Yena mendongak, melihat sisa-sisa abu yang berterbangan di udara. Tangisannya terdengar pilu, terdengar begitu menyakitkan untuk waktu yang cukup lama. Tangannya yang semula memeluk udara itu perlahan turun. Maniknya masih belum berhenti meloloskan air mata.
Akhirnya Yena mengusap hidungnya pelan dan menyeka air matanya. Tidak ada gunanya lagi ia menangis seperti ini, karena Kim Yohan benar-benar tak bisa ia kembalikan lagi. Seharusnya ia tau, kalau jiwa manusia itu rentan untuk dikuasai. Tapi ia masih nekat untuk melakukan hal tersebut, yang malah mendatangkan hal buruk baginya dan Jaebum.
"Jaebum!"
Seketika kesadarannya kembali tertarik ke dunia nyata, menghalau semua bayangan masa lalunya dengan Yohan, Yena akhirnya bangkit dan berlari menghampiri Jaebum yang menyandar tepat di samping pintu. Vampire itu terpejam dengan dadanya yang bergerak naik turun demi mengais udara.
Yena meringis, melihat banyak luka pada tubuh Jaebum membuatnya tidak tega. Sayatan di lehernya, bekas cakaran di lengannya juga cukup buruk. Sebenarnya, kondisi mereka berdua sama saja. Yena dengan lehernya yang masih merah sebab cekikan, juga pipi dan tangannya yang memerah karena memeluk tubuh Yohan yang terbakar tadi.
Yang jelas, Im Jaebum tampak lebih sekarat dibandingnya karena sesuatu. Yena meraih pundak Jaebum, tapi vampire itu masih bergeming.
"Jaebum,"
Manik Yena melebar saat melihat semburat hitam di sekitar leher Jaebum. Gawat, kutukan iblis itu berhasil masuk ke dalam tubuh Jaebum.
"Im Jaebum, sadarlah!"
Percuma, vampire itu tetap bergeming. Yena menangkup pipi Jaebum, memukul pipi itu pelan namun masih tak kunjung mendapatkan respon.
"Yena..." suara Jaebum terdengar lirih, membuat gadis itu terkesiap karena akhirnya mendapatkan respon juga.
Yena mengangguk, menatap manik merah darah milik Jaebum. Ah benar, ia kehabisan energi. Seharusnya sejak tadi ia membawakan darah, kenapa harus repot-repot panik dan membangunkannya seperti tadi? Buang-buang waktu saja.
"Ah benar, kau pasti butuh darah ya."
Gadis Choi itu menarik tangannya yang semula menangkup pipi Jaebum, memutar tumitnya ke arah tangga untuk turun sebelum ia ditahan oleh Jaebum.
"Darah."
Yena meneguk salivanya, mendengar suara Jaebum yang serak dengan aura vampire menguar entah mengapa membuat atmosfer di sekitarnya terasa begitu mencekam.
"Iya ini aku mau mengㅡ"
Kalimatnya terhenti, tidak, bukan itu yang Jaebum inginkan. Melihat bagaimana manik merah darah itu menatapnya sendu membuat Yena yakin akan satu hal.
"Im Jaebum, jangan bilang kau..."
Hal yang ditakutkan Yena terjadi.
Perasaan vampire akan menjadi boomerang bagi mereka sendiri jika tidak dibalas, intinya vampire itu juga makhluk yang rapuh. Dalam hal perasaan. Mereka bisa saja mati jika perasaan itu tak kunjung mendapatkan balasan. Seperti saat ini, Im Jaebum sedang mendapatkan boomerang atas perasaannya sendiri.
Jika sudah terlanjut mencintai manusia, vampire itu hanya bisa hidup dari darah sang manusia. Keadaan Jaebum saat ini benar-benar sekarat, alasan dibalik Jaebum tidak bisa dengan mudah mengalahkan iblis itu karena ia juga sedang tersiksa.
Jaebum menggeram, rasa sakit ditenggorokkannya itu benar-benar semakin menyiksa saat Yena berada di dekatnya. Aroma manis darahnya itu menjadi siksaan tersendiri untuk Jaebum. Melihat pemuda Im itu yang jatuh meringsut ke lantai dengan napas yang putus-putus membuat si gadis panik. Ia tidak tau harus berbuat apa, terutama Jaebum yang sudah tidak bisa berbuat apapun tidak membantu sama sekali.
"Sudah kubilang untuk tidak jatuh cinta padaku," lirih Yena.
Yena mendekat, ia duduk menyandar pada dinding dan membawa kepala Jaebum ke atas pangkuannya. Ia angkat sedikit kepala itu dan menyodorkan pergelangan tangannya yang sudah ia lukai hingga darah mengalir dari sana.
Vampire itu lantas peka akan aroma darah. Manik matanya berkilat, langsung saja ia menjilat darah di pergelangan tangan tersebut dan menghisapnya pelan hingga tak ada lagi darah yang keluar dari sana.
"Suㅡakh!"
Yena kira Jaebum hanya butuh sedikit darahnya dan dilanjut dengan minum darah hewan seperti biasanya. Namun ia salah, Jaebum kini sudah merubah posisinya menjadi duduk, mengukung tubuh mungilnya di antara tubuh besar itu dan dinding. Jaebum mengigit lehernya, gigi tajam itu menancap tepat di leher Yena. Yena meringis, kedua tangannya meremat kuat bahu milik Jaebum.
Si gadis mengigit kuat bibir bawahnya karena rasa sakit itu. Rasanya, darahnya benar-benar seperti tersedot dan berdesir cepat. Ngilu luar biasa ia rasakan di lehernya, tangan Yena beralih menarik surai yang lebih tua karena Jaebum masih rakus menghisap darahnya.
Matanya mulai terasa berat, kepalanya juga mendadak pusing. Entah karena energinya yang terkuras saat melakukan pembatalan necromancy tadi atau karena ia mulai kekurangan darah. Entahlah, intinya sekarang Choi Yena benar-benar lelah.
Suara decitan ranjang terdengar, Yena membuka matanya. Entah sejak kapan Jaebum sudah membawanya teleport untuk ke dalam kamar. Setidaknya punggungnya mendapatkan tempat yang nyaman, meski tubuhnya masih dikungkung oleh Jaebum. Tapi sepertinya pemuda Im itu tak lagi menghisap darahnya.
Tak lama setelah itu, Jaebum mengangkat wajahnya menjauh dari leher Yena. Gadis itu perlahan membuka matanya karena Jaebum tak kunjung mengatakan apapun, yang ia dapatkan adalah raut bersalah milik pemuda Im itu. Yena tersenyum tipis, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi, bahkan Jaebum sendiri tidak bisa menghendaki hasrat hausnya.
"Maaf." Ujar Jaebum, ia kemudian bangkitㅡtidak lagi mengukung Yena.
Jaebum merasa begitu bersalah melihat raut Yena yang begitu pucat, tapi sekali lagi ia juga tak bisa mengendalikan hasrat haus akan darah. Terlebih, karena Yena sosok yang ia cintai. Hal itu benar, Jaebum nyaris saja mati jika tidak mendapatkan darah Yena tadi. Terlebih, ia baru saja melawan iblis dan jika tidak segera mendapatkan darah, kutukan iblis tadi bisa juga berbuah fatal.
"Tidak perlu meminta maaf, lagi pula kau sudah menyelamatkanku." Balas Yena, ia mengusap lehernya yang terasa nyeri.
"Oh, sebentar. Aku lupa."
Jaebum kembali mendekat, ia mengecup kening Yena pelan. Dan seketika semua luka yang ada di tubuh gadis itu sembuh. Efek bagi vampire setelah meminum darah sosok yang ia cintai itu luar biasa, kekuatan dan kemampuan regenerasi mereka meningkat berkali lipat. Akan lebih luar biasa lagi jika sang manusia mencintai balik sang vampire.
"Im Jaebum." Panggil Yena setelah Jaebum menjauh lagi darinyaㅡmembelakangi Yena yang sudah bersandar pada kepala ranjang.
Yang dipanggil menoleh tanpa suara, menatap Yena yang entah mengapa memberi pandangan sendu padanya.
"Untuk sekarang, kurasa aku belum bisa membalas perasaanmu... Maaf."
Dada Jaebum seketika terasa sesak, lagi-lagi, secara tak langsung Choi Yena menolaknya. Tapi, Jaebum tau dengan jelas gadis cantik itu memiliki alasan yang logis. Semua hal itu memang tidak bisa dipaksakan. Terkadang, ada hal yang memang harus direlakan.
Dan Jaebum lagi-lagi harus merelakan hal tersebut.
"Tidak apa, aku mengerti Yena."
Yena menunduk, ia meremat ujung kaosnya kuat. Ini juga hal yang berat baginya, ia tau kalau Im Jaebum adalah sosok yang baik dan tulus. Vampire itu kalau sudah mencintai manusia, mereka akan sangat setia dan begitu tulus. Yena merasa sangat jahat karena menyia-nyiakan perasaan Jaebum. Tapi mau bagaimana? Ia juga masih berduka.
"Aku pergi dulu ya, kalau kau butuh sesuatu panggil saja namaku dalam pikiranmu."
Lalu Jaebum pergi begitu saja, meninggalkan Yena yang tersenyum miris. Si gadis terkekeh lirih, kenapa takdir sangat suka mempermainkannya seperti ini?
Choi Yena juga sudah lelah.
ㅡtbc.
Sabar ya jaebum:')
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
أدب الهواةChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...