Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pekerjaan Jinyoung semakin menumpuk tak kunjung berkurang, ia juga belum bisa memenuhi janjinya untuk menemani Hwagi memeriksa kandungan. Pikirannya juga sempat kacau setelah beberapa hari lalu mendapat laporan dari penjaga jika Yugyeom merusak pagar rumah, itu semakin membuatnya tidak ingin meninggalkan Hwagi seorang diri di rumah. Rasa takut jika Yugyeom membawa kabur istrinya menggerayangi sebagian otaknya.
Jinyoung meletakkan bulpoin dengan keras, Youngjae yang berada di sana terjingkat kaget. "Aku harus pulang mengantar Hwagi check up!" putusnya.
"Tapi, Hyeong—"
"Aku akan mengerjakan tugasku nanti malam di rumah." Jinyoung mengambil coat coklatnya yang menggantung dan pergi meninggalkan Youngjae yang kini menghela napas berat.
Jinyoung melaju cepat untuk pulang ke rumah. Tak lupa ia memberi kabar Hwagi untuk bersiap diri. Setelah sampai di rumah ia langsung menuju kamar Hwagi. Melihat kamar kosong, ia reflek menuju kamar mandi. Dan benar ternyata. Hwagi sedang berendam di dalam bathtub.
Mata Hwagi terpejam tenang meskipun ia tahu Jinyoung berada di kamar mandinya. Kaki telanjang Hwagi yang diangkat ke atas bergoyang pelan mengikuti musik relaksasi yang terputar. Jinyoung sudah semakin terbiasa dengan pemandangan vulgar dari sang istri, meskipun pada kenyataannya ia belum tahu bentuk seutuhnya.
"Kenapa tidak membalas pesanku?" tanya Jinyoung. Hwagi yang menyandarkan kepala ke wadah bathub membuka mata. "Kau tidak lihat, aku tidak membawa ponsel saat mandi!"
"Cepat bilas tubuhmu, kita berangkat ke dokter sekarang!"
"Kau tidak ingin mandi denganku?"
"Kau memang pintar, selalu menggodaku saat waktu sempit seperti ini." Jinyoung tersenyum miring. Strategi yang bagus memang, menawarkan dengan tujuan agar tidak diterima.
"Yah, sayang sekali, cara mainku terbaca sekarang!" ujar Hwagi dengan raut pura-pura kecewa.
"Aku tidak akan memaksamu bercinta denganku sekarang—"
"Kau yakin tidak tergoda saat aku telanjang di depanmu?" potong Hwagi. Entah kenapa sekarang ia jadi selalu ingin memicu birahi suaminya. Jinyoung berbalik badan. Ia tidak ingin pekerjaan yang ia tinggalkan hari ini sia-sia karena menikmati moment di sana.
Jinyoung mendengar Hwagi berdiri dari bathub dan beralih ke pancuran shower. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menoleh. "Bisa kau ambilkan handuk?"
Jinyoung mulai mencari letak handuk dan menyahutnya setelah melihat handuk itu tersampir di dekat bathtub. Tangan Jinyoung terulur ke belakang memberikan kain lembut itu pada Hwagi.
Namun Hwagi malah menarik pergelangan tangan Jinyoung membuat suaminya itu menghadap ke arahnya. Hwagi terkekeh pelan saat melihat mata Jinyoung terpejam rapat.