Yena menempelkan setangkai bunga yang tadi ia beli di depan krematorium, seulas senyuman tipis hadir di wajahnya. Akhirnya guci itu benar-benar berisi abu, Yohan sudah beristirahat dengan tenang. Kini tinggal dirinya, Yena harus bisa melihat ke depan, karena life must go on. Ia tidak bisa selamanya terjebak pada masa lalunya.
Yena memandangi cukup lama foto Yohan di dalam sana, ternyata takdir tidak mendukung mereka. Mereka berdua lagi-lagi dipisahkan dengan keadaan yang tidak menyenangkan, terpaksa, Yena terpaksa melepaskan Yohan lagi demi keberlangsungan hidupnya. Memang benar, tidak selamanya orang yang selalu menemani kita dari titik 0 akan menjadi pendamping hidup. Choi Yena sudah mengalaminya. Mungkin nanti Tuhan akan memberikan sosok yang lebih dari sosok Kim Yohan untuknya. Tapi siapa?
Im Jaebum?
Yena bahkan sudah tidak bertemu dengannya selama sebulan penuh, vampire itu seakan menghilang ditelan bumi. Tapi, bukannya malah lega karena ia akhirnya tidak perlu terjebak dengan pemuda Im itu, yang ada Yena malah kelewat khawatir sekarang. Vampire tidak akan bisa dengan mudahnya melupakan perasaannya terhadap manusia, jika bisa itu artinya ia sudah mati.
Langkah kakinya terhenti, mendadak rasa khawatirnya bertambah menjadi berlebihan. Yena mendongak, melihat langit yang mulai mendung membuatnya langsung berlari menuju mobil. Gadis Choi itu sama sekali tidak tau soal Jaebum, ia tidak tau di mana rumahnya. Yena sama sekali tidak memiliki petunjuk soal Im Jaebum, jadi ia hanya melajukan mobilnya asal seraya meneriaki nama Jaebum di otaknya.
Gadis Choi itu sama sekali tidak bisa tenang sepanjang perjalanan, memikirkan banyak kemungkinan buruk yang terjadi pada Jaebum benar-benar membuatnya khawatir. Juga, seharusnya Jaebum sudah mendapatkan darah darinya lagi. Yena sama sekali tidak keberatan jika ingin memberikan darahnya pada Jaebum, sama sekali. Ia lebih suka kalau Jaebum datang padanya dan meminta darah, daripada menghilang tanpa kabar seperti ini.
Tunggu.
Sejak kapan ia jadi khawatir berlebihan seperti ini? Sejak kapan ia jadi memikirkan Jaebum di atas dirinya sendiri?
"Choi Yena."
CKIT!
TIN TIN!!
"APA KAU GILA?!"
Yena mendadak banting stir ke bahu jalan, ia terkejut setengah mati dengan kehadiran Jaebum di kursi penumpang. Yang jelas, kini ia mendapati umpatan dari beberapa pengguna jalan lainnya, sementara Jaebum mendapatkan umpatan dari sosok cantik itu.
"Aku hampir saja mendapatkan serangan jantung! Astaga, beruntung tidak terjadi tabrakkan." Yena mengusap dadanya dengan dramatisir dan menatap nyalang pada Jaebum.
Tapi tatapan garang itu perlahan melunak saat melihat kondisi Jaebum yang sedang tidak baik-baik saja. Vampire itu tersenyum tipis dengan rautnya yang menahan sakit. Bau anyir mendadak menyeruak membuat Yena mengernyit, dan menemukan darah Jaebum yang merembes dari balik baju. Dibuat terkejut, bolanya matanya bahkan sudah membulat dengan sempurna.
"Hei, tunggu apa yang terjadi? Im Jaebum, apa yang terjadi padamu?!" Yena panik dan langsung mengambil kotak P3K yang ada di mobilnya.
Mungkin kurang membantu, tapi setidaknya Yena ingin menghentikan pendarahan itu. Ia sibak sedikit baju dibagian perut Jaebum, dan sungguh luka itu cukup dalam.
"Bisa cepat ke rumahmu? Aku tidak bisa teleport lagi." Suara lirih Jaebum menjelaskan seberapa sekaratnya ia saat ini.
Yena lantas mengangguk dan kembali memasang sabuk pengamannya, langsung saja ia tancap gas menuju rumah. Karena Jaebum tampak tidak bisa berbuat apapun lagi, Yena semakin mempercepat laju mobilnya hingga sampai di rumah barulah ia bisa bernapas lega.
"Kau bisa berjalan?" tanya Yena setelah memposisikan mobilnya dengan aman.
Tapi si tampan tak kunjung menjawab, Yena lantas berlari keluar dari mobil dan beralih pada sisi pintu Jaebum. Membukanya perlahan dan mengeluarkan tubuh Jaebum dari mobil, ia memapah tubuh yang lebih tinggi darinya itu menuju ke dalam rumah.
Dengan berhati-hati Yena meletakkan tubuh Jaebum ke atas kasurnya, menempatkan bantal di kepalanya senyaman mungkin dan meluruskan kaki panjangnya. Yena melakukannya dengan sangat hati-hati, mengingat dirinya tidak tau seberapa dalam luka yang didapatkan oleh Jaebum.
"Apa yang harus kulakukan
sekarang..." gumam Yena, ia sudah menarik kursi ke dekat kasur, tanpa sadar mengigit kukunya karena terlalu gusar memikirkan keadaan Jaebum saat ini."Ah, benar. Darah."
Yena mengambil cutter di laci nakas, dengan cepat ia menggores pergelangan tangannya. Tapi tunggu, apa Im Jaebum bisa meminumnya dengan cara begini?
Ia mengacak surainya gusar, memikirkan bagaimana caranya Jaebum bisa meminum darah yang ada di pergelangan tangannya itu.
"Aku pasti sudah gila."
Yena menghisap darah yang keluar dari pergelangan tangannya, mengumpulkan darah tersebut di dalam mulutnya. Yena mengernyit, rasa darah begitu asing baginyaㅡia jadi tidak bisa membayangkan para vampire yang meminum darah.
Setelah ia pikir cukup, Yena kemudian duduk di sisi kosong kasur. Menatap Jaebum yang masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Ia kemudian menopang tubuhnya dengan tangan tepat di sebelah tubuh Jaebum, sedikit menunduk dan akhirnya mentransfer darah tersebut pada Jaebumㅡmouth to mouth.
Cukup lama, namun tidak ada reaksi dari Jaebum membuat Yena semakin cemas. Yena mengangkat wajahnya, Jaebum masih bergeming, ia mengigit bibir bawahnya lalu kembali melukai pergelangan tangannya. Kembali mengumpulkan darahnya di dalam mulut dan kembali memberikan darah itu pada Jaebum.
Glek.
"Jaeㅡmph."
Yena yang tadi sontak melepaskan tautan itu, kembali ditarik tengkuknya oleh Jaebum. Pemuda Im itu dengan agresif mengeksplor rongga mulut Yena yang dipenuhi dengan darah manisnya. Jaebum kini dikuasai oleh dahaganya sendiri.
Ia membalik posisi, menjadikan Yena berada dibawahnyaㅡia mengukung kedua tangan Yena tepat di atas kepala si gadis dengan sebelah tangannya. Manik mata merahnya membuat Yena tidak berkutik dan hanya pasrah di bawah kungkungan Jaebum.
Jaebum dengan cepat melesakkan wajahnya pada ceruk leher Yena, menjilat leher Yena dengan seduktif sebelum akhirnya ia berhasil menancapkan taring tajam tersebut pada leher Yena membuat sang empu meringis kesakitan.
"A-akhh..." lirih Yena, namun ia membiarkan Jaebum untuk menghisap darahnya demi proses regenerasi.
Ia menjambak rambut Jaebum begitu saja ketika pemuda Im itu melepaskan cengkramannya di tangan Yena. Jaebum masih menghisap darah Yena dengan rakus, gadis itu tetap membiarkan Jaebumㅡtidak menghentikan Jaebum sedikitpun sampai tubuhnya terasa tidak bertenaga lagi.
Ternyata, darah yang dibutuhkan oleh Jaebum lebih banyak dari yang ia kira.
Manik jernihnya menatap langit-langit kamar, hisapan pada lehernya tidak terasa sakit lagi. Jari-jari lentiknya ia gunakan untuk mengusap lembut rambut Jaebum, perlahan pandangannya menjadi kabur hingga gelap gulita menjemput.
Ia kehilangan kesadarannya.
ㅡtbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...