12

1.3K 121 1
                                    

Pengakuan

17/16/20
4:59 am


Sampai di perbatasan, pasukan pemberontak telah mengepung benteng pertahanan. Para tentara perbatasan sudah bersiap untuk berperang. Mereka hanya menunggu perintah dari Yan Cheng.

"Jenderal, bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan sekarang?"

Mendengar pertanyaan Liu Shang, Yan Cheng berpikir. Dia tentunya harus menyusun strategi sebelum berperang. Jika dia salah memikirkannya, pasukannya akan kalah.

Lama berpikir, Yan Cheng menemukan sebuah cara. Dia mendiskusikannya pada bawahannya. Para tentara menyetujui rencananya. Lagipula sejauh ini, belum pernah ada yang menetang usulannya.

Formasi dibentuk. Para pemanah, berada di atas benteng. Sementara pasukan berkuda, menyerbu langsung pasukan pemberontak. Yan Cheng ikut serta dalam pasukan berkuda. Dia membawa pedang dan juga panah di punggungnya.

Perang berlangsung sengit. Yan Cheng menghajar habis-habisan pasukan pemberontak menggunakan pedangnya. Dia juga sesekali melepaskan anak panah.

Tiga hari, perang barulah selesai. Banyak korban berjatuhan. Yan Cheng bahkan terluka. Dia mendapat luka tusuk di perutnya. Berita bagusnya, pasukan Yan Cheng menang. Para pemberontak berhasil dipukul mundur. Yan Cheng yakin, mereka tak akan kembali lagi untuk waktu yang lama.

Akibat luka tusuknya, Yan Cheng tak bisa langsung kembali ke istana. Dia harus menjalani perawatan. Ini adalah hal yang tidak dia suka. Dia sudah berjanji pada Yin Wei untuk kembali dalam waktu dekat. Tapi apa, dia sekarang tidak bisa bergerak. Mungkin butuh berhari-hari baginya untuk pulih. Apakah Yin Wei akan kecewa padanya? Gadis itu pasti kecewa. Dia sudah mengingkari janji. Apa setelah ini dia masih mau menemuinya?

Selama sakit, dia tidak bisa benar-benar tidur. Dia selalu memikirkan Yin Wei. Dia takut gadis itu marah padanya dan tak mau menemuinya. Dia takut dia membencinya. Segera kemungkinan buruk, dia sangat ketakutan memikirkannya.

Memaksakan diri, dia harus segera kembali ke istana. Dia ingin menemui Yin Wei.

"Jenderal, Anda masih sakit. Sebaiknya Anda istirahat dulu."

"Tidak bisa, Liu Shang. Aku harus kembali ke istana."

"Sebenarnya ada apa?"

Apakah dia harus mengatakannya? Apa yang akan dipikirkan Liu Shang setelah dia mengatakannya?

"Ada sesuatu yang ku urus." Dia tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang ingin mengurus masalahnya dengan Yin Wei. Meskipun dia tak yakin apakah dia memiliki masalah dengan Yin Wei. Mungkin ada. Masalah hati.

"Kalau begitu, biarkan saya menemani, Anda."

Itu bagus. Dengan ikutnya Liu Shang. Dia akan terjaga sepanjang jalan. Sehingga dia tidak perlu khawatir.

"Baiklah."

Selama perjalanan, sebenarnya dia menahan sakit. Tapi setelah kembali memikirkan akan bertemu Yin Wei, dia merasa lebih baik. Dia rindu senyum Yin Wei. Dia juga rindu tawanya. Sungguh, dia ingin memeluknya ketika tiba di istana lagi.

"Jenderal, apakah Anda tidak istirahat dulu?"

"Tidak sebentar lagi sampai. Kalau kau merasa lelah, kau bisa istirahat."

Yan Cheng menolak untuk istirahat. Dia tidak bisa menahan keinginannya untuk bertemu Yin Wei. Saat memasuki gerbang kota. Dia merasa sangat bahagia. Tak lama lagi dia akan bertemu Yin Wei.

Sampai di istana, hari sudah malam. Dia langsung menuju halaman belakang kediaman pelayan. Dia berjalan dengan cepat. Saat melihat punggung Yin Wei menjauh, dia segera memanggilnya.

Yin Wei & Pangeran Ke-9 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang