11

544 56 5
                                    

Sudah seminggu Saga tidak ada kabar, nomor ponselnya pun masih tetap tidak bisa dihubungi. Entah kenapa ada sedikit rindu yang Tiara rasakan, apalagi belakangan ini perutnya sering terasa nyeri.

Ting!

Suara bel unit Tiara berbunyi, lekas Tiara membuka pintu. Tampak Galih dengan senyum lebarnya meneteng dua kantong plastik besar.

"Selamat pagi mba Tiara, ada titipan nih. Mau saya letakkan ditempat biasa?" ujar Galih.

Tiara pun menggeserkan badannya kesamping agar Galih bisa masuk "silahkan" balas Tiara singkat.

Galih pun masuk kedalam unit Tiara, menaruh tentengan yang dibawanya dimini bar Tiara. Setelah menaruh tentengan tersebut Galih pun pamit undur diri dari hadapan Tiara.

"Mas Galih.." ujar Tiara.

"Ya mba?" tanya Galih.

"Tadi, yang anterin siapa?" tanya Tiara.

"Ohh bukan mas Saga kayanya, tapi dia bilang karyawannya mas Saga" ujar Galih mengingat-ingat.

Rasa rasa kecewa tampak diraut wajah Tiara, saat mengetahui bukan Saga lah yang mengantar kiriman tersebut. Meskipun tetap kiriman tersebut memang darinya.

"Oh, makasi mas Galih" ujar Tiara.

"Sama-sama mba, saya permisi" jawab Galih berjalan menuju lift.

"Kamu kangen daddy ya??" ujar Tiara mengusap perutnya pelan.

"Sabar yaa" gumam Tiara.

***

Hari ini adalah jadwal kontrol Tiara kerumah sakit. Kali ini ia datang sendiri, tanpa Saga. Karna Saga masih tidak ada kabar, dan tidak bisa dihubungi.

Tiara memaksakan senyumnya saat sepasang suami istri menatapnya. Ia merasa sedang dikasihani oleh pasangan tersebut karna hanya dia sendiri yang tidak ditemani oleh pasangannya.

"Ibu Tiara.." panggil seorang asisten dokter.

Tiara mengangguk dan berdiri dari duduknya berjalan kearah ruangan dokter.

"Selamat siang" sapa dokter paruh baya tersebut ramah.

Tiara tersenyum lebar "selamat siang dok" balas Tiara tak kalah ramah.

"Silahkan duduk bu" ujar dokter tersebut.

Tiara pun duduk didepan sang dokter, ia melihat sang dokter yang tengah memeriksa catatan mediknya.

"Berat badan ibu kok ga naik-naik ya" ujar sang dokter saat menutup buku medik milik Tiara.

"Iya nih, dok.. Saya masih suka mual muntah tiap makan apa aja" jawab Tiara.

Sang dokter menyimak Tiara berbicara "terus ibu makan apa??" tanya sang dokter.

"Ada beberapa cemilan khusus ibu hamil, susu ibu hamil, sari buah untuk ibu hamil dan buah-buahan. Tapi tiap kali saya coba makan, makanan yang lain selalu dimuntahkan. Saya cuma bisa makan, makanan itu" jawab Tiara.

"Belakangan ini, perut saya juga terasa nyeri dok" sambung Tiara menyebutkan keluhannya.

"Apa ayah si anak tidak mencoba membelikan makanan yang bisa diterima diperut ibu?" tanya sang dokter hati-hati.

Tiara terdiam, dan tiba-tiba teringat. Ia hanya bisa makan, makanan dari Saga.

"Mari kita USG" ujar dokter berjalan kearah tempat tidur.

Tiara pun mengekor dari belakang. Lalu menidurkan tubuhnya. Seorang asisten dokter pun menarik bajunya sedikit keatas dan memberikan gel dibawah perut Tiara.

Hold my handTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang