MOS 23

1.6K 54 9
                                    

"Bahagiaku adalah bahagiamu. Sekali kita melafazkan janji untuk sehidup dan semati, selamanya ku genggam janji itu-Steve Timothy dan Steffy Tiffany"

Steve Timothy's POV

Aku tidak dapat mengalihkan mataku dari memandang ke arah Steffy yang kini berjalan menuju altar. Dia kelihatan sangat cantik. Gaun pengantin labuh berwarna krim susu yang dipakainya membuatnya kelihatan bertambah cantik.

"You look so beautiful," kataku separuh berbisik tika tangannya ku sambut dan ku genggam erat.

"So do you. You look so handsome," dia membalas sambil tersenyum malu-malu.

Aku menatapnya. Aku suka melihat wajahnya malu-malu hingga pipinya blushing. Dalam hati aku berkata, "Tunggu saja malam nanti, sayang,"

Fikiran nakalku membuat dadaku berdebar kencang. Aku mengenyitkan mata, menghantar signal padanya, tentang apa yang akan aku lakukan kepadanya malam nanti.

"Hmm...are you ready?" pertanyaan padri membuat fantasiku terputus seketika.

"We're ready, father," aku menjawab.

Aku dan Steffy berdiri menghadap padri.

"I love you," aku sempat berbisik di telinganya. Steffy blushing entah untuk yang ke berapa kalinya.

" Steve Timothy and Steffy Tiffany , have you come here to enter into marriage without coercion, freely and wholeheartedly?"

"I have," serentak kami menjawab. Pandangan mata kami masih bertaut.


"Are you prepared, as follow the path of marriage, lo love and honor each other for as long as you both shall live?"

"I am," tidak perlu diragukan lagi. Itu ikrar yang sudah terpatri saat pertama kami aku melafazkan cinta kepadanya.

"Are you prepared to accept children lovingly from God and to bring them up accordingly to the law of Christ and Church?" Sekali lagi aku memandang nakal pada Steffy.

Aku harap dia bersedia melahirkan anak-anakku. Andai dia tidak bersedia, aku akan menggodanya, memberinya kenikmatan bercinta hingga dia tidak mampu menolak untuk mengandung dan melahirkan zuriat kami.

" Yes, father," aku senyum senang mendengar jawapannya.

"Since it is your intention to enter the covenant of Holy Matrimony, join your right hand and declare your consent before God and his Church," ucap padri.

Aku dah Steffy kini berdiri berhadapan. Tangan kanan kami saling menggenggam.

" I , Steve Timothy take you Steffy Tiffany
To be my wife
To have and to hold
From this day forward
For better, for worse
For richer, for poorer
In sickness and in health
To love and to cherist
Till death do us part
According to God's holy law
And this is my solemn vow"

Aku melafazkan ikrar pernikahan dengan tenang dan lancar.

Till death do us part.. Kata-kata ini menguatkan cintaku pada Steffy. Aku akan mencintainya, menjaganya selagi jantungku masih berdegup.

Aku dapat melihat wajah gugup Steffy saat dia ingin melafazkan solemmn vows.

"I love you, honey," aku meyakinkannya. Jemarinya yang terasa gementar aku genggam kian erat.

" I, Steffy Tiffany take you Steve Timothy
To be my husband
To have and to hold
From this day forward
For better, for worse
For richer, for poorer
In sickness and in health
To love and to cherist
Till death do us part
According to God's law
And this is my solemn vow"

Dengan lafaz sumpah itu, Steffy Tiffany kini sah menjadi isteriku. Impian untuk memilikinya akhirnya menjadi kenyataan.

"Bless and sanctify your servant in their love, O lord, and let their faithfullness remind them of their love for one another, Through Christ our Lord," sambil padri membacakan doa, aku sendiri memanjatkan doa agar kebahagiaanku bersama Tiffany berkekalan sampai bila-bila.

Kini sampai upacara bertukar cincin.
Father menyerahkan cincin yang sudah diberkati kepada aku dan Steffy.

"Steffy Tiffany , receive this ring as the sign of my love and fidelity. In the name of the father, and the son and the holy spirit," ucapku dengan lancar sambil menyarungkan cincin ke jari manis Steffy . Ku cium dahinya sejenak.

Kini giliran Steffy pula menyarungkan cincin ke jari manisku.

" Steve Timothy, receive this ring as a sign of my love and fidelity. In the name of the father, and the son and the holy spirit" lafaznya, masih lagi malu-malu.

Namun semua itu tidak penting lagi bagiku. Setelah selesai majlis resepsi malam nanti, aku akan menyisihkan semua sifat malu-malunya itu.

"Now, you can kiss your bride," kata Father memutuskan lamunanku. Aku merangkul pinggang Steffy dan menahan tengkuknya.

"Please, don't kiss me here. Aku malu, Steve," katanya begitu perlahan.

Tapi aku tidak menghiraukan kata-katanya. Perlahan ku dekatkan bibirku ke bibirnya. Ku kulum bibir bawahnya dan ku hisap perlahan.

"Emmph..," dia mendesah kecil.

"I love you, Tiffany," ucapku.

"I love you, Steve," ucapnya.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc...

My Only Sunshine (✔️ Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang