01

342 41 3
                                    

Yena tidak perduli, mau orang-orang menatapnya aneh saat ia kebagian rak buku yang terletak di belakang. Benar-benar kumpulan buku yang sangat jarang tersentuh. Namun Yena dengan begitu percaya diri melangkah menuju rak buku penuh debu di sana. Setaunya, perpustakaan di kampusnya ini cukup lengkap tentang pembahasan kuno.

Maniknya bergerak mencari sesuatu yang ia cari. Jemarinya menyentuh deretan buku yang usang dan di penuhi debu itu. Sesekali ia mendengus karena debu-debu halus yang menyapu penciumannya. Jari-jarinya langsung berhenti saat menemukan buku yang ia cari. Langsung saja ia tarik beberapa buku tersebut.

Rak-rak bagian belakang benar-benar kosong. Yena tadinya berniat ingin duduk di sana saja, tapi karena penuh debu ia mengurungkan niatnya itu. Dari pada ia banyak bersin, jadi Yena memilih untuk membawa buku itu ke tempat duduk. Agar semakin fokus, Yena memilih duduk di bagian ujung. Jadi ia bisa lebih fokus dalam membawa semua pembahasan ke dalam otaknya.

Yena sudah melakukan riset di internet, dan demi apapun ia pusing setengah mati karena lebih banyak berbahasa inggris dan yunani. Baru membaca paragraf pertama Yena sudah menyerah. Maka itu ia ada di sini sekarang.

NECROMANCY.

Ilmu hitam tentang cara membangkitkan seseorang yang sudah meninggal. Yena membaca dengan serius, melihat seberapa besar kemungkinan untuk berhasil. Maniknya benar-benar serius bergerak membaca rentetan kata yang ada di sana, sesekali mengusap matanyaㅡYena akhir-akhir ini kurang tidur.

Tunggu aku Yohan.

Yena harus berhasil, ia harus berhasil mengembalikan Yohan. Satu-satunya orang yang berhasil membuatnya bertahan sampai saat ini. Ia yang begitu serius membaca buku itu tiba-tiba dikejutkan dengan suara gemuruh yang cukup kuat. Kalau sampai hujan bisa gawat, rumah Yena cukup jauh dari kampusnya. Dan juga hari ini ia tidak membawa mobil.

Gadis manis itu bergerak dengan tergesa-gesa, membawa beberapa buku tebal itu ke penjaga perpustakaanㅡingin menyatakan izin pinjamnya. Namun, naas karena tidak berhati-hati ia jadi menabrak seseorang.

"Astaga, maafkan aku."

Yena sontak menunduk, meraih buku-buku itu yang berserakan. Beruntung orang yang ia tabrak tadi membantunya.

"Terima kasih." Choi Yena untuk pertama kalinya melihat wajah orang yang ia tabrak, hanya perasaannya saja atau tadi sekilas manik itu berubah menjadi warna biru?

Sepertinya ia benar-benar butuh tidur. Yena langsung saja beranjak dari sana. Yang tadi pasti hanya perasaannya saja.

Ia sampai di depan bagian peminjaman, mengulas senyum tipis pada petugasnya. Meski Yena bisa melihat si petugas mengernyit heran, tapi setidaknya ia tidak bertanya. Yena tau dengan jelas kenapa petugas perpustaakan itu tadi mengernyit heran. Jelas saja, buku-buku yang ia pinjam benar-benar sangat jarang untuk dipinjam. Bahkan salah satunya saja terakhir dipinjam dua tahun yang lalu.

Tapi, lagi-lagi ia tidak perduli. Ia hanya akan fokus pada semua hal ini dan akan berhasil mengembalikan Yohan. Kalau tidak, maka ia tak punya lagi alasan untuk hidup selama ini.

Ia langkahkan kakinya sedikit tergesa lagi, ia tidak mau terjebak hujan tentunya. Yena melirik jam tangannya, namun tiba-tiba langit kembali cerah hingga sinar matahari itu menyilaukan pandangan gadis itu.

Kalau begini, Yena bisa berkunjung sebentar ke suatu tempat.

Beruntung bus yang akan membawa Yena ke tujuannya tiba cepat. Timing yang pas. Ia langsung saja masuk ke dalam bus. Menyusuri badan bus dan akhirnya memilih untuk duduk di deretan belakang, di dekat jendela bus.

Karena perjalanan yang cukup memakan waktu, Yena memilih untuk kembali membuka buku tadi untuk melanjutkan pemahamannya.

Yena baru membaca tentang sejarah necromancy, dan ternyata cukup menyenangkan membacanya. Yena terkadang menyesal, kenapa ia tidak masuk jurusan sasta atau ilmu sejarah saja. Cukup banyak hal baru yang ia ketahui dari buku ini, dan itu bahkan baru sekitar sepuluh halaman. Masih ada beberapa puluh halaman lagi.

Satu kalimat menarik perhatiannya 'harus dilakukan sebelum genap satu tahun dari sosok yang ingin hidupkan meninggal.' Kalau dihitung-hitung, Yohan sudah masuk bulan ke tiga. Yena harus segera bergerak.

"Sampai."

Yena sontak mendongak, ia menoleh ke kanan dan kiri, juga ke belakang. Tidak ada siapa-siapa, tapi kenapa seperti ada suara yang berbicara padanya. Ah, hanya ada satu orang penumpangㅡseorang laki-laki. Tapi, sosok itu duduk di dekat supir. Berbeda dengan Yena yang duduk di belakang, jadi tidak mungkin kalau pemuda tadi yang berbicara. Karena suaranya cukup kecil, hampir berbisik.

Tapi seketika Yena sadar akan sesuatu.

"Ahjussi, berhenti di halte depan ya." Hampir saja, pikir Yena.

Ia lantas segera turun, dan lagi-lagi menoleh ke langit. Cuaca benar-benar kembali cerah, jadi ia tidak perlu khawatir akan terjebak hujan nanti. Langkah kakinya langsung menuju ke tempat krematorium, tak lupa membeli bunga sebagai sapaan.

Yena tersenyum tipis, ia menempelkan satu tangkai bunga yang ia bawa tadi di kaca yang menyimpan sebuah guci dengan nama 'Kim Yohan.'

Pasal Yohan, mereka sudah menjadi kekasih selama hampir tiga tahun. Dengan latar belakang keluarga yang samaㅡtidak diperlukan, namun ditopang hidupnyaㅡmembuat keduanya langsung akrab. Mereka saling berbagi suka-duka sejak saling mengenal di bangku sekolah menengah pertama.

Kim Yohan sudah lama hidup sendiri, ia tidak lagi berhubungan dekat dengan kedua orang tuanya semenjak mereka bercerai. Dan satu tahun terakhir ini sudah tidak berhubungan sama sekali, hal tersebut membuat Yohan benar-benar merasa hanya memiliki Yena seorang. Yohan juga tinggal di rumah lama keluarganya duluㅡyang hanya berbeda 2 blok dari rumah Yena. Pasal keuangan ia tidak perlu khawatir karena mendapatkan warisan. Namun, sekarang semua itu tidak berguna.

Berbeda dengan Yena, meski Ibu kandungnya sudah meninggal sejak ia berusia tiga tahun, dan ayahnya kembali menikah beberapa tahun terakhir. Tapi, sang ayah masih merawatnya. Terbukti, Yena diberikan rumah untuk dirinya sendiri. Ia tidak protes, namun juga tidak terlalu bahagia dengan cara ayahnya. Namun yang terpenting ia bisa hidup.

Tapi naas, kecelakaan yang terjadi lima bulan lalu menyebabkan Kim Yohan mengalami keadaan kritis, koma dan berakhir mati otak. Semua orang tau, jika sekali mati otak maka kemungkinan sembuhnya benar-benar cukup mustahil.

Dunia Yena seketika terasa runtuh kala itu, satu-satunya yang menjadi alasannya hidup direnggut paksa darinya.

Mereka hanya punya satu sama lain, tapi kenapa takdir harus sejahat ini? Namun, mempertahankan Yohan hanya akan membuatnya tersiksa. Setelah dua bulan lamanya Yohan menjadi pasien, dengan berat hati Yena melepasnya.

Sebenarnya ada alasan lain kenapa Yena bisa melepaskan Yohan, tentunya necromancy. Kalau memang benar, Yohan tidak harus menderita. Yena hanya butuh berusaha semaksimal mungkin, dan Yohan pasti akan kembali padanya.

Tapi tiba-tiba suara gemuruh kembali terdengarㅡmembuyarkan lamunannya. Yena buru-buru ke luar. Ternyata dugaannya benar, bahkan sekarang sudah hujan.

"Yang benar saja?" keluh Yena, pada akhirnya ia terjebak hujan juga.




tbc.



Hallo, akhirnya chapter satu up juga. Semoga gak ada typo yang lolos ya wkwk.

Oiyaa mau kasih peringatan ya, cerita ini ada unsur dewasanya.

Sampai jumpa di chapter depan~





NECROMANCY (JB x YENA)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang