Part 19

7.6K 333 1
                                        

Mila dan hendrik mengobrol di sebuah kafe kecil di tokyo. Cuaca yang dingin membuat pembicaraan mereka menjadi kaku.

"Apa kabar, mila?" Ucap hendrik.

"Baik...... Kamu?" Balas mila.

"Tentu saja." Sambil menunjukan keadaanya yang sehat.

"Ngomong ngomong, kenapa kamu bisa disini?" Ucap mila.

"Untuk ketemu kamu." Ucap hendrik.

"Apa?" Balas mila.

Ketemu aku? Ngapain coba? Harusnya dia ketemu sama sensei sakura. Kok jadi aku?

"Iya. Ketemu kamu, mila augustine jonathan." Ucap hendrik sekali lagi.

"Ka.... Kamu siapa?" Ucap mila sambil berdiri dari tempat duduknya, bersiap untuk berdiri dan meninggakan lelaki ini.

"Tunggu.... Dengarkan penjelasanku dulu...." Ucap hendrik.

"Jika kamu ingin aku mendengarkan penjelasanmu. Beritahu aku kamu ini siapa." Ucap mila jelas.

"Baiklah." Ucap hendrik.

Hening memenuhi pembicaran tersebut.

"Ku mohon jangan membenciku. Aku adalah kakakmu." Ucap hendrik.

"Apa? Kau kakakku? Lalu kenapa aku harus membencimu?" Balas mila.

"Aku kakakmu yang pernah mencintaimu." Lanjut hendrik.

~~~~~~~

Tika harus ke Jepang malam ini. Ya malam ini. Dia bisa tiba si Jepang besok pagi. Ia harus memastikan anaknya baik baik saja.

Tika segera memesan tiket keberangkatan ke jepang.

"Halo, sayang." Ucap tika membuka percakapan di telpon.

"Iya ma?" Ucap mila.

"Mama kesana ya. Ke jepang, nyamperin kamu." Ucap tika.

"Hah? Kok mendadak sih ma?" Ucap mila.

"Iya ada yang harus mama bicarakan."

"Kan di telepon bisa, ma? Mama gak apa apa sendiri?"

"Ini penting, mila. Mama baik baik aja kok. Mama tutup ya, besok pagi mama sampai."

Telepon ditutup.

Mila masih kepikiran dengan hendrik yang mengakui bahwa ia adalah kakaknya dan pernah mencintainya. Kakaknya namun pernah mencintai? Lelaki aneh.

Saat hendrik berkata bahwa ia kakaknya, mila sejenak kaget dan beranjak pergi dari tempat duduknya. Ia takut hendrik hanya berbohong. Ia takut akan ada yang menculiknya.

Bunyi dering handphone mila terdengar.

Dari toya.

"Ya, toya?" Ucap mila.

"Sudah belajar belum?" Balas toya diseberang.

Aduh, kenapa dia harus meneleponku sih? Dan kenapa juga aku harus mengangkatnya?

"Belum......." Ucap mila.

"Loh kok belum?" Balas toya.

Iya, belum, kepikiran lelaki aneh itu aku jadi tidak belajar. Tapi apa harus aku kasih tau tentang lelaki itu ke toya?

"Halo? Kok diam?" Ucap toya.

"Ehh.... Iya. Aku cape." Balas mila.

"Ohhh yasudah istirahat saja. Besok belajar lagi. Lusa sudah skripsi loh." Balas toya.

"Iya, toya sensei. Kamu sendiri sudah belajar belum?" Balas mila.

"Sudah dong. Belajar tidak belajar nilaiku lebih baik darimu. Hahahah." Ucap toya.

"Terus saja mengejekku. Huh." Ucapku ngambek.

Kami selalu bercanda bersama. Kami selalu tertawa bersama. Hal ini membuat kami susah untuk saling melupakan.

~~~~~~~~


Keesokan harinya.

"Emm... Toya..." Ucap mila saat mereka berjalan menuju kampus.

"Yaa." Balas toya.

"Aku ingin kita melupakan satu sama lain." Ucap mila.

Toya langsung menatapku dengan tatapan bingung.

"Iya. Aku ingin kau melupakanku. Begitupun kamu." Balas mila.

~~~~~~~~

Ah senangnya part 18 selesai! Thankyou ya yang udah vote and comment:3 buat aku jadi lebih semangat lanjutin partnya walaupun signal ga mendukung. Hehehe :3 terus baca ceritaku ya? Loveee

My handsome teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang