MOS 7

2.3K 61 4
                                    

"Bukan waktu yang menentukan sedalam apa rasa cintaku kepadamu," - Steve Timothy

Steve Timothy's POV

Aku tahu dia cemburu. Dari riak wajahnya aku dapat membaca betapa dia cemburu melihat Liona memeluk dan mencium pipiku.

"Hai," dia kelihatan salah tingkah saat aku menyapa dan duduk di sebelahnya.

"Hei, something wrong?" aku menatap lekat pada wajahnya yang basah.

"Kamu menangis?" aku memegang pipinya. Aku tidak peduli lagi pada beberapa mata yang menatap curiga pada kami.

Steffy menggelengkan kepalanya, tetapi beberapa butir air mata terus mengalir melewati pipinya.

"Why? What's wrong?" aku menariknya ke dalam pelukanku. Lance membulatkan matanya. Tetapi Lyra, Myra dan Roger senyum penuh makna. Roger memberi 👍 padaku dan dengan isyarat tangannya Lyra memintaku membawa Steffy pergi dari situ.

Aku membawa Steffy ke pantai. Dia menurut tanpa banyak bicara. Aku tidak tahu apa yang sedang bermain dalam fikirannya kini.

"Okey," aku memintanya memandangku. Dengan malu-malu dia menatap ke dalam mataku.

"Hanya kita berdua di sini. Katakan apa yang membuatmu menangis, Tiffany," kataku lembut.

"Dia... gadis itu...," katanya tergagap.

"Liona?" Dia mengangguk.

"Kenapa, Tiffany?"

"Aku.. tidak tahu kenapa denganku. Tapi aku cemburu," aku tersenyum mendengar pengakuannya.

"Cemburu?" aku bertanya untuk sekadar mengusiknya. Dia mengangguk lagi.

"Jadi kerana itu kamu menangis?" Steffy mengangguk untuk ke sekian kalinya.

"Kamu sayang aku, Tif?" aku menggodanya. Digoda begitu, pipinya merona. Aduh, dia kelihatan begitu cantik di mataku.

"Kamu sayang aku?" aku sengaja mengulangi pertanyaanku. Pipinya semakin merona. Dia melarikan wajahnya. Namun aku cepat-cepat menahan ke dua pipinya agar dia terus memandangku.

"Steve..," hanya namaku yang terucap dari sepasang bibirnya. Tapi aku suka mendengarnya menyebut namaku.

"Katakan, adakah kamu suka aku, Tiffany?" Agak lama dia menatap tepat ke mataku. Setelah itu barulah dia mengangguk.

" Terima kasih, Tiffany," aku menariknya ke dalam pelukanku dan memeluknya erat.

"Mungkin terlalu cepat. Tapi aku sayang kamu, Tiffany."

"Tapi.. Liona?" Aku membekap bibirnya dengan bibirku. Ku kulum bibirnya hingga kami berdua hampir kehabisan nafas.

"Liona itu bakal adik iparmu," kataku. 

"Steve?" Aku tertawa kecil melihat wajah terkejutnya. Liona itu adik perempuanku, adik manja kesayangan kami. Dia satu-satunya anak perempuan ibu dan ayahku.

💕💕💕

Kami berdua kembali ke tempat barbecue diadakan.

"Hmm..," seorang demi seorang berdeham mengusik aku dan Steffy. Aku biasa sahaja, namun Steffy kembali blushing.

"Jangan pedulikan mereka," kataku. Para sepupuku ini memang handal dalam soal mengusikku.

Sejak detik Steffy mengakui perasaannya kepadaku, aku tidak lagi mahu berenggang dengannya. Sedetikpun tidak akan aku membiarkan dia jauh dariku.

Aku tidak peduli apapun yang difikirkan orang tentang kami. Aku tahu perkenalanku dengan Steffy masih terlalu singkat meski aku sudah mengenalinya lama sebelum kami bertemu.

Sejak beberapa bulan yang lalu, Lyra dan Roger merancang pertemuanku dengan Steffy. Namun aku sering menolak. Bukan kerana aku tidak tertarik pada Steffy.

"Tidak tahu berapa lama kamu mampu bertahan dengan ginjal yang rosak ini," penjelasan Rally, sepupu sekaligus doktor yang merawatku membuatku takut untuk jatuh cinta pada Steffy. Bagaimana jika dia juga mencintaiku? Mampukah aku melihatnya bersedih dengan keadaanku?

Hinggalah beberapa hari yang lalu Roger memberitahuku tentang trip ini.

"Kalau kau tak ikut, nanti jangan menyesal jika Steffy aku kenalkan fengan Rally," aku teringat kata-kata Roger untuk menperkenalkan Steffy dengan Rally, adiknya sendiri.

"Okey, aku ikut," kataku saat itu. Ada rasa tidak rela ingin membiarkan Steffy dipertemukan dengan Rally. Beberapa kali melihatnya dari jauh ketika dia bersama Lyra dan Myra sudah cukup membuat hatiku berdebar kencang.

Steffy gadis yang mampu menggetarkan jiwa lelakiku. Dan semalam, setelah memilikinya, aku benar-benar tidak rela melepasnya jatuh ke tangan lelaki lain.

"Kenapa?" Steffy mencuit lenganku.

"Hmm?"

"Kamu merenungku begitu," katanya.

"Kamu cantik. Bersinar di sini," aku menunjuk ke arah dadaku.

"You are my sunshine," aku berbisik di telinganya.

Dia tersenyum malu. Senyuman manis inilah nanti yang akan aku ingat di saat aku harus pergi meninggalkannya.

💕💕💕

Hampir sepuluh minit aku berada di dalam bilik air, menunggu pil tahan sakit yang ku telan bereaksi di dalam tubuhku. Peluh memercik membasahi dahiku. Aku berpegang pada sinki, menahan rasa sakit yang seakan ingin mencabut nyawaku.

"Cepatlah reda. Cepatlah reda," aku memohon dalam diam. Aku tidak mahu Steffy melihat keadaanku seperti ini.

"Steve.. kamu okey," suara Steffy memanggilku.

" Aku okey, Tiffany. Cuma.. perutku memulas," jawabku. Tiffany percaya dengan alasanku kerana setelah itu aku tidak mendengar suaranya lagi.

"Sudah okey?" tanyanya ketika aku sudah berbaring di sampingnya.

"Hmm..," aku memeluknya sambil menatap ke wajah cantiknya. Dia senyum. Jemarinya mengelus dadaku. Sesekali jemarinya memilin puting kecilku.

"Tiffany," aku menahan tangannya. Dari tatapan matanya dan deru nafasnya aku tahu dia ingin aku bercinta dengannya.

" I wanna make love to you, Tif. Tapi, tunggu pagi nanti, ya," aku mencium hujung hidungnya.

Aku ingin sekali bercinta dengannya. Aku ingin mengulangi detik-detik indah bersamanya. Namun dengan keadaanku yang lemah begini, tidak mungkin aku dapat memberikan kenikmatan kepadanya.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...

My Only Sunshine (✔️ Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang