Epilog

248 31 10
                                    

Gadis itu berlari cepat menuju suatu kafe yang menjadi tempat perjanjian mereka untuk bertemu hari ini. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, kafenya ada di sebrang sana. Namun, ia belum bisa menyebrang sekarang karena belum saatnya untuk para pejalan kaki untuk menyebrang. Tangannya bergerak meraih kamera yang menggantung di lehernya, memfokuskan pada jalanan yang penuh akan kendaraan yang berlalu-lalang.

Ia menyunggingkan senyuman saat melihat hasil foto tersebut.

Ia bisa melihat ketiga orang teman-temannya yang sudah sampai, juga dengan minuman di hadapan mereka. Si cantik mengulum senyum, ia tak perlu repot-repot lagi memesan minuman kalau begitu. Sebuah hologram lampu hijau untuk pejalan kaki muncul, membuatnya langsung melangkah maju dengan tergesa-gesa. Terlalu tergesa hingga tak sengaja bahunya bertabrakkan dengan seseorang.

"Astaga maaf." Ia langsung buru-buru berbalik dan membungkuk sopan.

Sosok yang ia tabrak itu mematung sesaat, mereka saling berpandangan dengan latar banyaknya orang yang berlalu-lalang di sana. Pemuda tampan itu mengerjap, lalu menyunggingkan senyuman. Yang entah mengapa membuat dada Yena mendadak terasa sesak.

"Ah iya tak apa, lain kali hati-hati." Mendapati sosok yang ia tabrak tadi tidak keberatan, ia langsung buru-buru membungkukkan badannya sekali lagi dan langsung memutar tumitnya menuju tujuan awalnyaㅡkafe.

Suara lonceng kecil terdengar saat ia membuka pintu kafe itu, lalu disambut dengan sapaan hangat dari pelayan di sana. Ia tersenyum tak kalah hangat dan melambaikan tangan pada teman-temannya.

"Kami baru saja menyaksikan adegan drama picisan di antara penyebrang jalan tadi." Ujar salah seorang temannya, yang kemudian terkikik bersama dua orang temannya yang lain.

"Bukankah indah sekali saat mereka berdua saling menatap tadi?" tambah pemuda kekar itu.

"Hentikan astaga, lihat wajah Yena sudah siap menggigit
kalian."

"Hei, Kim Yohan ada apa dengan gaya rambutmu itu?" bukannya berterima kasih pada Yohan yang sudah membelanya, Yena malah meledek sahabatnya itu.

Hyewon dan Hangyul kembali terkikik, entah mengapa dua manusia itu sangat akrab hari ini. Biasanya Hyewon akan memarahi Hangyul yang memesan kopi, namun kali ini tidak.

"Kau tidak tau saja aku mendapatkan banyak pernyataan cinta karena gaya rambut baruku ini."

Yena hanya menatap datar Yohan yang ada di sampingnya, memang ia akui kalau sahabatnya ini memang tampan. Terlalu tampan, hingga kekasih sahabatnya ituㅡSakuraㅡkhawatir jika ada yang berniat merusak hubungan keduanya. Padahal semua orang tau, seberapa bucin Kim Yohan pada Miyawaki Sakura.

"Ngomong-ngomong Yena, apa yang kalian berdua lakukan tadi sampai saling bertatapan lama?" tanya Hyewon penasaran.

Gadis Choi itu merotasikan bola matanya malas, bukan hal penting untuk dibahas. Tapi toh ia tak akan bisa keluar dari rasa kepo Kang Hyewon.

"Tidak ada, hanya saja entah mengapa aku merasa tak asing saat melihatnya." Balas Yena seraya meminum milk tea yang sudah dipesankan lebih dulu.

"Bisa saja dia adalah seseorang yang kau cintai di kehidupan sebelumnya."

Yena tersedak, entah mengapa ucapan Hangyul tadi membuat dadanya kembali terasa sesak.

"Konyol sekali pikiranmu Lee Hangyul."

"Hei mungkin saja, ini tahun 2120. Kita tidak tau hal apa saja yang sudah terjadi selama ini."

Hyewon dan Yohan tertawa lepas mendengar ucapan Hangyul, kedua temannya itu berpikir kalau perkataan Lee Hangyul adalah omong kosong. Berbeda dengan Yena yang entah mengapa merasa kalau itu ada benarnya. Tapi untuk saat ini, Yena tak mau memikirkan hal itu.

NECROMANCY (JB x YENA)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang