CBP12#.

709 44 16
                                    

Senyum kecil tercipta di wajah laki-laki tampan yang kini sedang berdiri menatap rumah besar nan megah bertulis Rayes Family house didepan pintu besar itu. Pandangan penuh rindu seakan mengkilas balik masa lalu yang penuh canda tawa dulu..

"Woi, Jovan.. Kenapa lo masih berdiri disitu aja. Ayo masuk, nyokap gue udah nanyain lo dari tadi" pintu rumah terbuka menampakkan wajah Lionil.. Ya laki-laki didepan rumah keluarga Rayes adalah Jovan sahabat Lionil dari  masa kanak-kanak dulu. Namun, Jovan dan keluarganya harus pergi ke Luar Negeri walaupun begitu membuat persahabatan mereka tidak terputus karena Jovan sering kali kembali ke Indonesia seperti sekarang ini. Ia memang seringkali kembali ke Indonesia entah untuk apa bahkan beberapa minggu lalu dia kembali dan kini ia kembali lagi, tetapi waktu itu dia hanya sehari saja berada di Indonesia tidak memberitahu pada sahabatnya Lionil. Kini karena Lionil mengetahui bahwa ia di Indonesia Lionil menyuruh dan memaksa dirinya untuk menginap saja dirumah keluarga Rayes.

"Oke, siap. Gue masuk sekarang, tante pasti kangenkan sama gue" ujar Jovan melangkah masuk menyusul Lionil yang terlebih dahulu melangkah masuk kedalam.

"Jovan, akhirnya kamu datang juga nak. Tante kira kamu kesasar kemana" ujar Sarah yang baru saja keluar dari dapur berjalan mendekat kearah Jovan dan langsung memeluknya dengan hangat penuh kasih sayang.

Begitulah Sarah ia selalu menyayangi semua orang. Entah itu saudara atau bukan.. Baginya Jika menyayangi semua orang dengan ketulusan maka kita juga akan disayangi orang lain.

"Ya nggak mungkin dong tan, kalau Jovan nyasar. Jovan kan udah sering bolak-balik Indo. Jovan kangen loh sama tante sama om" ujar Jovan

"Masa, kalau kangen kok jarang main ke rumah. Padahal tante denger-denger dari mama kamu, kamu sering ke Indo kan"

"Diakan ya ada urusan lain juga mom,  ke Indo. Jadi ya nggak sempet lah buat main ke rumah kita" bukannya Jovan yang membalas perkataan Sarah malah Lionil yang menjawab dan memotongnya.

"Udah ya mom, Jovan pasti capek dia mau istirahat. Ayok bro ikut kekamar gue" timpal Lionil lagi dan berjalan pergi menuju tangga rumah yang menghubungkan dengan kamarnya yang ada dilantai dua.

"Dasarr, tuh. Ngeselin banget" Ujar Sarah menatap Anaknya yang telah pergi. Dengan kesal-kesal gemas.

"Hahaha, udah ya tan. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi sama om juga. Oh iya tan.. Kok sepi bener ini rumah.? " ujar Jovan

"Jelas sepi, Om lagi keluar kota, Liam sudah punya rumah sendiri, Luna masih sekolah dan sahabatmu itu kerjaanya main kekampus ngurung dikamar main game" jelas Sarah sambil mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil

"Yaelah tan, gak usah begitu" ujar Jovan menepuk pundak sarah pelan dan langsung berjalan menyusul Lionil ke kamar.

°°°°°

Perlahan tapi pasti Zach membuka matanya terasa berat dan juga kepalanya terasa pusing tak lupa seperti ada sesuatu di atas dahinya. Tangannya mencoba meraih sesuatu yang seperti bertengger di dahinya. Sebuah handuk putih basah ia ambil saat ingin menurunkan tangannya tiba-tiba tangannya seperti jatuh disebuah benda yang tergeletak dikasurnya. Matanya yang berat mencoba ia alihkan untuk melihat apakah beda itu.. Saat fokus netranya melihat apa yang ada didepannya begitu kagetnya ia.. Mendapati perempuan yang selama ini menjadi pacar bohongannya tertidur dengan lelap di samping ranjangnya dan juga jangan lupakan tangannya satunya menggenggam erat tangan perempuan itu.

Iya Luna tertidur dengan menopang tangannya di ranjang samping Zach. Tentu saja tangan satunya masih tergenggam erat oleh Zach.

Zach mencoba untuk mendudukan dirinya secara perlahan dan mencoba melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Luna dengan hati-hati agar perempuan itu tidak terganggu tidurnya. Sesekali ia memperhatikan wajah damai perempuan itu yang terlelap tidur sesekali juga ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Namun kali ini padanganya tertuju pada sebuah mangkuk besar bisa dilihat bahwa mangkuk itu tentu saja bekas Luna mengompres dirinya tadi. Kembali ia menatap Luna entah kenapa kali ini tatapannya berbeda

Cold Boy PaskibraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang