4

1K 57 8
                                    

Tiara sedang menemani kakek Sophian pergi ke peresmian cafe yang baru dibangun oleh Saga. Jika ditanya kalau iya gugup?? Tentu saja jawabannya iya. Ia berharap tidak akan bertemu lagi dengan laki-laki itu, namun ia lupa ia bekerja didalam keluarga laki-laki itu.

"Kamu tau Tir, gimana pedihnya kehidupan Saga?" ujar kakek Sophian membuyarkan lamunan Tiara.

Tiara yang tadinya memandang jalan yang macet, memutarkan kepalanya kearah kakek Sophian "kenapa kek?" tanya Tiara.

"Saga itu anak yang menyedihkan, dia kehilangan orang tuanya saat dia berumur sepuluh tahun" ujar kakek Sophian memulai pembicaraannya.

Tiara terdiam, ia sedikit teringat dengan kehidupannya sendiri.

"Awalnya dia baik-baik saja, namun setelah beberapa saat menjalani hari tanpa orang tua cacian datang dari sana dan sini" sambung kakek Sophian.

Tiara mengerutkan keningnya, harusnya saat itu Saga mendapatkan banyak simpati bukan malah cacian.

"Saga juga berhenti sekolah saat itu, dan meneruskan usaha orang tuanya" kenang kakek Sophian.

Tiara mengangkat alisnya, diumur yang masih terbilang sangat muda Saga sudah berani mengambil keputusan untuk berhenti sekolah dan meneruskan usaha orang tuanya?? Tiara salut dengan keputusan Saga kecil.

"Emang Saga kenapa mendapat cacian kek?? Harusnya mereka prihatin dan kasihan sama Saga" ujar Tiara mulai bertanya.

Sophian menghela napasnya mengenang masa itu "kamu tau kan, bagaimana sifat anak-anak konglomerat seperti apa?? Waktu itu Saga masih suka kakek bawa kemana-mana, apalagi kalau kepesta. Disana dia bermain sama anak-anak konglomerat lainnya. Disana mereka mengolok-olok Saga. Mereka bilang Saga ga punya orang tua. Tau lah gimana anak-anak kan?? Awalnya Saga biasa saja, namun lama  kelamaan dia depresi" ujar kakek Sophian berkaca-kaca.

Tiara berpikir, anak seumur Saga kecil mengalami depresi?? Bullying memang berdampak buruk, apalagi untuk seumuran Saga saat itu.

"Tapi kamu tau ga Ya??? Saga mampu mengembangkan usaha papanya diumur yang masih sangat belia. Diumur 20 tahun Saga sudah membuka tiga cabang toko perhiasan. Diumur yang sekarang, Saga sudah membuka cafenya yang ketiga." ujar kakek Sophian bangga.

"Maaf kek, apa kakek ikut campur dalam bisnis Saga?" tanya Tiara.

Kakek Sophian menggeleng "Saga menolak keras bantuan kakek, bahkan dia keluar dari rumah saat itu. Kamu tau hal yang lebih lucu?? Saat Saga berumur 12 tahun, dia sudah bernegosasi dengan sales perhiasan. Bahkan sales perhiasan terkejut kalau bos perhiasan ditempatnya menawarkan barang, adalah Saga. Bocah berusia 12 tahun" ujar kakek Sophian terkekeh diujung kalimatnya, membuat Tiara menyunggingkan senyumnya.

Tak lama, mobil yang dikemudikan sopir pribadi kakek Sophian pun berhenti didepan cafe yang tampak sudah ramai oleh pengunjung.

-

Saga tersenyum manis melihat mobil kakeknya sudah terpakir didepan cafe barunya. Ia pun berjalan kearah mobil sang kakek dan membukakan pintu mobil untuk sang kakek.

"Selamat datang kek" ujar Saga memeluk sang kakek.

Kakek Sophian menepuk punggung Saga pelan. Betapa ia bangga dengan cucu kesayangannya ini, tanpa mendapatkan fasilitas darinya Saga mampu membangun usahanya sendiri.

"Selamat Ga, atas pembukaan cafenya. Semoga sukses" ujar kakek Sophian saat mengurai pelukan.

Saga menimpali doa yang kakek dengan senyuman, tentunya didalam hati ia mengamini. Senyum Saga semakin merekah saat Tiara keluar dari mobil kakeknya. Ia tidak akan menyangka kalau sang kakek datang dengan Tiara.

Hold my handTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang