Yugyeom beberapa hari ini menutup studio tato miliknya. Mood-nya berada di titik terendah sejak malam dimana Hwagi pingsan. Bahkan hingga saat ini ia belum mendapat kabar dari kekasihnya itu. Bayangkan saja bagaimana rasa penasarannya? Berpisah dalam posisi tidak sadarkan diri. Untuk itu ia menginap di tempat usaha milik Bambam-sahabatnya-sekedar menghilangkan kegelisahan.
"Bukankah kemarin tim Wang akan menjadikan mobilnya barang taruhan jika ia kalah?" tanya Bambam salah satu sudut bibirnya terangkat. Mark sang penerima informasi itu mengangguk, ia juga ingat perjanjian itu. Akan tetapi apa yang akan mereka berikan jika saat pertandingan mobil mereka terguling dan rusak parah.
"Harusnya mereka menepati janji, mobilnya 'kan tidak hanya satu!" dumel Bambam. Sang pemilik klub itu menemani dua pria yang kini tidak banyak bicara. Yugyeom sibuk memikirkan Hwagi, sedangkan Mark memikirkan nasib sepupunya; Rania.
"Nanti malam tidak ada tanding? Kenapa jadi sepi karena tim Wang sering kalah ya? Apa mereka takut menantang kita?" pikir Bambam mengutarakan dugaannya meskipun kedua pria di dekatnya tidak menanggapi.
"Kalian kenapa murung sih? Harusnya bahagia dong, kalian bisa mengalahkan tim Wang lagi!" Bambam menoleh ke kanan dan kiri, menatap bergantian kedua pria yang memiliki warna rambut sama.
"Ah, aku tahu, kau memikirkan Hwagi, 'kan?" tebak Bambam menepuk paha Yugyeom cukup keras. "Ayolah, Man! Harusnya kau sadar dari awal, jika Hwagi menikah semua akan berubah!" Lirikan sinis berhasil Bambam tangkap dari pria yang kini menarik tubuhnya dari sandaran kursi. Tatapan siap menyerang dari mata Yugyeom membuat Bambam membenarkan duduknya seraya menelan ludah.
"Maksudku, kau harus sedikit em ... bersabar, iya itu maksudku!" dalih Bambam berhasil lolos dari tatapan nyalang mata Yugyeom. Pria bertubuh tinggi itu menyandarkan kembali punggungnya ke sofa beludru dan memasrahkan tubuh tanpa mau diganggu.
Bambam beralih melirik Mark. Ia merangkai kalimat dalam otaknya, kemudian memberanikan diri untuk bersuara, "Lalu kau kenapa murung, Mark?" tanya Bambam hati-hati, nadanya sedikit lembut penuh perhatian.
Mark memperhatikan gelas berisi alkohol bercampur batu es yang ia goyangkan hingga memunculkan suara.
Wajahnya terlihat memikirkan sesuatu. "Aku takut Rania ketahuan oleh Jaebum atau Jackson, Bam."
"Dia belum keluar dari tim Wang?"
"Mana mungkin semudah itu? Jika ia masuk itu berarti ia tidak bisa keluar!"
"Dan kau memintanya berbagi informasi tentang rencana tim Wang malam lalu?" tuduh Bambam.
"Itu bukan aku yang minta. Dia yang mencarikannya untuk kita!"
***
Di ruang kecil penuh berisi ban dan pelek yang ditumpuk hingga tinggi, Jaebum sibuk membenahi mobilnya yang remuk parah akibat mobil miliknya dan mobil Jackson saling menghantam malam itu. Iya, itu kegagalan yang membuat tangan dan hatinya semakin gatal untuk membalas rasa dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] 𝐎𝐧 𝐓𝐫𝐚𝐜𝐤 || ᴶⁱⁿʸᵒᵘⁿᵍ ᴳᴼᵀ⁷ [END]
Fanfiction"Jinyoung, kenapa bibirku perih? Kau menggigitnya semalam? Sudah aku bilang, DON'T TOUCH ME!" Im Hwagi. "Jangan sentuh gadisku!" Kim Yugyeom. "Aku suaminya! Dan kau ... hanya kekasihnya!" Park Jinyoung. •PROSES EDIT• [[21+]] [Baku] ©©© Main Cast: P...