Chapter 1: The Surprise

1.3K 123 14
                                    

Izanami Hifumi terbiasa melamun di depan pintunya selama beberapa saat sebelum ia masuk.

Seperti sekarang, misalnya.

Ada keengganan yang mengikat kedua kakinya setiap kali Hifumi menyusuri koridor kondominium itu. Ada sesuatu yang menahan tangannya di udara, seolah-olah mencegahnya untuk memutar kenop pintu terlebih dahulu.

Pada saat itu pula, kepala Hifumi penuh dengan pertanyaan-pertanyaan.

Kenapa aku harus selalu pulang ke sini?

Matanya bergerak dari pintu ke arah kantung belanjaan yang membebani kedua tangannya.

Kenapa pula aku harus repot-repot melakukan hal ini? Ia mendengus ke arah bahan makanan yang tersembul di sela-sela kantung belanjaan itu. Aku hanya melakukan siklus yang sia-sia.

Tidak ada orang yang menunggunya di dalam sana, tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan; tidak hari ini, tidak pula besok ...

Intinya, tidak ada apa-apa.

Sesuatu di dalam dirinya tergoda untuk pergi ke tempat sampah dan membuang semuanya, tetapi Hifumi tetap terpaku pada tempatnya.

Barangkali, suara di dalam kepalanya berdesis, itu karena kamu terlalu pengecut untuk melakukannya.

Hifumi menghela napas lagi.

Sadar bahwa merenung sambil berdiri seperti ini hanya akan membuat kedua kakinya lelah, ia memutuskan untuk membuka pintunya—

"Eh?"

—hanya untuk menyadari adanya orang lain yang tengah menyedot debu karpet ruang tamunya.

Hifumi mengerjap. Mungkinkah ia masuk ke dalam kamar yang salah?

... tidak. Jelas-jelas namanya tercetak di atas tombol bel. Lagi pula, kunci pintunya tidak bisa digunakan untuk membuka pintu orang lain.

Kalau begitu, bagaimana mungkin orang itu bisa masuk?

Terlebih lagi—

Jantung Hifumi seperti merosot ke perutnya ketika mata mereka bertemu.

—wajah yang balik menatapnya itu adalah wajah Kannonzaka Doppo.

.

.

Kantung belanjaannya jatuh begitu saja ke lantai berkarpet dan membuat isinya berhamburan.

Tetapi Hifumi tidak peduli soal itu. Tidak selama sosok itu masih berada di depan matanya.

Ini tidak mungkin nyata. Tangannya yang gemetaran mencapai matanya dalam upayanya menenangkan diri. Tidak. Doppo sudah—

"Maaf."

Suara itu—suara yang sungguh mirip dengan Doppo itu—membuat jantung Hifumi tersentak.

Ketika ia mengangkat wajah, pria itu masih berada di sana. Matanya menatap Hifumi dengan bingung, dan Hifumi baru menyadari bahwa lingkaran hitam yang biasanya menggantung di bawah mata Doppo telah menghilang.

Mungkinkah obat yang kuminum semalam membuatku berhalusinasi?

Ia mengerjapkan matanya sekali, dua kali, hanya untuk menegaskan bahwa sosok itu benar-benar nyata. Bahwa apa yang dilihatnya sama sekali bukan halusinasi, melainkan bagian dari kenyataan.

Gumpalan panas berkumpul di pangkal tenggorokan Hifumi, dan suara yang keluar dari mulutnya terdengar begitu asing.

"...Doppo-chin ...?"

[HifuDo] WitheringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang