebuah nama yang selalu ia sebut di sepertiga malam. Sebegitu besar rasa yang ia simpan hingga tak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah. Setiap malam, ia curahkan rasa itu pada Sang Pencipta. Ia memohon, agar dapat menemukan kekasih halalnya usai lulus sekolah.

     Dari arah barat, sahabatnya, Laila, datang menghampiri. Wajahnya tampak berseri-seri, membuat Sarah langsung tersenyum ke arahnya. Laila mulai mencurahkan perasaannya pada Sarah. Karena sejauh ini, hanya Sarah lah yang dapat memahaminya di kala ia sedih maupun bahagia.

"Rah, hari ini gue seneng banget tahu!" ujar Laila dengan girangnya.

"Owh, ya? Kenapa-kenapa? Cerita aja!" balas Sarah bersemangat.

"Gue baru ditembak sama cowok yang gue suka dan gue idam-idamkan, Rah!" ungkap Laila dengan hebohnya.

"Kalau ditembak ya meninggal dong, Laila!" heran Sarah.

"Bukan itu maksudnya!" gerutu Laila.

"Lah terus?" tanya Sarah.

"Aku baru aja resmi jadian sama cowok. Dan hubungan kita sekarang adalah, PA-CA-RAN!" balas Laila dengan penekanan pada kata 'Pacaran'.

"Astaghfirullah, Laila! Kamu pacaran? Istighfar, Laila! Demi Allah, pacaran itu dosa! Dan suatu kesesatan yang nyata!" terang Sarah.

"Mulai lagi deh, lo!" dengus Laila.

"Laila, pacaran itu istilah halus dari zina. Zina mata, kalau saling memandang, lalu timbul syahwat. Zina tangan, kalau saling berpegangan tangan atau memegang anggota tubuh dari yang bukan mahram. Zina lisan, ketika berbicara mesra yang ditujukan untuk yang bukan mahram. Zina telinga, ketika mendengar suara dari yang bukan mahram lalu timbul syahwat. Lalu, untuk membuktikan zina dan tidaknya, kemaluanlah yang akan membuktikannya!" terang Sarah panjang lebar.

"Gue nggak peduli!" acuh tak acuh Laila dan beranjak meninggalkan Sarah.

"Laila, coba kamu renungi kata-kata aku, yah!" saran Sarah agar sahabatnya tak termakan dengan bujuk rayu Syaithan.

"Hem!" deham Laila sambil berjalan gontai.

     Tiba-tiba saja, kakak Sarah langsung menemani Sarah duduk setelah Laila menghilang dari pandangan Sarah.

"Menunjukki seseorang ke jalan yang benar itu memang sulit. Tapi, kita tidak boleh langsung menyerah. Selagi kita mau berusaha, in syaa Allah, Allah akan membantu kita!" ujar kakak Sarah, Muhammad.

"Iya, Kak. Kakak benar, tapi apa salahnya kita terus mencoba! Iya kan, Kak?" balas Sarah.

"Iya, Dek. Sekarang, pemahaman agama kamu sudah bertambah belum?" balas dan tanya Muhammad.

Ada Apa dengan Bid'ah? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang