MOS 21

1.5K 60 6
                                    

"You are my sunshine. My only sunshine. Please, don't take my sunshine away from me-Steve Timothy,"

Steve Timothy's POV

Pertama kali aku membuka mata dari tidur yang rasanya cukup lama. Di samping katilku, aku melihat wajah ibuku yang tersenyum sambil menitiskan air mata.

" Syukur. Anak mama akhirnya membuka mata, " katanya menahan tangis.

Jemari tuanya mengelus lenganku. Dalam keadaan lemah, aku masih sempat menerhati sekelilingku. Masih mencari seseorang yang begitu ingin aku temui.

Namun sekali lagi aku hampa. Padahal aku begitu berharap. Begitu menginginkan untuk menatap wajahnya. Kerinduanku yang sudah menggebu terasa takkan mampu ku bendung lagi.

"Tiffany ada datang ke mari, ma?" aku menatap wajah ibuku.

"Tiada sesiapa yang datang melawat selain keluarga kita, nak," jawapan ibuku membuatku hampa.

Jelas Steffy tidak pernah sekalipun datang menjengukku. Tidak inginkah dia tahu keadaanku. Tidak rindukah dia untuk bertemu denganku?

Aku kembali memejamkan mataku. Cuba mengimbau kembali semua kenanganku bersama Steffy. Pertemuan pertama yang manis. Pengalaman bercinta yang indah.

"Steve...Hai!" terasa jemari lembutnya membelai rambutku. Aku segera menoleh dan membuka mataku.

" Tiffany?" Wajah ayunya kini benar-benar di hadapan mataku. Mata cantiknya menatapku sambil tersenyum lembut.

"Akhirnya kamu datang," kataku dengan suara bergetar. Gembira dan terharu berbaur menjadi satu.

"Aku sentiasa ada di sini, sayang," peliknya ada gurat sedih pada wajahnya.

"Tika kamu membuka mata setelah sedar dari pembedahan, aku ada di sini, Steve. Kamu saja yang tidak melihat aku," katanya seakan bergurau.

Aku turut tersenyum. Aku tidak peduli tentang semalam. Apa yang penting bagiku, kini dia ada di hadapanku. Tersenyum sambil membelai rambutku.

" Aku mencintaimu, Tif, " aku menarik tangan kanannya dan menggenggam erat tangan itu.

"Mari kita menikah, Tiffany. Di sini dan saat ini," kataku seraya menatap jauh ke dalam anak matanya.

"Sekarang? Di hospital ini?" Matanya betbinar bahagia meski kata-katanya terdengar ragu.

"Aku tidak memerlukan tuxedo untuk menggenggam jemari pengantin wanitaku, Tiffany. Aku tidak memerlukan pengantin wanitaku memakai gaun pengantin yang cantik untuk ku nikahi," aku suka melihat pipinya blushing.

Aku tahu kehendaknya sama seperti kehendakku. Ingin melafazkan solemn vows  di hadapan altar.

" Dan aku tidak perlu menunggu kita berada di hadapan altar untuk melafazakan ikrar pernikahan kita," lanjutku membuatnya kian blushing.

"Steve.." dia ingin mencubit lembut pipiku. Namun aku terlebih dahulu menarik tubuhnya hingga dia jatuh ke atas dadaku. Ku peluk erat tubuhnya.

"Steve..," dia cuba meronta untuk melepaskan dirinya dari pelukanku.

"I miss you. I love you," aku meraih tengkuknya. Bibirku menyambar bibirnya. Ku kucup dalam bibir itu.

My Only Sunshine (✔️ Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang