Bagian 20 (Berbakti Kepada Orang Tua)

240 14 4
                                    

❤️❤️❤️

Seorang anak hendaklah berbakti kepada kedua orang tuanya Bagaimanapun mereka, atas izin Allah, merekalah yang mengurus kita sejak bayi hingga umur kita yang sampai pada hari ini
Mereka pula yang telah menghabiskan biaya agar kita dapat bertahan hidup
Jika dirupiahkan, mungkin mereka dapat melaksanakan haji berulang kali

Selagi orang tua kita masih hidup,
Perlakukanlah mereka sebaik mungkin
Jangan buat mereka sakit hati dengan kata-kata yang kita lontarkan
Jangan buat mereka menangis dengan perbuatan buruk yang tanpa sadar kita lakukan

Ingatlah kalimat ini
Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua
Marahnya Allah adalah marahnya orang tua
Maka janganlah kita membuat kedua orang tua kita kecewa

~Sarah Rahimah~
   
***


     Sarah masih terbaring lemah di rumah  sakit. Sementara kedua orang tua dan kakaknya menunggunya di luar. Ditambah lagi dengan sepasang kakak-adik yang ternyata Hasyim dan Laila. Mereka berharap semoga Sarah segera sadar. 

     Tak lama kemudian, "Bunda!" panggil Sarah yang sudah siuman.

"Sarah!" seru bunda Sarah yang seketika berlari ke dalam ruang inap Sarah dan langsung menghambur ke pelukan anaknya.

     Sepasang ibu dan anak itu berpelukan cukup lama membuat orang-orang yang melihat mereka merasa terharu. Ditambah lagi dengan Laila yang menangis bombay di pelukan kakaknya. Hal ini sangatlah dramatis jika diperhatikan.

"Putri Bunda nggak boleh nangis!" ujar bunda Sarah sembari mengusap air mata putrinya.

"Jazakumullahu khoiron, untuk semuanya yang selalu mendukung Sarah! Alhamdulillah, Sarah dapat melalui operasi ini dengan lancar!" ucap Sarah disertai tangis, haru, dan bahagia.

"Alhamdulillah!" balas Laila yang tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.

     Menurut dokter, Sarah besok sudah diperbolehkan pulang, asalkan selama di rumah, tugas Sarah hanyalah beristirahat. Karena jika ia terlalu banyak beraktivitas, itu akan membuatnya kelelahan, dan kemungkinan ia akan mengalami demam. Sebetulnya, dokter telah menyarankan agar Sarah tetap dirawat di rumah sakit selama dua hari lagi, namun bunda Sarah tak setuju karena biaya perawatannya yang sangat mahal.

     Sementara di sisi lain, Ibrahim dengan ditemani Dzul berada di ruang perpustakaan sekolah. Mereka tampak asyik membaca dan sesekali bercakap-cakap. Mulai dari percakapan yang penting hingga percakapan mengenai Sarah. Dzul sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Dilihatnya Ibrahim tampak termenung sejenak, entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Mikirin apa sih, Him?" tanya Dzul.

"Sarah. Udah 13 hari ini dia nggak masuk sekolah. Sebenarnya dia sakit apa ya?" ujar Ibrahim, dilanjut dengan pertanyaan.

"Ooohh, saya telponin, yah! Biar lega!" ujar Dzul yang hampir mengeluarkan ponsel dari sakunya, namun dicegah oleh Ibrahim.

"Jangan!"

"Loh kenapa? Kalau kangen telpon aja kali!" sahut Dzul.

"Belum mahram!" balas Ibrahim sembari mengusap wajahnya.

"Ya dinikahin lah, Him!"

     Ibrahim tampak berpikir sejenak. Kemudian ia bangkit berdiri untuk meletakkan buku di rak.

Ada Apa dengan Bid'ah? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang