Part 22

7.6K 320 2
                                    

5 hari lagi mila akan kembali ke indonesia. Ya, itu adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk melupakan toya dan semua kenangan tentangnya.

Tingtong.

Bunyi pintu interkom apartemen mila berbunyi. Mama? Katanya mau pergi belanja, baru aja pergi, kok balik lagi?

"Ma, kok mama......."

"Hai, mila." Ucap cowo itu sambil tersenyum.

"Hendrik?" Ucap mila.

"Ya. Boleh aku masuk?" Ucap hendrik.

"Tapi, kenapa kau bisa...." Ucap mila.

Hendrik pun main nyelonong masuk.

"Wah apartemenmu bagus ya, hiasanya minimalis sekali." Ucap hendrik sambil melihat sekekeliling.

Mila hanya bisa mengeluh.

Mila pun menyuguhkan teh hangat kepada hendrik. Sumpah, tatapan hendrik ke mila bisa mematikan mila dalam sekejap jika mata hendrik keluar laser. Mata hendrik tak lepas dari mila. Sedari tadi, mila berjalan ke dapur, kembali lagi ke ruang tamu.

"Ini tehnya." Ucap mila tak ramah.

"Kamu kenapa? Sakit?" Ucap hendrik sambil memegang kening mila.

"Ah apaan sih?" Ucap mila sambil menepis tangan hendrik.

"Aku mau pergi sekarang. Jadi kau boleh pulang." Ucap mila bohong.

"Kemana? Kok gitu sih, aku kan baru sebentar." Ucap hendrik.

"Bisa pergi sekarang? Atau mau dipaksa?" Ucap mila.

"Jawab aku dulu dong." Ucap hendrik dan mendekatkan posisi duduknya ke mila.

"Jangan macam macam! Keluar!" Ucap mila serius sambil menjaga jarak dan segera berdiri.

Mila pun mengambil ponselnya untuk menghubungi tika. Lalu tiba tiba ponsel tersebut sudah direbut oleh hendrik.

"Kau tak bisa menghubungi mamamu. Karna aku sudah mengirim sms untuk tidak pulang ke apart lewat hapemu." Ucap hendrik dengan senyum jahil.

"Penasaran? Bagaimana aku bisa melakukanya?" Lanjut hendrik.

Mila hanya bisa cengo.

"Aku membuka hape mu dan mengirim sms ke mamamu saat kau menyeduhkan aku teh." Ucap hendrik dengan senyum jahil yang makin mengembang.

"Keluar." Ucap mila sambil menuju ke pintu interkom apartemenya.

Mila dengan gugup memencet kode pintu interkomnya. Namun salah. Mila mencoba sekali lagi. Salah.

"Tidak bisa..... Aku sudah mengubah kodenya." Ucap hendrik dari belakang.

"Apa?! Berapa kodenya? Berapa!" Ucap mila panik. Dengan gugup mila terus mengetik kodenya.

"Sudah jangan dicoba. Nanti kita berdua malah terkunci disini selamanya. Aku sih senang senang saja. Kalau kamu?" Ucap hendrik. Dia merasa menang kali ini.

"Kembalikan hapeku. Kembalikan!" Ucap mila.

"Oh ini?" Ucap hendrik sambil mengacungkan hape milik mila.

Dengan pelan hendrik berjalan menuju jendela belakang apartemen mila dan berdiri di balkon apartemen.

Mila pun mengikuti hendrik dengan tetap menjaga jarak darinya.

"Kembalikan. Hapeku." Ucap mila dengan emosi yang sudah meluap.

Handphone mila mendapat panggilan. Dari toya

"Ah? Toya? Siapa dia?" Ucap hendrik sambil menatap layar hape mila.

"Halo?" Ucap hendrik menjawab panggilan tersebut.

"Siapa kau? Mana mila? " ucap toya.

"Aku? Aku kekasihnya. Huh." Ucap hendrik sambil tersenyum ke mila.

"Berikan hapeku! Kau pergi sekarang!" Ucap mila berteriak.

"Bagaimana aku bisa pergi? Kita kan terkunci di apartemenmu. Hahahah." Ucap hendrik.

"Ah toya, sudah dulu ya. Aku ingin bersenang senang dengan mila." Ucap hendrik sambil menjatuhkan hape mila dari balkon apartemenya dari lantai 10.

~~~~~~~~

"Shit!" Ucap toya.

Terdengar ucapan mila berteriak dari kejauhan karena hapenya jatuh.

Toya segera mengambil coat hijaunya dan berlari menuju apartemen mila.

"Oops.. Sorry." Ucap hendrik kepada mila yang mulai terisak.

"Apa maumu sebenarnya hah!" Ucap mila.

"Aku? Aku ingin memilikimu, mila." Ucap hendrik mendekat.

Mila mengambil semua barang yang dia dapat raih. Entah itu vas, bantal, bangku kecil, piring, untuk menjauhkan hendrik darinya.


"Aku akan memilikimu, mila. Aku akan." Ucap hendrik.

~~~~~~~

Hey readers! Penasaran ga sama cerita kelanjutanya? Hendrik dan mila ngapain? Tetep vote dan stay tune di ceritaku ya! Lovee

My handsome teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang