Bagian 22 (Jangan Mengeluh dan Bersyukurlah!)

206 17 4
                                    

❤️❤️❤️

Meski semua berjalan sesuai takdir
Namun perlu ikhtiar untuk mewujudkannya

Di kala gersang kehidupan, jangan kau banyak mengeluh
Di kala cerah kehidupan, jangan kau dustakan nikmat-Nya

~Sarah Rahimah~


     Hujan deras disertai petir turun dengan senangnya. Membuat genangan air yang amat banyak mengelilingi sekolah Sarah. Sarah dan Laila tengah berteduh di bawah atap sekolah sembari menunggu jemputan. Sudah sepuluh menit mereka berteduh, namun belum ada tanda-tanda bahwa sang hujan akan reda.

"Ini dingin banget, Rah," keluh Laila sembari memeluk tubuhnya. 

"Sabar aja, Laila. Insyaallah sebentar lagi hujannya reda," ucap Sarah sembari menyunggingkan senyumnya.

"Aamiin," ucap Laila mengaminkan ucapan Sarah.

     Benar saja, hujannya reda dan diganti dengan matahari yang mulai menampakkan diri. Tampak pelangi terukir jelas di awan yang masih abu-abu itu. Sarah takjub dan memuji Allah karena dapat menyaksikan keindahan alam seperti pelangi. Memang sejak kecil, Sarah sudah menyukai pelangi. Pelangi merupakan perpaduan warna yang indah dan memukau. Membuat siapapun yang menatapnya akan terkesima.

"Akhirnya reda juga ya, Rah," ujar Laila senang.

"Alhamdulillah. Itu kak Hasyim udah jemput kamu, Laila," tunjuk Sarah pada laki-laki yang membawa sepeda motor matic.

"Iya, kamu bener Rah. Aku duluan yah. Assalamu'alaykum," ujar Laila kemudian berlari-lari kecil menuju kakaknya.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Hati-hati ya, Laila," balas Sarah.

"Sarah belum dijemput?" tanya Pak Fathur yang membawa sepeda motornya menghampiri Sarah.

"Belum, Pak," balas Sarah.

"Bagaimana kalau bareng saya saja? Sudah lima belas menit setelah sekolah dibubarkan, tapi kamu belum dijemput. Saya khawatir kamu tidak akan dijembut sama sekali," ujar Pak Fathur menawarkan diri.

"Syukron, tapi biarkan saya menunggu kakak saya saja, Pak. Dia pasti akan segera menjemput saya," tolak Sarah halus.

"Kamu yakin? Baiklah kalau begitu. Saya duluan ya, assalamu'alaykum," ujar Pak Fathur lalu melajukan sepeda motornya.

     Di perjalanan, Pak Fathur masih terbayang-bayang dengan sikap Sarah yang menolak dirinya. Ia paham betul bahwa Sarah tak akan mau menerimanya karena dia bukan mahramnya. Rasa untuk menikahi gadis itu semakin besar dalam dirinya. Dengan umur yang terbilang masih muda, Pak Fathur akan mengeluarkan segenap tenaga untuk menghalalkan Sarah.

     Sementara di sisi lain, Kayla yang badannya sudah basah kuyup tak tahu arah ke mana ia akan pulang. Tadi, dengan sengaja Majnun menurunkannya di tempat ini. Begitu tega dirinya meninggalkannya seperti ini. Karena Majnun tak benar-benar mencintainya. Ia hanya memperalat Kayla agar dapat membuat Laila cemburu. Tapi apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur. Laila yang dulu begitu mencintainya, sekarang sudah tak tersisa sedikit rasa pun untuk dirinya. Ia tak ingin hatinya hancur jika setiap hari selalu mengingat laki-laki yang telah memporak-porandakan batinnya.

     Kayla berjalan saja mengikuti irama air yang mengalir dari tinggi ke rendah. Di persimpangan jalan, ia menyeberang tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Di saat itulah ia hampir ditabrak truk pengangkut barang. Namun beruntungnya, ada seorang laki-laki yang mau menolongnya.

Ada Apa dengan Bid'ah? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang