Yena tak berkutik, ia masih begitu terkejut untuk mencerna apa yang terjadi. Tapi, meskipun sudah sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi, Yena tak bisa melepaskan diri. Maniknya menatap Jaebum yang memejamkan mata. Kalau dilihat begitu dekat seperti ini, Im Jaebum memang sangat tampan. Alisnya yang tercipta untuk menggoda, garis matanya yang tajam, tulang hidungnya yang tinggi dan terakhir bibir yang terasa begitu lembut.
Yena masih diam saat Jaebum sudah melepaskan tautan mereka, perlahan si vampire membuka matanya.
"Sudah lebih baik?"
"Ha? Oh..." si gadis melirik pada jarinya, sudah sembuh sepenuhnya.
"Akan lebih efektif kalau dilakukan seperti tadi." ujar Jaebum, mencoba menjawab pertanyaan di otak Yena.
Yena mengangguk kaku, memang pertanyaan di otaknya terjawab. Tapi, rasanya begitu canggung setelah ciuman tadi. Tidak, yang tadi tidak bisa di kategorikan sebagai ciumanㅡhanya kecupan yang lama. Tapi entah mengapa berhasil membuat Yena canggung setengah mati.
"Terima kasih," cicit Yena, buru-buru bangkit dari sofa.
Ia belum membersihkan gelas yang pecah tadi. Beruntung, hal tersebut bisa menjadi pengalihan rasa canggung tadi. Meski hanya Yena yang merasakannya, Jaebum tentunya tidak merasa canggung.
"Katakan, aku tau kau ingin mengatakan sesuatu." Jaebum menatap Yena yang baru saja duduk di sebelahnyaㅡsetelah selesai membereskan kekacauan tadi.
Si gadis tampak menimang sesuatu, memang kalau dilihat dari persiapan semuanya sudah siap. Tapi entah mengapa Yena merasa ragu untuk melakukannya. Meski, cuaca malam ini cukup mendukung karena sedang hujan dan sedikit badai.
"Mau membantuku melakukan ritualnya malam ini?"
Jaebum mengernyit, tidak menyangka kalau Yena akan bertindak secepat ini. Tapi, melihat dari keyakinan wajah Yena membuat pemuda Im itu sadar bahwa Choi Yena tidak sedang main-main.
"Baik, kita lakukan tengah malam ini. Semua hal yang dibutuhkan sudah lengkap?"
Yena mengangguk sebagai jawaban, lalu bangkit "Tinggal satu hal."
Jaebum hanya diam, maniknya yang bergerak mengikuti Yena yang sedang mengambil empat buah suntikan. Dua di antaranya berisiㅡdarah? Dari aroma dan warnanya Jaebum yakin itu darah, tapi bukan milik Yena.
"Ritualnya butuh darah pembangkit dan yang akan membangkitkan."
Yena kembali mengambil posisi duduk di sebelah Jaebum, dengan cepat menggulung lengan kaos panjangnya itu dan segera menancapkan suntikan di lengannya dengan tenang. Jaebum mengalihkan pandangannya, darah Yena tadi terasa begitu manis di lidahnya. Ia lebih baik tidak melihat dari pada melihat sesuatu yang menyiksanya.
"Sudah selesai." ujar Yena yang tau kalau Jaebum mengalihkan pandangannya tadi.
Si Im kembali menoleh, melihat Yena menekan bekas suntikan tadi dengan kapas kecil. Gadis Choi itu menyimpang empat suntikan yang berisi darahnya dan darah Yohan. Darah Yohan sudah ia ambil lebih dulu sejak empat bulan yang lalu. Jadi tak perlu heran kenapa darah itu masih cukup segar.
Si manis mengambil buku yang penuh dengan mantra sihir di atas meja. Kembali memahaminya karena tidak boleh ada kesalahan, sekalipun itu kesalahan kecil. Karena, satu kesalahan saja bisa mengacaukan keseluruhan ritualnya.
Fun fact, Yena dulu sempat belajar bersama ayahnya soal ilmu sihir. Jadi, ia tidak perlu mengalami kesulitan dalam memilih mantra sihir mana yang akan dipakai untuk ritual ini.
Darah, obor, lilin, pasir sihir, anggur yang akan dibakar, damar wangi atau biasa disebut getah arab yang berasal dari kelenjar resin pohon-pohon tertentu yang membeku. Yang terakhir minyak zaitun. Yena rasa semuanya sudah siap. Karena pengawet vampire sudah dipakaikan, jadi tidak dihitung ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...