Bagian 12 (Maulid Bid'ah?)

283 19 8
                                    

❤❤❤

Islam itu mendekatkan bukan membid'ahkan
Islam itu toleransi bukan mengecam
Islam itu cinta damai bukan radikal
Islam itu mengajarkan bukan menyepelekan
Dan bagi Islam, tauhid harga mati

~Sarah Rahimah~


Lagi-lagi masalah bid'ah, banyak sekali kerancuan yang membuat kita seringkali dibingungkan. Tampaknya, hal ini membuat Sarah berniat untuk mengupas seluk beluk bid'ah yang sesungguhnya. Ia selalu berprinsip bahwa bid'ah harus dikupas tuntas secara keseluruhan.

"Maulid itu bid'ah ya, Ustadzah?" tanya seorang wanita bercadar kepada Sarah.

Maulid bid'ah? Apakah maulid bid'ah? Sejak kapan maulid bid'ah?

Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Sarah. Betapa banyak orang yang salah kaprah dalam hal ini. Menurutnya, maulid tidak bid'ah. Apa masalahnya dengan maulid? Maulid nabi adalah waktu lahirnya nabi. Apa ada yang salah dengan itu? Nabi lahir ya lahir, tidak ada hukumnya. Ketika seseorang berteriak-teriak tentang lahirnya nabi bid'ah? Mengapa kita diam saja? Maulid nabi tidak bid'ah.

Maulid dan maulud. Dua istilah yang berbeda. Maulid adalah waktu lahirnya nabi. Sedangkan maulud adalah nabinya, nabi yang dilahirkan. Lalu, apa hukumnya maulid nabi? Maulid nabi tidak ada hukumnya. Qadar Allah lah yang menjadikan beliau lahir. Dan dengan qadar itu, beliau memiliki misi dalam hidupnya, yaitu mencari bekal untuk kembali kepada Allah. Jadi, jika ditanya mengenai kelahiran seseorang, tidak ada hukumnya dalam hal ini.

Sarah merenungi ceramah dari seorang ustadz tanah air. Matanya sampai berkaca-kaca dibuatnya. Sering ia mengandalkan hatinya sebelum logikanya. Namun, hal itu berubah ketika ia mendengar isi ceramah itu.

"Sarah!" Ingatannya kembali kepada seseorang yang selalu ada dalam hidupnya.

Laila, gadis mungil yang terlalu malu untuk berbaikan dengannya. Sarah mengingat-ingat kedekatannya dengan Laila. Laila yang selalu marah jika diingatkan, Laila yang selalu memamerkan giginya yang berjajar rapi ketika berbuat salah pada Sarah, dan Laila yang..., seketika ingatan itu buyar. Sarah memantapkan hatinya untuk memperbaiki hubungannya dengan Laila. Ia tak ingin berlarut-larut dalam memutuskan silaturahmi karena itu tidak baik baginya maupun Laila.

Sarah pergi ke rumah Laila setelah ia berpamitan pada kakaknya yang sedang ada di rumah. Sebenarnya kakaknya ingin mengantarnya, namun apalah daya, ia hanya seorang mahasiswa yang dipenuhi banyak skripsi kuliah. Sarah pun berangkat ke rumah Laila dengan berjalan kaki karena kakinya yang masih harus menggunakan tongkat.

Ketika sampai di rumah Laila, Sarah pun mengucap salam dan mengetuk pintu. Tak lama, pintu terbuka dan muncul seorang laki-laki dari balik pintu.

"Sungguh sakit kulitku tertusuk duri
Duri si mawar berwarna jingga
Tak perlu ke surga untuk mencari bidadari
Di hadapanku saja sudah tersedia!" goda laki-laki itu dengan senyum nakalnya.

"Afwan, Kak, Lailanya ada?" tanya Sarah langsung pada intinya.

"Ngapain sih nyari si anak SD? Mending nyari Mas aja!" balas laki-laki itu yang merupakan kakak Laila yang nomor dua. Kakak Laila ini masih bersekolah SMA, sama seperti Sarah dan Laila. Sedang kakak Laila yang nomor satu sudah bekerja bahkan sudah menikah.

"Ada apaan sih?" tanya Laila dari dalam rumah.

"Tuh, ada saudaramu! Cepetan ke sini, 2 detik!" titah kakak Laila.

Ada Apa dengan Bid'ah? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang