Ia membuka pintu kamarnya pelan, entah hanya perasaannya saja atau memang benar ada seseorang yang mengawasinya sejak tadi? Tapi tak ia hiraukan.
Yena meletakkan satu buket bunga yang ia beli tadi di atas nakas. Mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu, ia ingin sekali memberikan bunga itu pada Jaebum sebagai wujud dari rasa cintanya. Kedua sudut bibirnya terangkat, membayangkan hari-harinya bersama Jaebum nanti akan begitu menyenangkan.
Suara ribut angin mengundang perhatian Yena, ia melirik pada jendela. Memang tidak ada apa-apa, hanya ada awan dan langit yang mulai berubah warna karena sang mentari ingin menyudahi tugasnya untuk menerangi langit.
Ia benar-benar berterima kasih pada Hyewon dan Hangyul yang cukup membuatnya tenang hari ini. Setidaknya karena kedua temannya itu, Yena tadi bisa kembali tertawa dan tidak terlalu memikirkan pasal Jaebum yang sedang perang. Ia juga tidak mau terlalu khawatir atau terlalu memikirkan Jaebum, takutnya hal tersebut bisa mengangganggunya.
Gadis cantik itu merebahkan dirinya di kasur, menatapi langit-langit kamarnya dan sesekali terkikik geli. Memikirkan kalau langit-langit kamarnya itu selalu ia tatap saat berada di bawah kungkungan Jaebumㅡia tidak sanggup menatap Jaebum yang begitu bergairah kala itu. Mendadak wajahnya terasa panas, Yena mengusap wajahnyaㅡbisa-bisanya ia memikirkan hal itu.
"Aku harap Jaebum baik-baik saja."
Ia membuang udara yang terasa berat di dadanya, memang ia hanya bisa menunggu dan berharap yang terbaik saja untuk Jaebum saat ini. Ia tidak mau menambah beban Jaebum dengan overthinking atau dengan nekat mencari vampire Im itu, yang mungkin saja malah membahayakan mereka berdua. Ia hanya bisa percaya pada Jaebum saat ini.
Yang disayangkan hanya satu hal, ia tidak sempat memberi semangat dan pelukan pada Jaebum malam itu. Karena kala ia bangun di pagi hari, Jaebum sudah tak ada bersamanya. Tapi tak apa, ia bisa memberikan ucapan selamat setelah semua ini berakhir nanti.
Yena mendadak bangkit, tertawa kecil karena menyadari ia belum mandi sepulang tadi. Maka, ia dengan cepat menyambar handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri. Ia lagi-lagi tersenyum kecil saat membaluri rambutnya dengan shampoo mint miliknya. Mengingat, setelah mereka bercinta untuk pertama kalinya, ia bangun di pagi hari dan menemukan Jaebum yang beraroma mint ini.
Sebuah kenangan kecil dulu ternyata bisa menjadi kenangan yang membahagiakan seperti saat ini. Maka dari itu, Choi Yena selalu menghargai setiap momen yang terjadi di hidupnya. Yena ingin mengingat semua momen yang terjadi dalam hidupnya, ia ingin mengabadikan momen sepanjang hidupnya.
Selesai mandi, Yena langsung keluar dari kamar mandi. Memilih baju yang nyaman untuk dipakai tidur dan berjalan ke dapur dengan handuk kecil yang masih bertengger di lehernya. Sesekali mengusapkan handuk itu pada rambutnya yang masih basah. Yena mengambil jus dari dalam kulkas, meminumnya dengan tenang sebelum ada suara pintu diketuk.
Gadis Choi itu mengernyit, bertanya-tanya siapa yang bertamu. Tidak mungkin Jaebum, karena kekasihnya itu pasti akan langsung muncul tiba-tiba di dalam rumah. Ia memutar tumitnya menuju pintu depan, sedikit was-was sebelum akhirnya membuka pintu tersebut.
Yena tersenyum canggung pada seorang wanita paruh baya di hadapannya. Memikirkan apa wanita itu tersesat, atau butuh sesuatu darinya?
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Yena akhirnya, karena sang wanita hanya diam menatapnya, juga sesekali menatap ke dalam rumahnyaㅡtampak seperti mencari sesuatuㅡYena sama sekali tak yakin akan mendapatkan respon seperti apa. Ia hanya takut jika ternyata wanita itu bukanlah orang biasa, beberapa spekulasi buruk muncul di otaknya. Contohnya, pencuri.
Bisa saja kalau dengan tampang rapuh dan tak berdaya seperti ini hanya sebagai pengalihan, siapa tau tiba-tiba datang sekelompok pria kekar dan merampoknya. Tapi buru-buru Yena buang pikiran buruknya, karena sang wanita kunjung menunjukkan senyuman ramah.
Memang tidak boleh menilai buku dari sampulnya.
"Apa aku boleh berteduh di sini? Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." Suara ramah nan lembut itu berhasil membuat Yena merasa bersalah karena sudah berprasangka buruk tadi.
Dan benar saja, sedetik kemudian air hujan mulai membasahi bumi. Diikuti dengan angin yang cukup kuat, membuat Yena tanpa basa-basi langsung menyuruh wanita itu masuk. Yena berjalan lebih dulu dan mempersilahkan sang tamu untuk duduk.
Namun, ia tak menemukan kehadiran wanita itu di belakangnya. Wanita itu masih bergeming di ambang pintu dengan senyuman yang misterius.
"Ternyata ini yang membuatkuㅡkamiㅡtidak bisa teleport ke dalam rumahmu."
Yena tertegun, ia mendadak tak bisa bergerak saat melihat beberapa orang lainnya munculㅡlebih tepatnya teleport di depan pintu masuk rumahnya. Sudah dipastikan mereka itu vampire yang merupakan musuh dari klan Im.
"Im Jaebum ternyata benar-benar melindungimu, tak heran jika kami tak bisa dengan mudah menculikmu. Perlindungan yang diberikan oleh tuan muda itu sangat kuat. Beruntung kami punya vampire klan di sini." Wanita tadi yang menipunya itu tersenyum licik dengan manik merah terangnya yang berkilat kala petir menyambar.
Para vampire di sana tampak menepi, seakan memberi jalan untuk orang lain dan menyambutnya. Dan benar saja, muncul vampire lain yang auranya cukup kental. Ia bisa menyimpulkan kalau itu adalah vampire klan yang tadi dikatakan.
Bahkan hanya dengan tatapan mata yang tertuju langsung pada Yena berhasil membuatnya mati kutu, Yena begitu terintimidasi dengan manik merah itu.
"Untuk kali ini, aku tidak akan menyalahkan kalian. Karena memang pengaman yang diletakkan Im Jaebum itu benar-benar kuat. Hanya vampire klan yang bisa mematahkannya." Ujarnya pada beberapa vampire lainnya.
Seharusnya Yena bisa lari, seharusnya ia bisa menyelamatkan dirinya. Seharusnya ia bisa berteriak meminta pertolongan pada Jaebum. Seharusnya, tapi tidak kali ini karena sekujur tubuhnya kaku dan lidahnya benar-benar kelu untuk sekedar mengatakan sesuatu. Pikirannya mendadak kosong, ia tidak bisa melakukan apapun selain terdiam menatap bagaimana tiba-tiba benang tipis muncul di pintu rumahnya. Mungkin itu pengaman yang mereka maksud.
Lalu, dengan perlahan benang-benang itu terulur. Namun, tak sampai putus. Hingga vampire-vampire itu masih tertahan di luar.
"Sialan, klan Im benar-benar menyusahkan."
Diam, mereka semua terdiam saat vampire klan itu mengumpulkan fokusnya ke titik paling tinggi. Begitupun Yena, lebih tepatnya ia tidak bisa bergerak sama sekali. Hanya pasrah pada nasibnya begitu benang-benang itu akhirnya terputus dan kumpulan vampire itu menghampirinya hingga tubuhnya terdorong dengan lehernya dicekik kuat membuat paru-parunya kekurangan pasokan oksigen.
"Oh, sepertinya tidak menyenangkan langsung membunuhnya ya. Im Jaebum itu memiliki kelemahan, ia pasti akan mudah dipancing jika kita menyadera gadis ini."
Setelahnya, Yena hanya merasakan ia berpindah tempat dan kesadarannya lenyap seketika.
ㅡtbc.
Ninu ninu ninu, jaebum jaebum! Mana neh, pacarnya diculik neeeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...