12

545 57 3
                                    

Saga berlari sekencang mungkin dikoridor rumah sakit, tidak ia pedulikan peluhnya yang semakin mengalir yang penting ia tiba dengan cepat. Tak jarang Saga menabrak orang yang berlalu lalang dikoridor rumah sakit.

Saga tadinya hendak menelpon Tiara untuk pamit kalau dirinya akan ke Surabaya. Bahkan ia sudah berada dibandara saat itu. Namun saat itu bukan Tiara lah yang mengangkat telponnya, melainkan sang kakek. Dan jantungnya seakan berhenti saat sang kakek memberi kabar kalau Tiara terjatuh dari tangga dan mengalami pendarahan. Saga langsung berlari mencari taksi, menuju rumah sakit yang disebutkan oleh sang kakek. Beruntung ia belum sempat chek in.

Saga pun tiba didepan ruangan tempat Tiara dirawat. Napasnya terengah-engah saat memasuki ruangan. Dan seketika semua mata tertuju padanya. Ada sang kakek, Rangga, ibu Rangga dan Tiara yang sudah siuman.

Saga langsung bersimpuh dikaki sang kakek, memeluk erat kaki kakeknya "kek, maafin aku. Maafin aku..." ujar Saga gemetaran.

"Aku sudah menyebar benih dirahim Tiara, maafin aku kek. Kalau kakek marah dan kecewa cukup sama aku, jangan sampai ke Tiara" sambung Saga.

Tiba-tiba sebuah tendangan melayang kerusuk Saga, membuat Saga terguling kesamping. Tendangan bertubi-tubi pun dirasakannya setelah itu.

"Brengsek lo, berani-beraninya lo ngotorin Tiara" ujar Rangga tidak berhenti menghantam Saga.

"Pak Rangga berhenti" ujar Tiara berlingan air mata. Ia sungguh terkejut saat Saga ditendang membabi buta. Bahkan batinnya terasa sakit saat Saga diperlakukan seperti itu.

Namun Rangga tak mengindahkan ucapan Tiara, ia semakin menendang sepupunya sepuas hatinya.

"Rangga berhenti" teriak Tiara, ia menangis sejadi-jadinya melihat Saga yang tidak bisa melawan.

"Rangga hentikan!" ujar kakek Sophian dingin, bahkan sampai menarik Rangga menjauh dari Saga.

"Udah Rangga, mereka memang cocok. Sama-sama ga punya moral. Ngapain kamu ngotorin kaki kamu untuk anak yang ga terdidik itu" ujar Esty ibu Rangga menarik anaknya keluar dari ruangan.

Ruangan pun hening, hanya terdengar isakan dari mulut Tiara yang tak berhenti menangis.

"Ikut kakek Ga" ujar kakek Sophian keluar dari ruangan.

Saga berusaha menegakkan badannya sekuat mungkin setelah ia berdiri tegak ia pun mengekori sang kakek dari belakang.

"Saga.." panggil Tiara lemah.

Saga menghentikan langkahnya menoleh kearah Tiara dan tersenyum manis menampakkan lesung pipi khas senyum Saga.

"sebentar yaa.." ujar Saga lembut. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya.

-

Tiara gelisah sejak dua jam yang lalu Saga masih belum kembali. Ia takut terjadi sesuatu pada Saga. Tiara mengusap-usap perutnya, mencoba menenangkan dirinya.

"Sabar ya sayang, nanti daddy balik" ujar Tiara bergumam pada perutnya.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok jangkung yang Tiara kenal. Tiara pun merasa lega saat Saga kembali, namun rasa leganya berubah menjadi rasa khawatir saat melihat wajah Saga penuh dengan lebam.

"Saga... Are you okay?" ujar Tiara khawatir, tangannya pun terangkat menyentuh wajah Saga.

Saga memejamkan matanya, saat Tiara menyentuh wajahanya mengusapnya lembut. Terasa sangat nyaman dan menenangkan. Ini skinship pertama mereka dalam keadaan sadar.

"Kamu kenapa?? Ini ulah siapa?" tanya Tiara dengan nada bergetar.

Saga tersenyum manis, ia pun membuka matanya. Menatap Tiara dalam, betapa ia cinta dengan ibu dari anaknya ini.

Hold my handTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang