Yena membalik halaman bukunya seraya memakan anggur. Sudah satu bulan ia mempelajari necromancy, dan sudah mengembalikan buku yang ia pinjam sekitar dua minggu yang lalu. Jadi, kini Yena membaca buku catatan yang ia buatㅡdari pada harus kembali meminjam bukunya.
Necromancy pertama disebutkan dalam sastra di Homer's Odyssey. Dijelaskan bahwa ritual ini bersifat duniawi, namun tetap memerlukan kekuatan dunia lain. Tergantung kebutuhan, kebutuhan dan prosesnya juga berbeda setiap ritualnya. Yena terkadang terkecoh oleh sejarahnya, terkadang ia lebih hapal dengan sejarah necromancynya dari pada cara ritualnya.
Yang bisa Yena ingat dengan mudah adalah ritual yang ekstrim dan yang aman. Untuk yang ekstrim ini, sang pembangkit harus diam berhari-hari di dekat mayat, memotong beberapa bagian mayat hingga memakannya. Namun hal tersebut dilakukan kalau ingin mendapatkan kecerdasan si mayat di masa hidupnya.
Yena bernapas lega, beruntung ia tidak perlu melakukan hal tersebut. Karena, ia di sini hanya bertujuan untuk membuat Yohan kembali ke sisinya.
Waktu terbaik untuk melakukan necromancy adalah malam hari, terutama jika malam itu dipenuhi angin, hujan, dan kilat karena diyakini bahwa arwah akan lebih siap dalam cuaca badai. Meskipun praktik bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, sebagian besar ritual melibatkan penerangan tempat kejadian dengan obor dan menciptakan latar belakang perenungan mendalam dan morbiditasㅡperasaan mencekam.
Bagian terpenting adalah lingkaran sihir, beruntung dulu Yena pernah membaca beberapa buku ayahnya. Jadi, ia tidak perlu bingung untuk menentukan mana lingkaran sihir yang dibutuhkanㅡjuga ada di buku.
Suara benda bertabrakkan dengan meja kacanya membuat Yena menoleh, mendapati Jaebum dengan raut datarnya meletakkan benda yang ia butuhkan. Yena tersenyum, lalu segera mengambil benda itu. Benar, pengawet vampire yang ia butuhkan. Kemasannya memang terlihat seperti sunblock, pemakaiannya juga sama dioleskan ke kulit. Namun, hanya akan berguna untuk mayat, karena akan menyerap ke tubuh dan melindungi organ-organ yang sudah lama tidak berfungsi.
Vampire juga sebenarnya tercipta dengan organ-organ manusia, bedanya hanya milik mereka tidak berfungsi selayaknya milik manusia. Maka dari itu, saat proses perubahan menjadi werevamp dibutuhkan pengawet itu.
"Terima kasih." ujar Yena senang, lalu langsung melesak menuju lantai atas.
"Yohan, aku datang lagi. Kau pakai ini dulu ya, biar bagian dalam tubuhmu terjaga dengan baik."
Memang pada dasarnya ia suka hal-hal horror, jadi Yena sama sekali tidak takut dengan adanya mayat Yohan di sini. Bahkan, ia sama sekali tidak merasa takut saat menyentuh kulit dingin Yohan. Perlahan, ia mengusapkan pengawet yang berbentuk krim ke seluruh permukaan kulit Yohan.
"Kau memang tidak punya rasa takut ya." Jaebum tiba-tiba muncul di sebelah Yena.
Si gadis terkejut, ia harus terbiasa dengan kedatangan Jaebum yang semena-mena itu. Iya, memang Yena tidak takut. Ia hanya terkejut, bayangkan saja tiba-tiba sosok Im Jaebum muncul di sebelahmu. Memang tampan, tapi tetap saja menjengkelkan kalau terlalu tiba-tiba.
"Buat apa takut, ini hanya Yohan."
"Dia sudah tidak bernyawa kalau kau ingat." balas Jaebum sarkas yang selalu dilengkapi raut datarnya.
Yena mendesis tak suka, tapi ia mengabaikan Jaebum. Kembali fokus membaluri pengawet ke kulit Yohan dengan senyuman. Membuat Jaebum bergidik, Choi Yena dengan obsesinya itu sebenarnya bukanlah hal yang baik. Tapi, Jaebum tak bisa sembarangan melarang.
Entah karena ia sudah terbiasa dengan keberadaan vampire, atau aura Jaebum yang kuat membuat Yena tau kapan Jaebum ada di dekatnya atau tidak. Seperti sekarang, Yena tau kalau Jaebum sudah tak ada di ruangan itu bersamanya.
Mengedikkan bahunya, Yena masih fokus pada Yohan dengan senyuman itu. Ia menatap sendu wajah Yohan yang sangat pucat itu. Ia rindu raut wajah tampan Yohan, dulu Yena suka menatapi Yohan yang terlelap. Terasa tenang, berbeda dengan raut tak bernyawa itu. Begitu menyakitkan bagi Yena.
Selesai dengan mengurus Yohan, Yena melangkah turunㅡtak lupa menutup pintuㅡia menemukan Jaebum yang duduk seraya membaca bukunya.
"Itu hanya bagian pentingnya saja yang kucatat." ujar Yena seraya mencuci tangannya di washtable.
"Kau sudah memahami seluruhnya?" suara Jaebum membuat Yena mendongak.
"Hampir, sedikit terkecoh dengan cerita sejarahnya. Menyenangkan untuk di baca."
Langkah kakinya yang berniat mendekat pada Jaebum seketika terhenti. Ia melirik ke arah Jaebum dan tampak menimang sesuatu, sebelum akhirnya mengambil darah yang ia simpan di kulkas. Kalau soal kebutuhan darah, tergantung vampire. Mereka tidak akan terlalu membutuhkannyaㅡkecuali ada pemacunya. Misal, habis mengeluarkan banyak kekuatan untuk melindungi sesuatu atau bahkan mengancurkan sesuatu.
Tapi, Yena memilih untuk memberi Jaebum darahㅡsebagai wejangan tamu. Meski sebenarnya dalam bentuk terima kasih karena sudah membawakan pengawet. Yena lebih suka menganggapnya sebagai pelayanan kepada tamu.
Baru saja ia ingin meletakkan gelas itu di meja, tiba-tiba suara petir yang cukup menggelengar mengejutkannya. Sontak membuat Yena berjongkokㅡbersembunyi di balik pantry. Tangannya otomatis berpegangan di ujung pantry, tapi sayang sekali Yena lupa pasal gelas tadi.
Yena meringis seraya kembali bangkit. Gelas tersebut sudah hancur di tangannya karena benturan kuat dengan pantry tadi. Darahnya yang keluar dari jari-jarinya cukup banyakㅡmengingat bagaimana posisi tangannya yang menghimpit gelas dan pantry tadi. Ia singkirkan beberapa beling yang menancap di jari.
"Astaga, kau mengejutkanku." Yena terperanjat, tanpa sengaja menabrak Jaebum tepat di dadanya saat ia berbalik. Salahkan pemuda Im itu yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Tapi, bukannya menyingkir, Jaebum malah terdiam seraya menatap jari Yena yang berlumuran darah. Si gadis menyadari hal tersebut, belum lagi ia sempat melihat manik Jaebum yang berkelit merah untuk sesaat.
"Mau?" tawar Yena, membuat Jaebum mendongak menatapnya. Gadis Choi itu menahan napas tanpa sadar saat melihat manik Jaebum sudah sepenuhnya berwarna merah.
Tanpa basa-basi, Jaebum langsung menarik tangan Yena. Menyingkirkan beling-beling halus yang tadi masih menancap. Si manis meringis pelan saat beling itu ditarik paksa dari jarinya. Namun, ia tetap membiarkan Jaebum. Melihat bagaimana Jaebum yang hanya diam seraya mulai menjilat darahnya itu entah mengapa membuat Yena berdebar. Dan itu adalah pertama kalinya Jaebum mencicipi darah Yena.
Entah mengapa ide gila itu bisa terpintas di otaknya, tapi ia juga sebenarnya malas membersihkan luka itu. Hitung-hitung juga sebagai rasa terima kasihnya pada Jaebum. Mereka masih diam dalam posisi seperti itu, sesekali Yena masih meringis karena rasa perih saat lidah Jaebum menjilat di bagian goresan yang cukup banyak.
Dalam sekali kedipan mata mereka berpindah, Yena masih tidak terbiasa dibawa teleport sembarang begini oleh Jaebum. Ia duduk di sofa, sementara Jaebum mengusap pelan jari-jarinya yang sudah bersih dari darah. Perlahan, luka itu sembuh membuat Yena mengerjap tak percaya.
Baik, ini hal baru yang Yena ketahui soal vampire.
"Tidak semua vampire bisa menyembuhkan orang lain. Vampire umumnya hanya memiliki kemampuan regenerasi untuk dirinya sendiri, tapi vampire biasanya memiliki kemampuan khusus. Seperti ini contohnya."
"Apㅡ"
Yena seketika bungkam, bola matanya nyaris saja keluar karena begitu terkejut akibat Im Jaebum yang tiba-tiba menciumnya.
ㅡtbc.
Modus itu Jaebumnya gaes, modus dia:'> moga gak ada typo / kurang revisi ya:')
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...