Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua berubah saat ambisius mendominasi sifat manusiawinya. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu rela menggadaikan perasaan demi mengangkat derajat dan nama baiknya dalam dunia perbisnisan. Satu bulan lalu ia melelang harga diri dengan berucap janji suci pada gadis yang sama sekali tidak ia cintai. Memilukan memang, akan tetapi posisi yang ditawarkan terlalu menggiurkan bila ia harus menyerah diawal.
Usahanya mulai membuahkan hasil. Baru menikah satu bulan saja, namanya sudah tercetak di berbagai surat kabar dan menduduki nomor satu pencarian di sosial media.
Park Jinyoung, CEO perusahaan otomotif ternama yang selalu berkolaborasi dengan perusahaan luar negeri. Dialah menantu keluarga Im yang mulai saat ini sangat disegani hampir dari seluruh penjuru negara.
Jinyoung melangkah lunglai membawa tubuh idealnya memasuki rumah mewah yang kini menjadi tempatnya bernaung. Di sanalah ia menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugasnya sebagai Presiden direktur dari perusahaan yang telah membuat iri perusahaan lain.
Beberapa pelayan menyambut perpulangannya dengan baris berjejer dan membungkuk selama ia jalan melalui mereka. Sambutan itu selalu ia dapat setiap masuk dan keluar rumah mewah yang memiliki luas kurang lebih sepuluh hektar lengkap dengan sirkuit balapan dan danau buatan di pekarangan belakang.
Seorang pria lebih muda dari Jinyoung ikut masuk ke dalam rumah bernuansa istana itu. Ia memang tinggal di sana untuk membantu Jinyoung mengurus perusahaan. "Hyeong, tadi Tuan Im memintamu untuk menghubungi setelah sampai di rumah." Jinyoung meneguk segelas air mineral yang dibawa pelayan wanita. Mata tajamnya menatap dingin ke arah pria yang memberinya informasi itu.
Setelah gelas kosong, Jinyoung meletakkannya kembali di tempat semula. "Dimana istriku? Sebelum aku menelpon tuan Im, aku harus memastikan dulu, dimana anaknya berada." Terlalu hafal dengan tugasnya, pria berjas rapi itu membuka GPS untuk mencari keberadaan istri pimpinannya.
"Dia berada ... di ... tempat biasanya!" beritahu pria itu setelah melacak keberadaan wanita berstatus anak dari pemilik perusahaan yang sedang Jinyoung pimpin. Jinyoung menghela napas kasar. Ia melirik jam mewah di tangan yang telah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Di Bam's Club?" tebak Jinyoung salah satu alisnya menukik ke atas. Ada rasa bosan dalam dirinya setiap menghadapi sang istri yang benar-benar susah diatur. Apakah tandanya ia sudah menyerah?
Pria kepercayaan Jinyoung itu hanya mengangguk. "Telpon dan suruh Hwagi pulang, Choi Youngjae! Jika tidak bisa dihubungi aku akan menjemputnya paksa." Pemuda bermarga Choi itu langsung menuruti perintah Jinyoung yang kini telah meninggalkannya menuju lantai dua.
***
Suara sorak kemenangan kembali mengisi ruang pengap berukuran lumayan luas. Berbarengan dengan suara musik yang membuat gendang telinga hampir pecah, seorang pria berdiri di atas meja mengangkat botol anggur dan berteriak, "Selamat untuk kita yang telah mengalahkan anggota tim Wang!"