18

204 34 1
                                    

Yena mengerjap pelan, seketika langsung bangkit dari tidurnya. Ia mengusap pelan matanya, menatap sekitar kamar dan tak menemukan Jaebum sama sekali.

Semalam ia benar-benar merasa dipuja, merasa dicintai secara utuh dan setiap sentuhan Jaebum terasa begitu membahagiakan baginya. Jaebum juga berkali-kali mengucapkan kata cinta dengan tulus, dan Yena merasa menjadi manusia paling beruntung karena dicintai oleh Im Jaebum.

Ia bangun pagi ini tanpa rasa sakit di tubuhnyaㅡJaebum pasti sudah menyembuhkannya. Namun, ia bangun tanpa melihat Jaebum entah mengapa terasa hampa. Gadis cantik itu meremat selimutnya, entah mengapa ia merasa begitu khawatir. Yena tau, ia tau kemana Jaebum pergi. Pasti vampire itu kembali ke kastil untuk membantu perang di sana.

Padahal sebelumnya, Jaebum bilang kalau keadaan tidak terlalu genting hingga ia cukup memantau saja. Namun nyatanya, Jaebum kini tak ada di sampingnya. Yena tau, ia tau tanggung jawab Jaebum sebagai penerus pemimpin, ia juga tau kalau Jaebum terlatih dengan baik. Tapi tetap saja, rasa khawatir itu sama sekali belum pergi dari dadanya. Terasa begitu sesak hingga ia hampir kesulitan bernapasㅡkalau saja suara lembut Jaebum tidak terngiang di otaknya.

Yena mengusap wajahnya kasar, tidak seharusnya ia begini. Im Jaebumㅡkekasihnyaㅡitu pasti bisa menaklukan medan perang itu dengan mudah. Terlebih, Jaebum itu berasal dari klan Im.

Dering ponselnya mengusik pikiran Yena, ia seketika tersadar dan langsung meraih ponselnya. Mendapati nama Hyewon di sana membuatnya menepuk kening, hampir saja lupa pasal kegiatannya belajar bersama mereka hari ini.




***




Manik jernihnya menatap ke luar kafe itu, melihat banyaknya manusia dan kendaraan yang berlalu-lalang sejak tadi. Yena sama sekali tidak bisa fokus, pikirannya berkelana kemana-mana. Padahal, Hangyul dan Hyewon sedang sedikit rusuh di depannya. Tapi kerusuhan itu sama sekali tidak bisa mengalihkan Yena dari rasa khawatirnya terhadap Jaebum yang mungkin saja sedang ikut berperang saat ini.

Hembusan napas gusar dari gadis Choi itu membuat Hangyul dan Hyewon saling berpadangan dan menyikut satu sama lain. Berakhir dengan Hangyul yang berdehem cukup kuat, tapi yang ada malah mengalihkan perhatian beberapa pengunjung lainnyaㅡbukan malah mengalihkan perhatian Yena.

"Yena." panggil Hyewon hati-hati, karena sepengelihatannya raut wajah Yena begitu sendu saat ini.

Bergeming, Choi Yena masih menatap ke arah luar dengan mata yang tak berkedip.

"Hei," Hyewon raih lengan Yena, dan berhasil.

"Ah maaf, sudah sampai mana?"

Hyewon mengulas senyum, Yena benar-benar tidak dalam kondisi yang baik selama beberapa hari ini dan hal tersebut begitu nampak dari matanya yang sembab saat iniㅡmeski berusaha ia tutupi dengan bingkai kacamataㅡtetap saja terlihat.

"Kau baik-baik saja Yena?"

Tatapan lembut Hyewon dan Hangyul berhasil membuatnya terenyuh. Gadis itu menunduk dan menggelengkan kepalanya. Perlahan, air matanya mulai mengalir keluar. Hangyul sontak menutup buku dan bangkit, mengambil posisi duduk di sebelah Yena dan menepuk bahunya pelan, juga Hyewon yang mengusap pelan lengannya. Kedua temannya itu seakan mengatakan kalau tak apa untuk menangis.

"Kita sudahi saja tugas ini, masih ada minggu depan." Hyewon mengangguk setuju akan ucapan Hangyul.

"Di sana ada toko bunga, ayo ke sana."




***




Jaebum menatap datar para pembangkan di bawah sana. Jaebum perlahan mengerti, kenapa ayahnya bilang tidak bisa menghentikan perang ini. Karena vampire tanpa klan itu sangat berisik dan keras kepala. Tidak mau membiarkan pemimpin klan Im itu berbicara, yang ada malah berteriak dan menyerang secara membabi buta.

Sang ayah setiap tahun sudah berusaha berbicara lebih dulu, namun hasilnya tetap saja sama. Mereka berteriak pasal keadilan dan rasa aman yang sama sekali tidak mereka rasakan. Ocehan konyol itu membuat Jaebum tertawa remeh. Apanya keadilan dan rasa aman? Mereka sendiri yang memulai menyerang manusia lebih dulu, padahal kalau vampire tanpa klan itu mengikuti aturan lama vampire mereka tidak akan pernah berakhir seperti ini.

Pertarungan di luar sana semakin panas, meski jumlah vampire klan itu sudah banyak berkurang, pasukan mereka jugaㅡmeski tetap lebih unggul vampire klan. Vampire tanpa klan menjadi lebih cerdik tahun ini, makanya Jaebum segera kembali saat merasa keadaan mulai genting.

Jaebum teleport, ia langsung muncul ditengah-tengah pertarungan itu. Manik merah itu menyala ditengah kegelapan, membuat para vampire tanpa klan itu mengambil langkah mundur. Merasakan aura kental dari Jaebum benar-benar membuat mereka semua bergidik ngeri.

Beberapa vampire itu mulai maju, menyerang sang tuan muda secara berkelompok. Karena tidak mungkin melakukan duel dengan Im Jaebum, sama saja dengan bunuh diri.

Terima kasih pada afeksi yang ia dapatkan dari Yena, Jaebum kini berkali lipat lebih kuat dari sebelumnya. Ia hanya cukup membaluti tubuhnya dengan energi kekuatannya, dan energi tak kasat mata itu langsung menyerang dari titik butanya. Sementara Jaebum cukup fokus pada yang ada dihadapannya.

Dengan mudah, Jaebum menghunuskan pedang yang ia bawa ke beberapa pembangkang itu. Ia tidak perduli sudah ada berapa banyak darah yang menyimprat mengenainya, yang jelas Jaebum ingin segera mengakhiri perang tak berguna ini.

"Kau tidak pantas menjadi pemimpin klan."

Seorang vampire yang tengah dicekik oleh Jaebum dengan sok berani mengatakan hal tersebut, yang justru memicu amarah. Tatapan membunuh itu bukan main-main menusuk hingga rasa terbakar pada lehernya yang berakhir dengan api biru membunuh vampire itu seketika. Rahangnya mengeras, diikuti dengan gigi yang menggertak di dalam sana. Menatap satu persatu vampire yang mematung di tempat saat Jaebum menatap mereka tajam.

"Kalian semua tidak berguna."

Jaebum seketika teleport ke tempat yng berbeda, tanpa pandang bulu langsung saja menghunuskan pedangnya pada para vampire di sana. Tak hanya sampai situ, Jaebum bahkan kini menggunakan api biru sebagai pembalut tubuhnya. Membuat tidak ada seorangpun yang bisa menyentuhnya, Im Jaebum menjadi tak terkalahkan.

"Bukankah yang lebih tak berguna adalah anda tuan muda? Kau bahkan tidak bisa melindungi manusia itㅡ" ucapan itu terhenti saat Jaebum menendang lehernya hingga kepala tersebut terpisah dari badannya.

Ia menatap tak minat pada kepala yang sudah menggelinding itu, namun sedetik kemudian ia menyadari sesuatu. Membuat kedua tangannya mengepal dan menatap marah pada semua vampire tanpa klan di sana.

"Apa yang kalian lakukan?!" Ia murka, begitu murka hingga aura vampirenya berhasil menewaskan para vampire tanpa klan yang sudah sekarat.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA YENA?!"





tbc.


Wadoh, apeni.

NECROMANCY (JB x YENA)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang