"Adekkkkkkkkk!"
Sehyung sudah dari tiga puluh menit yang lalu siap nangkring di depan pintu rumah sampai selonjoran di lantai akibat lamanya si bungsu bersiap diri.
Papanya sudah dari tadi berangkat dan Sehun gak mau bawa mobil sendiri, alhasil Sehyung jadi tumbal keleletan Sehun.
"Aduh Kakak gak boleh gitu, yang sabar sama adeknya," tegur sang mama.
"Belain aja terus, sampai Sehun tumbuh buntut."
"Yakan adek kamu mau punya buntut,"
Sehyung mendengus, salah lagi salah lagi. Laki-laki berumur tiga puluh enam tahun ini sungguh cemburu dengan adiknya sendiri. Maklum saja dulunya Sehyung menjadi anak tunggal selama sepuluh tahun sebelum Sehun lahir ke dunia.
"Terus aja gitu, terusin," si kakak cemburu.
Sehyung ingat ulang tahun terakhirnya yang dirayakan sebelum ada Sehun, semua kado untuknya semua. Sejak ada Sehun, perayaan ulang tahun mereka selalu di gabung, Sehun tiup lilin duluan, Sehun juga yang buka kado duluan.
Sehyung mendadak menjadi patung frozen, membeku melihat Sehun yang mengambil semua mainan favoritnya. Bahkan minuman kesukaan Sehyung selalu Sehun yang meminumnya.
"Cari istri sana, cemburuan mulu," omel mama.
Sehun berjalan lesu ke pintu rumah, bahkan pakai sepatu saja dia gak mau. Yumi sudah berkali-kali nyuruh berangkat tapi Sehun tetap gak mau.
Kata Yumi si Sehun trauma sama laptop dan aplikasi office yang ada di komputer. Padahal semua hanya tipuan, biar gak di suruh urus perusahaan.
"Kak, tolong wajah Sehun nanti di kantongin plastik item ya," pesan Yumi.
"Kenapa dek?"
"Biar gak ada yang lirik."
Sukses membuat Sehyung tertawa, buru-buru dia ambil kantong plastik hitam bekas bibi belanja sayur di pasar.
"Siap Bosque," semangat sekali dia sampai hormat segala.
"Bilang aja takut kalah ganteng sama aku, semangat bener," sinis Sehun tidak terima wajahnya di tutup kantong plastik.
"Eh gini gini anak perawan orang masih histeris ya kalau kakak lewat depan mereka," Sehyung berbangga diri.
"Buktikan lah, bacot aja di terusin," sahut mama.
Berangkatlah kakak-beradik menuju perusahaan papanya, lebih tepatnya perusahaan keluarga papanya. Tapi papa mereka yang mengelola.
Sepupu mereka yang lain tidak ingin terlibat dalam usaha keluarga, maunya terima uang saja. Keluarga besar Sehun terkenal dengan keahlian investasi properti, jadi tidak heran kalau sepupu mereka lebih tertarik bekerja pada bidang kesukaan mereka tersendiri.
"Kenapa harus aku yang disuruh belajar sih kak? Yang lain kan masih ada."
"Yang lain punya pekerjaan tetap semua."
"Kan aku juga."
"Kamu itu semi pengangguran dek, kalau gak ada jadwal nganggur kan. Mau kasih Yumi makan apa coba kalau begitu terus," nasehat Sehyung.
"Kak midoo kan ada," Sehun masih protes.
"Dia dokter saraf dek, gak semudah itu ngelepasin profesinya."
"Kak Seokhyung," Sehun mencoba mengabsen satu per satu kakak sepupunya.
"Dia dokter kandungan, aset keluarga itu, enak aja ganggu profesi dia," Sehyung tidak terima, baginya punya saudara dokter spesialis itu adalah hal yang harus di syukuri.
"Kak Donghae, nah dia sama aja tu kayak aku, keliaran di entertain."
"Ya gak gitu juga kali, dia kan ngejalanin perusahaan agensinya sendiri sekarang," bela Sehyung.
Sehun merajuk masih tidak terima kenyataan bahwa dia menjadi karyawan kantoran.
Sehyung sodorkan kantong plastik hitam bekal Yumi yang harus Sehun pakai, "buruan!" Titah kakaknya.
"Mau kakak foto ini, cepetan," kata Sehyung lagi.
👣👣👣
Yumi mondar-mandir di depan televisi sampai mama Oh bingung harus bicara bagaimana lagi agar anak mantunya ini diam di tempat.
"Kenapa, yum?" Yang ditanya menoleh.
"Ituloh ma, kira-kira desain Yumi menang tender gak yah," dari tadi Yumi mencoba untuk menghubungi Taeyong tapi nomornya tidak bisa di hubungi.
Ingin mencoba menghubungi bosnya tapi Dia tidak berani, bisa-bisa Yumi cuti selamanya nanti. Perjanjiannya selagi hamil Yumi wajib mengambil cuti, soal gaji Baekhyun jamin gak dibayar sama sekali. Karena, Yumi pasif di rumah dan tidak ada kontribusi.
Usut punya usut, Baekhyun menjanjikan satu hal, kalau menang tender, Yumi boleh masuk kantor lagi dan saat menjelang menunggu hari lahir, baru cuti kembali.
Sedangkan Baekhyun di kantor sana sedang galau karena kisah cinta yang begitu menyedihkan. Sedangkan Taeyong sudah di ancam duluan sama bosnya untuk memblokir nomor Yura untuk sementara waktu.
Note: *Cerita galau Baekhyun ada di fanfict judulnya Three Word kalau yang mauu tau*
Ponsel Yumi berdering dan wajahnya kecewa seketika, yang nelpon bukan Baekhyun ataupun Taeyong. Tapi, Sehun. Baru kali ini Yumi lesu menerima panggilan masuk dari orang paling ganteng di hidupnya.
"Kerja dulu sana."
Belum mengucapkan, Halo? Eh si Yumi langsung motong pakai gas segala lagi.
"Kok gitu?" Sehun langsung protes.
"Telponin kak Baekhyun dong, yang," pinta Yumi.
Sehun bingung di seberang sana, "gak mau ah."
"Soal kerjaan kok," melas Yumi.
"Gak mau ah."
"Ih kok gitu."
"Ngangkang dulu." Seketika kepala Sehun di tampol pakai sakato sama Sehyung.
"Asuh!" Ringis Sehun.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTING [Sequel Cuddle •OhSehun] • ON GOING
Fanfiction"Sesungguhnya kenikmatan itu tanpa adanya karet." -Sehun. "Enak sih enak, nikmat sih iya, tapi jangan sembarangan tembak dong" -Yumi. Sequel Cuddle •OhSehun. Disarankan untuk membaca cerita sebelumnya. BY : LUCKYMONSTER1416 first publish, 31 Desembe...