Jaebum menatap tak minat pada segelas darah segar yang terletak di atas nakasnya. Tadi pelayan rumahnya baru saja memberikan jatah darahnya minggu ini, tapi Im Jaebum tampak begitu tidak tertarik dengan darah itu. Padahal itu juga darah manusia, tapi lidahnya sudah terlanjur candu karena darah Yena. Sudah sekitar dua minggu mereka tidak bertemu, masih ada waktu dua minggu lagi sebagai tenggat waktu Jaebum untuk meminum darah Yena.
Memang begitu, mau tak mau, vampire yang terlanjur mencintai manusia setidaknya harus minum darah sang manusia minimal satu bulan sekali.
"Kenapa tidak minum darahnya?" Jaebum menoleh saat mendapati sang ayah berdiri di ambang pintunya.
Sang pemilik kamar hanya bergeming, membuat ayahnya mengernyit heran. Jaebum biasanya memiliki nafsu yang paling tinggi terhadap darah, terutama darah manusia.
"Kau mulai tertarik dengan manusia lagi?" pertanyaan yang dilontarkan ayahnya itu berhasil membuat Jaebum diam tak berkutik. Sejak kejadian Jaebum yang ditinggalkan teman-temannya dulu membuat sang ayah sedikit melarang Jaebum untuk berbaur dengan manusia. Karena sang ayah tak mau anaknya kembali terluka akan perasaan yang menyesakkan itu.
Pemuda Im itu tidak memiliki pilihan lain selain menjawab dengan jujur, ia tersenyum miris dan mengangguk. Membuat ayahnya sadar kalau sang anak kini memiliki perasaan dengan seorang manusia.
"Tidak masalah sebenarnya, lagipula kau harus bisa melihat ke depan. Jangan terjebak dengan kenangan masa lalu Jaebum, tapi yang terpenting apa dia membalas perasaanmu?"
Pertanyaan sang ayah tak kunjung mendapatkan jawaban, Jaebum hanya menatap langit-langit kamarnyaㅡseakan menerawang apakah Choi Yena akan segera membalas perasaannya. Karena jika tidak, Im Jaebum yang akan tersiksa dengan perasaannya sendiri.
"Jika tidak kunjung mendapatkan balasan, kau tau 'kan apa konsekuensinya?"
Jaebum mengangguk pelan, "Salah satu dari kami akan mati."
***
Yena mengaduk brown sugar milk tea miliknya tanpa minat, ia datang ke kafe ini untuk kerja kelompok bersama dua orang temannya. Dulu, mereka akan berempatㅡbersama Yohan. Ngomong-ngomong soal Yohan, sudah dua minggu semenjak kepergiannya yang sesungguhnya. Yena akhirnya benar-benar mengisi guci di krematorium itu dengan abu Yohan yang sesungguhnya.
Dan juga, dua minggu pula ia tidak berjumpa dengan Jaebum. Entah mengapa ia jadi mendadak memikirkan vampire itu, apa semuanya baik-baik saja untuknya? Apa Jaebum butuh darah? Apa Jaebum memikirkannya? Atau, apakah Im Jaebum merindukannya? Entahlah, pikiran Yena benar-benar terkontaminasi dengan nama Im Jaebum.
"Hei, Choi Yena. Kami bicara
padamu."Yena mengalihkan pandangan kosongnya dari segelas minumannya pada dua orang manusia di hadapannya. Menatap raut datar yang diberikan si surai ungu membuatnya merasa bersalah. Sementara si surai gelap hanya terkekeh pelan, karena wajah Yena benar-benar seperti orang yang memiliki banyak beban hidup.
"Hei, kau masih memikirkan soal Yohan? Ini sudah sekitar empat bulan Yena, come on! Move on saja." Gadis cantik dengan surai ungu ituㅡHyewonㅡberujar tajam seraya menyeruput strawberry milkshakenya.
Yang diberi ucapan tajam itu sama sekali tidak perduli, entahlah, ia juga bingung akan perasaannya sendiri. Ia tidak tau apa yang membuatnya sering melamun setiap saat, apa hal yang membebaninya saat ia sendiri. Mungkin kalau bersama dengan seseorang ia akan biasa saja, tapi jika ia sedang sendiri maka pikirannya akan berkelana kemana-mana, ia mudah overthinking akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...