Yena mendadak terbatuk saat kesadarannya kembali, sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya kondisinya dicekik hingga kesulitan bernapas. Wajar saja saat ia tersadar rasa sesak ditenggorokkannya masih tertinggal, terlebih lagi yang mencekiknya bukanlah manusia. Melainkan vampire.
Maniknya bergerak meneliti ruangan dimana ia berada. Ruangan ini kosong, hanya ada dirinya di sana sebagai satu-satunya isi dari ruangan tersebut. Tempatnya berada tampak begitu usang, dan bau tak sedap menguar dari lantainya yang terbuat dari kayu. Entah karena aroma kayu tua atau memang ia mencium aroma anyir darah? Ia mengerjap khawatir, keadaan terlalu sunyi kalau memang benar ia dibawa sebagai sandera, seharusnya ia akan dibawa ke area perperangan itu.
Yena bangkit, bergerak menuju pintu yang merupakan satu-satunya jalan keluar. Ia coba tarik pelan gagangnya, dan sesuai ekspetasinyaㅡgagal. Tentu saja, tapi setidaknya ia sudah mencoba dari pada tidak kan? Ia meringis saat harapannya untuk kabur yang tipis itu mendadak lenyap karena tak memiliki kesempatan untuk kabur sama sekali kalau seperti ini.
"Oh tunggu, ini bukan baju yang terakhir kali aku pakai."
Seingatnya, ia tak pernah punya setelan putih berbahan sifon yang cukup transparan seperti ini. Meski celana panjang dan bajunya berlengan panjang, sama sekali tidak membantu untuk melindungi tubuhnya dari sensasi dingin yang melingkupi saat ini.
Yena menyerah, ia memilih untuk duduk menyandar pada bagian ruangan yang berada di seberang pintu. Ia memeluk lututnya yang tertekuk di depan dada dan menelusupkan wajahnya. Ia butuh Jaebum, ia hanya bisa meminta tolong pada Jaebum. Namun entah mengapa belum selesai ia mengucapkan nama sang kekasih dipikirannya, mendadak kepalanya terasa begitu sakit. Terus terulang seperti itu hingga kepalanya terasa benar-benar berdenyut.
"Sial, apa mereka yang menghalau komunikasiku dan Jaebum?"
Gadis itu hanya diam seraya mengigit kukunya cemas, ia tak tau apa yang akan terjadi dengannya setelah mendengar suara kunci pintu yang perlahan terbuka. Menampakkan vampire yang sebelumnya mencekiknya hingga kehilangan kesadaran. Untuk apa ia repot-repot masuk dengan cara manusia kalau ia bisa langsung teleport saja. Atau itu salah satu caranya untuk membuat Choi Yena menjadi terintimidasi, atau ia tak bisa melakukannya karena ada pembatas yang menghalau vampire untuk teleport ke ruangan ini. Yang berarti Im Jaebum tidak bisa menemukan keberadaannya sama sekali.
"Kenapa kau tidak coba untuk menggedor pintunya?"
Gadis Choi itu mendecih, pertanyaan yang tak masuk akal.
"Tidak ada gunanya, lebih baik aku menunggu pintu itu terbuka saja seperti saat ini." Balas Yena sarkas.
"Tapi kau juga tak bisa keluar dengan mudah." Si vampire menyeringai.
Ia tau, Yena tau dengan jelas kabur bukanlah hal yang mudah di sini. Ia hanya memiliki pilihan menunggu diselamatkan oleh Jaebum, atau pasrah.
"Im Jaebum itu tak akan bisa menyelamatkan kekasih cantiknya ini tepat waktu."
***
Vampire-vampire tanpa klan itu mengambil langkah mundurㅡlagiㅡkali ini lebih jauh dari sebelumnya. Aura membunuh Jaebum bertambah berkali lipat dan itu benar-benar membuat mereka semua terintimidasi. Bahkan tanpa sadar juga menahan napas mereka karena aura yang mencekam itu, bahkan bisa sampai membunuh vampire yang sekarat. Padahal, Im Jaebum tidak melakukan apapun. Hanya energinya yang menusuk kemana-mana karena dirinya yang terlalu marah.
"Aku tanya sekali lagi, kalian apakan Choi Yena?"
Mungkin suaranya lebih tenang, tapi aura mencekam itu bertambah lebih kuat dari sebelumnya. Hingga sebuah seringai bersama manik yang hampir sampai pada kilat ungu itu seakan menjadi alarm kematian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
Fiksi PenggemarChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...