Diam-diam tersenyum
13/05/20
12:23 pm
~••~"Yin Wei, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mengecewakanmu." Liu Qu meminta maaf ketika Yin Wei selesai bekerja. Dia merasa bersalah. Yin Wei sudah melatihnya. Tapi dia malah mengacaukannya.
"Sudahlah. Tidak apa-apa. Kau hanya perlu berlatih lagi."
"Aku sudah sering berlatih. Tapi aku tidak bisa jika harus menuangkan teh untuk Pangeran Kesembilan."
"Kau jangan terlalu takut padanya. Dia hanya manusia. Tidak akan menggigit."
"Dia tidak menggigit, tapi mungkin saja membunuh dengan panahnya itu...." Liu Qu merengut. "Eh, apa tadi baik-baik saja? Apa Pangeran Kesembilan memarahimu? Dia pasti memarahimu, kan? Maafkan aku Yin Wei."
"Tidak.... Dia tidak memarahiku. Dia hanya menyuruhku bernyanyi."
"Bernyanyi?"
Yin Wei mengangguk.
"Lalu, dia menyuruhmu melakukan apa lagi?"
"Tidak ada. Langsung pergi."
"Dia tidak memujimu?"
Yin Wei menggeleng.
"Ck ck ck ck.... Dia benar-benar. Tidak aneh banyak yang mengatainya batu."
"Ssttt... Tembok memiliki telinga. Kau bisa dipenggal kalau ketahuan berkata seperti itu."
Liu Qu spontan menutup mulutnya.
"Sudahlah... Sekarang kau lebih baik tidur."
"Kau sendiri?"
"Aku ingin menghirup angin segar dulu."
"Malam-malam begini?"
Yin Wei mengangguk.
"Sudahlah... Cepat tidur."
Yin Wei ke luar dari kediamannya. Dia meregangkan semua ototnya. Pekerjaan hari ini sungguh melelahkan. Kehadiran Pangeran ke-9 sungguh menambah beban baginya. Ia yakin di masa depan, dia memiliki lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan.
Yin Wei menatap langit. Bulan sungguh sempurna malam ini. Tiba-tiba ia merasa ada yang mendekat. Dia terkejut saat mengetahui itu adalah Pangeran Ke-9. Dia buru-buru masuk rumah dan menguncinya.
Kenapa dia ada disini?
....
Yin Wei melakukan aktivitas seperti biasa. Mengawasi para pelayan dan melayani para Pangeran. Tapi kali ini ia mendapat bonus. Para pangeran akan mengadakan lomba memanah dan ia boleh melihatnya.
Di halaman belakang istana, ada area panahan. Tempat itu tidak dibuka untuk umum, hanya anggota kerajaan yang boleh memasukinya. Yin Wei menjadi satu-satunya selain anggota kerajaan yang masuk. Bukankah itu berkat dari dewa?
Satu persatu pangeran membidik. Hampir semuanya tepat sasaran. Hanya Pangeran Ke-10 yang gagal. Dia sedikit lagi hampir mengenai bulatan warna merah di tengah-tengah papan panahan.
"Pangeran kesepuluh, semangat! Saya mendukung Anda." Yin Wei menujukkan kedua tinjunya.
Pangeran ke-10 tersenyum. Mendengar Yin Wei mendukungnya. Dia jadi semangat. Dia harus mengalahkan kakak-kakaknya.
Melihat Pangeran ke-10 mendapat dukungan dari Yin Wei. Pangeran yang lain semakin bernapsu untuk mengalahkan satu sama lain. Mereka ingin Yin Wei melihat siapa yang terbaik.
"Kalau begini kurang seru. Bagaimana kalau kita ganti cara bermainnya?"
"Kau punya ide apa, Yan' er?" tanya pangeran ke-8.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yin Wei & Pangeran Ke-9 (Tamat)
Cerita PendekDia sosok yang menakutkan di kerajaan Jin. Semua takut menatap matanya. Tapi seorang gadis tak berpengaruh sama sekali. Dia begitu santai ketika berbicara dengan Pangeran Ke-9 dan berani membalas tatapan matanya Warning! Cerita ini alurnya berbelit...