08

242 30 4
                                    

Kelopak mata itu perlahan terbuka, menampilkan manik jernih yang masih tampak sayu. Sang empu mengerjap beberapa saat, mengernyit saat menemukan cahaya matahari sudah cukup cerah di balik tirai jendelanya.

Apa yang terjadi?

Yena merasa tidak mampu untuk bangkit, posisinya yang miring ke samping kiri benar-benar membuatnya tak berkutik. Meringis pelan, ingatan kejadian semalam akhirnya terlintas. Wajahnya mendadak merah padam, membayangkan bagaimana Jaebum semalam tampak begitu bergairahㅡsama dengannya.

"Sudah bangun?"

THE FVCK.

Manik Yena membola, ia tidak menyangka akan mendengar suara Jaebum secepat ini. Yena bahkan tak yakin, apa Jaebum masih ada di sebelahnya atau bagaimanaㅡyang jelas Yena sangat malu sekarang.

Berusaha untuk mengubah posisinya, Yena akhirnya berhasil berbalikㅡterlentanㅡdan menemukan Jaebum dengan setelan kaos hitam dan celana bahan pendek berwarna coklat tengah menatapnya. Rambutnya yang masih sedikit basah itu jelas menandakan kalau pemuda tampan itu baru saja selesai mandi.

Yena mengerjap, ia yakin kalau yang dipakai Jaebum itu baju milik Yohan. Tapi, ia memilih untuk diam dan kembali memejamkan matanya. Pusing, ia pusing melihat Im Jaebum dengan tampilan seperti itu.

Kenapa tampan sekali?

Suara kekehan Jaebum terdengar, ia pasti membaca pikiran Yena. Persetan dengan rasa malu, Yena memang hanya mengutarakan kebenaran. Si gadis yang semula tengah mengumpat, lantas bergeming saat Jaebum mendekat ke arahnya. Aroma shampoo mint Yena menguar dari Jaebum, dan lagi-lagi segalanya selalu cocok dan sempurna jika di Im Jaebum.

"Tubuhmu masih sakit?"

Pertanyaan yang dilontarkan Jaebum sukses membuat wajah Yena merah padam. Bisa-bisanya pemuda tampan itu dengan santai mengutarakan pertanyaan seperti itu. Berbeda dengannya yang berusaha menghapus semua ingatan pasal kejadian semalam. Tapi demi apapun tidak semudah itu, apalagi tubuh Jaebum yang sempurna luar biasa itu. Meski kulitnya putih pucat dan dingin, entah mengapa semalam Im Jaebum tampak manusiawi.

Yena buru-buru berhenti memikirkan itu, karena Jaebum pasti sedang membaca pikirannya. Masih terlalu pagi untuk mendengar suara teriakan Yena, jadi Jaebum memilih untuk diam.

"Kenapa bangun pagi sekali?" akhirnya Yena bersuaraㅡmeski suaranya serak.

"Vampire tidak terlalu butuh tidur."

Hanya gumaman mengerti yang Jaebum dapati dari Yena. Pemuda Im itu sudah duduk di samping Yena yang masih betah dalam posisi tidurnya. Namun tak lama, ia berangsur bangkit untuk duduk. Selimut yang tadi menutupi tubuhnya sontak tersibak saat ia duduk, menampilkan pundaknya yang dipenuhi bercak merah keunguanㅡyang sudah dipastikan siapa pelakunya. Yena gelagapan, ia langsung saja menarik selimut itu untuk menutup hingga batas lehernya.

"J-jangan melihatnya." Beruntung, Jaebumpun acuh.

"Aku m-mandi dulu." Yena meringis, juga mengumpatㅡentah untuk yang keberapa kali. Tubuhnya sakit bukan main, juga ia mencerca dirinya sendiri. Kenapa pula ia harus sangat gugup.

"Butuh bantuan?" tawar Jaebum, karena Yena masih bergeming di posisinya. Meski tadi ia sudah berusaha untuk bergerak, tapi tampaknya rasa sakit itu belum reda.

"Tidak perlu, kau tunggu di luar saja. Aku bisa mengatasinya."

Melihat Yena yang sama sekali tak mau menatapnya membuat Jaebum paham. Gadis manis itu masih malu ternyata. Ia bangkit, lalu melangkah keluar kamarㅡkarena hanya akan pergi ke ruang tengah, jadi Jaebum tidak perlu untuk teleport.

NECROMANCY (JB x YENA)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang