فصبر
Sebab kita tidak pernah tahu, kejutan apa yang telah Allah rencanakan, di ujung jalan berliku yang disebut 'kesabaran'
_AyatSuci_Putar lagu sedih favorit kamu🌸
Udah?
Langsung aja go go.
.
.Malam. Hawa dingin ac masih terasa menusuk di kulit ku, ditambah gemerincik hujan menimpa atap-atap rumah. Berisik, seperti suara jatuhnya batu krikil. Lampu sudah ku padamkan, menambah kesan bahwa semesta pun sedang bersedih.
"Ya Allah. kenapa mereka jahat banget sih!. Hujan... Hujan, bahkan sangat tahu bahwa aku sedang ada masalah, terutama membuat ku sedih dan seolah dia memberi ku rasa iba!" gerutu ku
Saat ini. Dibawah guyuran hujan disertai awan gelap, ku baring kan tubuh ini diatas kasur king size yang dibaluti seprei berwarna pink senada dengan baju yang ku kenakan. Aku tarik selimut menutupi tubuhku sebatas leher.
Belum ku pejamkan mata ini. Pikiran ku tertuju pada cita-cita yang aku mimpikan sejak dulu "Dokter". Mata ku mulai panas memberi sensasi berbeda saat ini.
Dewasa nanti aku ingin menjadi seorang dokter. Namun, waktu ini begitu lama untuk ku dekati. Seperti jalan raya yang tiada hentinya berbelok arah, lurus, menanjak juga menurun dan semua itu perlu kewaspadaan tentunya. Itu di dunia. Bahkan di akhirat kelak kita akan melewati jalan yang lurus, tentunya dengan tantangan tertinggi.
Mimpi ini seakan menjadi menyata didepan mata ku sendiri. Tetapi, untuk mengingatnya saja membuat ku sakit hati. Bahkan, lebih sakit dari goresan kertas A4 yang pernah mengenai kulit ku.
"Aku akan melindungi mu saat kau terluka bu... Aku akan Mengobatimu dikala kau sakit... kelak, jika aku sudah menuntaskan pendidikan doktoral itu. Hari itu Akan ku ungkap semuanya untuk mu bu... Kali ini aku butuh dukungan dan do'a mu untuk mewujudkannya..." Gumam ku
Selimut ini ku erat kan dan ku tutup mata ini. Semoga hari esok lebih baik dari hari ini.
***
Cklek
Aku belum sepenuh nya pergi ke alam mimpi. Suara decitan pintu kamar ku terdengar. Seseorang masuk kesini? Selarut ini? Sosok itu menghampiri ku dan duduk dibibir kasur tepatnya disebelah kanan kepala ku. Tangan nya yang hangat mengusap kepala dan bahu ku dengan penuh kasih sayang. Keadaan mataku masih terpejam dan aku tidak tahu siapa yang ada didekat ku ini.
"Naz... Nazwa bangun dulu bentar", ibu. Itu suara ibu, dia mengguncangkan bahu ku untuk bangun
"Ada apa bu?"
"Tolong bukain hp ayah kamu dong, ibu penasaran isi-nya"
"Aa-aku ngantuk banget bu... Ntar aja ya" gelagap ku
"Yah... Ya udah deh kamu lanjut tidur lagi" pasrah ibu
Sepertinya ibu kecewa atas ucapan ku barusan. Akhir-akhir ini ibu mulai mencurigai hp milik ayah. Apalagi ibu tidak diizinkan main hp, karena ayah melarangnya.
Semakin kesini, aku banyak beralasan ini itu pada ibu. Lalu, ibu bangkit dari tempat ku meraba mencari knop pintu dan menutup nya."Maaf... Maafin nazwa bu, nazwa nggak mau ibu tahu soal ayah dulu..., kalau pun ibu akan tahu nantinya. Tapi... Nazwa nggak bakalan sanggup lihat ibu Menangis..." lirih ku.
Tanpa di sadari air mata ini tumpah. Bibir ku bergemetar. Aku mengigit bibir bagian bawah ini. Hati ku terenyuh sudah. Aku tidak bisa membendung tangisan ini. Ku tutup wajahku dengan bantal, agar tangisan ini tidak terdengar. Suara sesegukan yang keluar dari mulut ku beriringan dengan suara hujan yang semakin lama semakin deras diluaran sana.
Terimakasih Ya Allah... Engkau telah memberikan hujan didunia ini. Karena nya, aku menyadari bahwa aku bersedih tidak sendirian. Melainkan dengan mu... Hujan, tetaplah dengan ku dan setelah kau pergi berilah semangat pada ku dengan pelangi mu, walau... hanya sesaat, tapi aku menikmatinya.
____________________________________
Assalamualaikum reader's
Gimana dipart ini? Dapet sedih nya nggak?
(mata auto sampe berembun ngetiknya 😢)
Kasih semangat nazwa nya dong🌸
Ajak temen" kamu buat baca cerita ini ya. Biar ada temen ngobrol gitu 😊
Jangan lupa di voment ya chingus, kenapa? Karena =
Bye bye
감사합니다
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bertemu lagi di part selanjutnya👐
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...