Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaebum melangkah maju memperpendek jarak. Ia menorehkan pisau di pipi Hwagi dengan gerakan pelan. "Apa aku harus menusuk janinmu dulu?" tanya Jaebum layaknya psikopat yang ingin bermain-main dengan tawanannya.
Lengan Hwagi masih dicengkeram kuat pria bertubuh tinggi di belakangnya. Tangannya bergerak pelan mengambil benda tajam yang ia bawa dari mobil. "Kau diam! Berarti menerima apa pun yang terjadi?" Salah satu sudut bibir Hwagi terangkat membuat Jaebum mengerutkan alisnya samar.
Hwagi mengumpulkan energinya di kedua lengan. Mengangkat tubuh dan menendang Jaebum dengan kuat tepat di dadanya. Jaebum terdorong dan tergeletak di atas lantai kotor. Layaknya seorang pegulat profesional, Hwagi melukai pria yang mencengkram tangannya tepat di urat nadi pergelangan.
Rintihan terdengar saat goresan Hwagi tepat mengenai sasaran. Tubuh gadis itu sempat terhuyung setelah dilepas tiba-tiba oleh pria yang tangannya telah mengucurkan banyak darah.
Melihat aksi Hwagi, Jackson mendekati Jinyoung dan meletakkan pistolnya di kepala sang sandera. Hwagi tak kalah cepat, ia juga berdiri di belakang Jaebum yang masih memegangi bagian dadanya, tangan Hwagi mengapit leher pria itu dengan pisau yang ia letakkan di bawah rahang Jaebum.
Mereka saling mengancam. Bertukar tatapan tajam dan pastinya mempertahankan nyawa orang-orang terdekat. Jaebum mengernyit saat pisau tajam Hwagi mulai melukai lehernya.
"Kau sudah memastikan, berapa isi pistol itu?" tanya Hwagi dengan nada rendah. "Kau tidak sempat menghitungnya, 'kan?" Sudut bibir Hwagi yang berdarah kembali menyunggingkan senyum.
"Tembak saja pria bodoh itu, Jack!" perintah Jaebum. Hwagi mengeratkan apitan lengannya di leher Jaebum dengan geram. "Diam!" sentaknya.
Jaebum mendengus. "Tak kusangka, kau setangguh ini!" Senyum miring tanpa rasa takut meraba jiwa bengisnya.
Sisi monster Jaebum tercipta karena informasi keliru dari kedua orangtuanya. Apa salahnya jika ia kini berbuat seperti ini; saat ketidakpastian menumbuhkannya sejak kecil hingga dewasa.
Dendam dan rasa sakit Jaebum sudah mengental bersama aliran darah. Sudah berulang kali ia mencoba menghancurkan Hwagi dan tuan Im namun ia selalu gagal.
Dan harapan kali ini ia bisa benar-benar membunuh Hwagi di tempat itu. Tak peduli jika harus mendekam di penjara, ia hanya ingin dendamnya terbalas; melihat ayah Im menangis karena kehilangan anak kesayangan.
Para anak buahnya kini berkumpul menunggu instruksi yang diarahkan. Hwagi membawa Jaebum berdiri. Dan menghadapkan tubuh Jaebum ke arah anak buahnya.
"Pandangi satu persatu anak buahmu!" perintah Hwagi. "Dan suruh Jackson menembaknya segera!"
"Jadi pilih, anak buahmu yang mati atau lehermu yang kusayat perlahan!" bisik Hwagi.
Seluruh pasukan berpakaian gelap itu melangkah mundur. Jaebum meronta dan membuat pisau di tangan Hwagi melukai lapisan kedua kulit lehernya.