"Haah..hahh..hahh" aku mengatur nafasku yang berderu karena lelah berlari.
Hampir saja aku terlambat.
"Telat lagi?".
Aku lantas menoleh mendengar nada sindiran itu "maaf Bu" sesalku.
"Lama-lama kamu saya pecat Fany" omelnya lalu masuk keruangannya.
Aku hanya mendengus mendengarnya, jika bukan bossku sudah aku lakban mulutnya yang pedas itu.
"Pagi-pagi udah sarapan aja loe" ejek Gama, teman sekaligus sahabatku dikantor.
Perkenalkan aku Stefhanie atau biasa dipanggil Fany. Seorang wanita yang beranjak dewasa, bekerja sebagai salah satu staff disebuah perusahaan besar. Sudah dua tahun aku bekerja disini setelah lulus kuliah tentunya.
"Kesel emang, salah gue sih. Rasanya pengen jambak rambut sendiri".
"Sini gue bantu jambakin" sahut Manda.
"Dari mana loe?".
Sebenarnya tanpa bertanya saja aku sudah tahu dari mana wanita dengan make up tebal ini, tentu saja dari pantry untuk membuat kopi kesukaannya.
"Gak usah basa-basi, loe gak buta kan" sungutnya ketus.
"Biasa aja dong, ngegas amat pms loe!".
"Kalo iya kenapa? Ada masalah sama loe" balasnya lalu duduk di tempatnya.
"Enggak juga sih" kuambil paksa gelas ditangannya dan menyeruput isinya.
Dia terlihat protes namun tak bisa melakukan apa-apa. Aku tertawa melihat wajah kesalnya. Kami sudah biasa seperti ini. Namanya juga cees kentel.
"Makasih Manda cantik buat kopinya, selalu enak" ucapku lalu berjalan kearah mejaku yang berada didekat Gama.
Gama hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuanku dan Manda. Dia tak pernah banyak berkomentar tentang kami. Sudah biasa katanya.
"Loe ngapa telat Fan?".
"Ojolnya lelet kek keong".
Kunyalakan komputer dihadapanku sambil tetap mengobrol bersama Manda.
"Harusnya loe aja yang bawa motornya" sahut Gama.
"Maunya gitu tapi kalo gue yang bawa kasian abangnya gak ada kerjaan, keenakan dong kalo abangnya meluk gue".
"Meluk loe gak bakal kerasa, kek meluk triplek" ejek Manda sadis.
"Heh lisan ya, body gue bohay gini sekate-kate loe ye" ucapku sambil membusungkan dadaku.
"Gak ada akhlak ada si Gama juga".
Kurangkul bahu Gama "Gama mah santuy, dia mah udah biasa. Iya gak Gam?".
Gama mengangguk, bagaimana tidak biasa jika Gama saja sering menginap di apartemenku bersama Manda. Mungkin juga Gama sudah tau ukuran BH dan CD ku jadi aku santai saja.
"Malu gue punya temen macem loe".
"Malu-malu tapi kalo gak ada gue loe nyariin terus, kangen kan" ejekku balik.
"Khilaf itu mah".
"Ehem".
Aku dan Manda langsung diam, tak lagi mengeluarkan suara sepatahpun.
"Kalian berdua tuh berisik banget sih, niat kerja apa ghibah?" Tanyanya dengan tegas.
Cantik sih tapi mulutnya jahat, gak suka akutuh.
"Niat kerja dong Bu, tapi biar gak suntuk ya ghibah dulu" jawabku.
Kulihat ia mendengus "capek saya ngomong sama kamu tuh, bandel kalo dibilangin".
KAMU SEDANG MEMBACA
Eii What's Wrong With My Boss?
Novela JuvenilKisah seorang staff biasa yang selalu berselisih paham dengan sang boss besar yang ia cap menyebalkan. Arogan, tukang julid, penindas, dan menyebalkan. Iblis berwujud malaikat. Mampukah Fany bertahan dikantor bersama bossnya yang menyebalkan? Lalu a...