Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah acara makan bersama dan mengobrol banyak hal. Jinyoung memutuskan masuk ke dalam kamar yang telah disediakan ayah mertua. Di sana telah ada Hwagi yang baru saja keluar kamar mandi dengan tank top hitam dan rambut panjangnya yang basah.
Jinyoung membuang muka. Pipinya bersemu merah melihat sang istri menggunakan pakaian terbuka. Gadis itu terlihat santai menggulung rambut basahnya dengan handuk sembari berkaca dan bersenandung lirih.
Wajah Jinyoung memanas, telinganya juga ikut berubah warna sekarang. Untung saja hawa dingin bisa membuatkan alasan untuknya kali ini.
Hwagi membuka tas yang ia bawa untuk mengambil lip butter dan memolesnya di bibir menggunakan jari telunjuk. Kaos cekak Hwagi terangkat ke atas saat gadis itu mencondongkan tubuhnya mendekatkan diri pada kaca kamar.
Apa yang Jinyoung pikirkan? Bukankah pemandangan seperti itu wajar-wajar saja bagi pasangan suami-istri?
"Apa sudah selesai acara ngobrol tentang bisnisnya?"
Jinyoung mengerjap kaget mendengar suara Hwagi yang kini bertanya tanpa menatapnya. "I-iya, sudah."
"Mandilah, pasti kau lelah." Hwagi berpaling menatapnya dengan gerakan tangan mengeringkan rambut. Pria berstatus suaminya itu lagi-lagi mengerjap seraya mengangguk kaku. Matanya seakan menghindari sosok gadis berkulit redup yang kini mendekatinya.
Siapapun, tolong bantu Jinyoung mengendalikan detak jantungnya. Terlalu keras dentuman di dadanya berbunyi hingga kedua rungunya tidak mendengar pertanyaan Hwagi yang kedua.
"Hei, kau suka susu tidak? Aku mau meminta pelayan untuk membuatkan untukmu juga, Tuan Park!" ulang Hwagi. Keduanya kini berhadapan. Susah payah Jinyoung menoleh agar bertatap muka dengan gadis itu.
"Suka saja." Mata Jinyoung langsung terpaku pada ukiran di dada Hwagi yang mengintip di balik kaos pendeknya itu. Satu hal yang Jinyoung pikirkan. Bagaimana cara sang tukang tato mencetak tulisan di bagian sensitif seperti itu?!
Ah iya. Pikiran Jinyoung memang terlalu polos mengenai dunia luar. Sejak remaja ia hanya suka membaca buku dan belajar tentang bisnis saja.
Hwagi mengikuti arah pandang Jinyoung mendarat. Menyadari jika mata Jinyoung terpaku pada ukiran tatonya, ia pun bersuara, "Cantik, 'kan?"
Jinyoung beralih menatapnya. "Apa kau tidak malu. Meminta orang lain mengukir tulisan di tempat ...," Pertanyaan Jinyoung menggantung karena bingung mencari kata yang tepat.
"Kenapa? Yugyeom sendiri yang melakukannya padaku," ungkap Hwagi tidak menutupi. Hubungan pernikahan tanpa dasar cinta itu membuat ia terbuka dengan lawan bicara. Namun memang pada dasarnya gadis itu tergolong dari orang-orang yang bicara apa adanya. "Dia pemuda yang manis. Ciumannya juga manis. Ah aku merindukannya!"
Jinyoung mendengus geli. Ia seperti sedang berbicara pada remaja yang baru mengenal cinta. Walaupun fakta membuktikan jika ia sendiri tidak pernah merasakan jatuh cinta. Bahkan ia tidak mengenal rasa cemburu selama hidupnya.