Yena suka tatapan teduh yang Jaebum berikan padanya. Ia suka usapan lembut yang Jaebum lakukan di pipinya. Juga suka kala bibir itu tersenyum untuknya.
Tapi, sebuah fakta menamparnya. Tidak, ia tidak boleh seperti.
"Maaf, tolong jangan seperti ini Jaebum."
Meski berkata seperti itu, Yena menggenggam tangan Jaebum yang masih berada di pipinya. Tanpa sebab, si gadis terisak.
Ini sulit, Choi Yena juga perlahan goyah. Tapi, ia tidak mau semuanya berantakan. Terlebih, ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk berhasil membangkitkan Yohan.
Ia tidak bisa berhenti karena perasaannya yang bimbang. Mungkin karena Jaebum yang hadir di sisinya saat Yohan tak ada, jadi Yena merasa tenang karena ia tak sendiri.
Benar, hanya seperti itu.
"Kau bilang jangan seperti ini, tapi kenapa menangis?"
Tindakan Jaebum yang mengusap air matanya, entah mengapa membuat Yena semakin terisak. Perkataan Jaebum tadi seakan menyadarkannya, Choi Yena sedang berusaha menghindari fakta jika dirinya mulai merasa nyaman pada Im Jaebum.
"Jangan membuatku bimbang, ku mohon..." lirih Yena, ia mengusap kasar air matanya lalu menjauh dari Jaebum.
Si Choi pergi meninggalkan Jaebum di sana sendiri.
Semua terasa begitu sulit, Yena melangkah keluar seraya mengigit bibir bawahnya. Ia tidak mau menangis, ia tidak mau terlihat lemah. Meski dadanya sesak bukan main saat menatap Jaebum, tapi ia tidak bisa seperti ini. Prioritasnya hanya Kim Yohan.
Tapi belum sempat kakinya menapak di anak tangga, tubuhnya tertarik mundur dan dibalik paksa. Bahunya dicengkram cukup kuat, ia terkejut mendapati Jaebum di sana. Pemuda itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Air mata yang ia tahan kembali terjun bebas. Yena tidak mau seperti ini, ia tidak mau goyah hanya karena tatapan Jaebum yang seakan menyihirnya.
"Yena, kau tidak bisa berbohong kepadaku."
Yena menunduk, bahunya bergetar karena pada akhirnya tak bisa menahan tangis.
Dalam satu tarikan napas, Yena tertarik ke dalam pelukan Jaebum. Sebuah dekapan erat ia dapatkan, terasa hangat dan nyaman. Tapi lagi-lagi, Yena berusaha menyangkal fakta.
Ini salah.
Jaebum terdorong pelan oleh si gadis. Ia tersenyum miris, karena Choi Yena benar-benar keras kepala. Dadanya juga terasa sesak. Perasaan asing itu menyeruak dan mendominasi tanpa sadar. Entah sejak kapan, tapi ia yakin kalau Choi Yena berhasil membuatnya tau apa itu yang namanya mencintai.
Tapi, kalau terus seperti ini akan berbahaya. Perasaan itu akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Yena sama sekali tak tahu soal ini, gadis itu hanya merasa kalau Jaebum menginginkan tubuhnya. Tidak lebih.
"Aku punya tujuanku. Membangkitkan Yohan, itu tujuanku. Dan kau, membantuku agar hal itu berhasil. Tidak boleh lebih dari itu." suara Yena terdengar bergetar, ia menarik napas perlahan. Memenuhi rongga dadanya dengan udara yang tadi seakan lenyap begitu saja kala ia menatap Jaebum.
"Aku tidak bisa mencintaimu, dan kau tidak boleh mencintaiku. Tolong, lupakan apa yang terjadi semalam."
Memang terdengar kejam, tapi pada kenyataannya hubungan mereka tidak lebih dari itu. Kejadian semalam, Yena hanya terbawa suasana. Ia sudah lama tidak merasakan sensasi seperti itu, karena terakhir kali ia melakukannya hanya bersama Yohan.
Choi Yena bersumpah pada dirinya, ia tidak boleh melewati batas. Ada banyak orang di luar yang bercinta tanpa melibatkan perasaan, dan ia juga harus seperti itu. Lagi pula, yang terjadi semalam adalah yang pertama dan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCY (JB x YENA)✔
FanfictionChoi Yena yang tidak bisa hidup tanpa kekasihnya, mendadak harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata kekasihnya itu meninggal karena kecelakaan. Choi Yena berpikir untuk mencari alternatif, dan menemukan sebuah fakta kalau ia bisa membangkitkan...