25

659 53 12
                                    

Kontraksi Tiara makin menjadi-jadi, yang tadinya Tiara bisa menahan tangisnya didepan Reza dan Yunita kini rasa malu dan segannya hilang menangis didepan Reza dan Yunita.

"Astaga gue ga tega liat kak Tiara deh" gumam Reza.

Yunita yang tadinya sibuk mengusap pinggang Tiara menoleh kearah Reza "makanya jangan pernah lo nyakitin perempuan" timpal Yunita.

"Sekarang gue baru tau, kenapa bang Saga sangat memprioritaskan kak Tiara. Gue juga baru tau, kenapa dia bisa segila itu waktu kak Tiara pergi" ujar Reza.

Tiara tersenyum tipis mendengar ucapan Reza, ya dia selalu menjadi prioritas Saga. Saga juga tidak pernah menyakitinya seujung kuku, bahkan dirinya lah yang selalu menyakiti Saga.

Namun Tiara hanya diam saja tidak menimpali ucapan Reza. Karna rasanya saat mengerluarkan satu kata saja, rasa sakitnya selalu semakin menjadi-jadi. Bahkan Tiara hanya beristighfar didalam hati, melampiaskan rasa sakitnya.

Sudah dua kali sang bidan kembali kekamar Tiara, tapi pembukaannya masih belum bertambah sejak empat jam yang lalu. Masih pembukaan satu, rasanya Tiara tidak akan kuat untuk menahan sakit ini menunggu sampai pembukaan lengkap.

Tiara melirik jam didinding yang sudah menunjukkan waktu pukul 21.10 WIB. Harusnya Saga sudah sampai di Jakarta, tapi Saga masih belum ada terdengar kabar darinya.

"Saga udah dimana ya Ta??" ujar Tiara lemah, ia memaksakan berbicara meski rasa sakit kembali menyerangnya.

"Harusnya udah landing ya.. Mungkin lagi dijalan mau kesini" balas Yunita.

Tiara hanya diam, ia berdoa didalam hati agar Saga tiba dengan cepat dan selamat. Rasanya ia sudah tidak sabar berada didekat Saga. Ia yakin jika ada Saga disini pasti sakitnya akan sedikit lebih berkurang, paling tidak ia bisa melampiakan rasa sakitnya pada Saga.

"Aku ngantuk Ta, tapi ini sakit banget" gumam Tiara pelan.

Yunita mengangguk "tidur gih, aku ga bakal berhenti kok" ujar Yunita yang selalu mengusap pinggang Tiara.

"Maafin ya Ta, harusnya kamu udah istirahat dirumah. Gara-gara aku kamu jadi lembur" ujar Tiara penuh sesal dalam nada kalimatnya.

"Gapapa kak, Yunita juga dapet bonus gede itu" ujar Reza menimpali, ia ingin membuat suasana mencair.

Yunita memicing kearah Reza "soudzon aja lo" balas Yunita.

"Dih, buktinya emang iya kan?? Tiket liburan ke Singapore bareng anak sama laki lo. Pake minta ditambahin tiket hotel sama jalan-jalan lagi, ga ada akhlak emang" ujar Reza.

Yunita mengerutkan keningnya, dari mana Reza tau.

"Lo kira siapa yang nyariin tiketnya kalo bukan gue" ujar Reza yang mengerti kebingungan Yunita.

Yunita mengulum senyumnya, atasannya memang tidak pernah tidak menepati ucapannya. Itu yang membuat Yunita betah berkerja sampai tujuh tahun ditoko Saga.

"Lah kan gue ditawarin" ujar Yunita menyegir.

"Iya, tapi mana minta ditambahin tiket hotel sama jalan-jalan" ujar Reza merengut.

Tiara terkekeh pelan melupakan rasa sakitnya melihat Reza dan Yunita beragrumen "gapapa Za, Yunita pantes kok dapetin itu. Nanti bonus buat kamu dari aku ya" ujar Tiara pelan.

Reza menggerakan tangannya keudara "jangan kak, aku ikhlas kok" balas Reza menolak.

"Dih sok kalem, awas aja lo iri-irian sama gue ya" timpal Yunita.

"Gapapa Za, ini dari aku" ujar Tiara terkekeh.

"Gapapa kak, aku ikhlas beneran" balas Reza.

"Udah kak, tidur aja. Nanti dia juga terima-terima aja itu" ujar Yunita menaikan bagian atas ranjang Tiara, agar Tiara lebih relax.

Hold my handTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang