Melihat Yena yang masih bergeming membuat Jaebum bergerak. Ia menendang sebagian pasir sihir itu, membuat lingkaran tersebut terputus dan tulisan kuno berupa lingkaran sihir tadi terputus begitu saja. Mereka tidak mau kemungkinan terburuk terjadiㅡroh jahat menguasai tubuh Yohan.
Karena proses pembangkitannya tidak berhasil, lingkaran sihir itu yang menjadi kuncinya. Namun, kalau berhasil maka piring kecil di depan lilin itulah kuncinya. Cara pembatalan necromancy yang sudah berhasil adalah dengan cara membakar isi piring itu. Namun, karena kali ini tidak berhasil, hal yang dilakukan Jaebum tadi sudah cukup.
Meski Jaebum sudah bergerak, Yena masih diam di sana. Ia masih bertumpu lutut di dekat Yohan. Jaebum memang tidak pernah memiliki perasaan tulus, sejak dulu sebagai vampire Jaebum sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan dengan dasar cinta. Sejak dulu, Im Jaebum selalu menjalin hubungan atas dasar saling menguntungkan.
Namun, melihat bagaimana Choi Yena yang sepertinya begitu tulus terhadap Kim Yohan membuat Jaebum iri. Ia, juga ingin bisa mendapatkan atau memberikan perasaan yang tulus seperti itu.
"Jaebum..."
Suara lirih Yena akhirnya menyadarkan Jaebum. Ia akhirnya memusatkan fokus pada Yena yang tengah menatapnya sendu dan manik yang penuh air mata. Entah mengapa, Jaebum tidak suka melihatnya. Ia tidak suka melihat wajah sedih Yena, ia benci kala gadis manis itu terlihat rapuh.
Dalam diam, Jaebum mendekat. Menggendong tubuh mungil Yena begitu saja. Sebelum sempat si gadis protes, mereka sudah berpindah. Lagi, kepala Yena terasa sakit karena berpindah secara tiba-tiba. Tubuhnya dibaringkan di atas kasur.
Yena perlahan rileks saat Jaebum mengecup keningnya. Apa ini termasuk kemampuan menyembuhkannya Jaebum? Apapun itu, Yena harus berterima kasih nanti.
"Apa karena hujan sudah berhenti? Apa aku membuat kesalahan?"
Jaebum yang duduk di pinggir kasur menoleh ke belakang, melihat Yena yang sudah duduk. Lagi-lagi tatapan itu, Jaebum sudah menetapkan tatapan sendu Choi Yena adalah hal yang ia benci. Entah mengapa terasa begitu menjengkelkan melihatnya.
"Bukan salahmu, mungkin Kim Yohan bingung mencari jalannya."
"Ah benar juga, bagaimana kalau Yohan tersesat saat mencari alirannya?" Yena terlihat khawatir dan mengusak rambutnya gusar.
Aliran yang dimaksud adalah, aliran dari tempat para roh menunju tubuhnya saat proses necromancy dilakukan. Berupa benang tipis berwarna emas yang pudar maupun jelas. Tergantung seberapa kuat ikatan si pembangkit dan mendiang. Maka dari itu, disarankan memakai barang mendiang dan melakukannya di tempat yang bermakna bagi mendiang.
"Lain kali dicoba lagi saja. Karena sudah pernah membuat panggilan, percobaan kedua akan lebih mudah biasanya."
Mendengar ucapan Jaebum yang ada benarnya, kedua tangan Yena sontak terjun bebas dari kepalanya. Mendapati manik Yena yang berkilau untuk beberapa detik membuat Jaebum tersenyum tipis. Namun, tatapannya jatuh pada bahu Yena yang sedikit terekpos karena kemeja Kim Yohan yang terlalu besar di tubuh mungil itu.
Im Jaebum lantas mengalihkan pandangannya. Choi Yena, malam ini terlihat begitu menggoda.
"Jaebum." panggilan lembut Yena, lantas membuat Jaebum menoleh.
Namun, yang ada malah bibir mereka yang bertabrakkan.
"A-astaga! Bukan itu maksudku... A-aku ingin membisikkan sesuatu padamu, t-tapi kau malah menoleh." Yena sontak menjelaskan dengan gugup.
Memang benar, tadi niat Yena ingin membisikkan kata terima kasihㅡkarena ia gengsi mengatakannya blak-blakkan. Tapi, entah Yena yang lamban atau Jaebum yang terlalu cepat sehingga menyebabkan insiden tersebut.
Jaebum hanya diam, menatap wajah Yena yang berangsur-angsur memerah nyaris membuatnya gila.
"Maㅡ"
Satu tarikan Jaebum pada tengkuk Yena membuat bibir mereka bertemu. Yena seakan tidak diberi waktu untuk terkejut, tiba-tiba Jaebum bergerak melumat bibirnya. Bibir Jaebum bergerak begitu lembut, dengan usapan pelan pada pipi Yena membuatnya merasa begitu dikasihi. Sudah lama ia tidak merasakannya, meski Yena tau tidak seharusnya mereka seperti ini.
Perlahan pagutan itu berubah. Terkesan menuntut, karena Jaebum sama sekali tidak memperdulikan saat Yena menepuk pundaknya sebab si gadis mulai kesulitan bernapas di sela-sela pagutan kasar itu.
Beberapa saat setelah itu, pagutan terlepas. Jaebum memberi jarak, matanya yang semula menutup itu perlahan terbuka. Menatap Yena yang terengah dengan wajah memerah, manik mereka bertatapan dan Choi Yena berani bertaruh kalau Im Jaebum malam ini benar-benar terlihat menawan.
Namun, si gadis akhirnya menyadari kalau manik itu kembali berubah warna. Ini pertama kalinya Yena melihat warna itu secara nyata, karena hanya akan keluar di saat-saat tertentu.
Sudah ia bilang, vampire itu makhluk yang tak bisa jujur dengan perasaan mereka sendiri.Manik itu berwarna abu-abu. Menandakan kalau si vampire tengah dikuasai oleh hasratnya, hasratnya seakan tumpah tak terkendali karena warna abu-abu itu terlihat begitu terang meski dalam kamarnya yang remang-remang.
Tidak ada yang berbicara, hanya saling menatap seakan sedang berbicara lewat tatapan tersebut. Lebih tepatnya Yena kehabisan kata-kata, ia seakan dibuat tunduk dengan manik abu-abu itu. Dada Yena masih mengais udara dengan agak rakus, dengan bibir yang sedikit bengkak itu membuat si gadis tampak lebih menggoda.
Sama dengan Yena, meski lebih tenang tapi Jaebum juga terengah. Belum lagi tatapan mata yang sayu itu benar-benar menarik keluar kewarasan Yena.
"Kau tau arti warna ini?" tanya Jaebum tenang, namun suaranya yang terdengar serak itu membuat Yena menahan napas sejenak.
Satu anggukkan Jaebum terima "Sudah kubilang, vampire itu tidak bisa berbohong tentang perasaan mereka."
Yena tanpa sadar memejamkan mata saat Jaebum mengusap pipinya. Im Jaebum sejak tadi benar-benar berusaha menahan dirinya. Dari pertama melihat Choi Yena keluar dengan kemeja putih yang kebesaran itu, Jaebum mati-mati menahan diri. Namun, kala sebuah ketidaksengajaan yang terjadi tadi benar-benar meruntuhkan pertahanan Im Jaebum.
Jarinya mengusap pelan bibir Yena yang masih lembab itu. Yena melihatnya, bagaimana Jaebum menjilat bibirnya sendiri dan bagaimana manik itu yang kian meredup karena sarat akan nafsu.
"I can't handle my self anymore."
Choi Yena sudah dewasa untuk tau apa maksud Jaebum. Ia tau dengan jelas kemana semua ini akan berakhir. Namun, entah mengapa ia tak bisa menghentikan Jaebum yang perlahan kembali meraih tengkuknya.
Detik itu juga, Im Jaebum kembali membawa Choi Yena dalam pagutan yang begitu memabukkan. Perlahan, Jaebum membawa tubuhnya untuk berada di atas Yena yang terlentang di ranjang empuknya.
Salah, ini sangat salah.
Tapi Choi Yena tidak bisa menghentikan semua ini. Karena ia tau, mereka berdua sama-sama menginginkannya.
Malam itu, berakhir dengan suara lenguhan dan jeritan kecil dari Yena karena tubuhnya yang entah mengapa menjadi terlewat sensitif.
Dalam diam, gadis itu cukup lega karena ia masih memiliki sisa pengaman yang disimpannya.
ㅡtbc.
GAK SANGGUP AKU LANJUTINNYA! /nyerah/
Btw ini ya...
Cakep bgt matanya abu-abu:')
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...