Punya banyak pertanyaan, tetapi mulut selalu berkunci tak mau membuka diri. belum tepat atau butuh waktu sesaat?
_Nazwa_Semoga selalu lancar terus ya semuanya,
Sok ah dilanjut bacanya
Go go
.
.
.Sepekan sudah aku berdiam diri dirumah. Jelasnya aku bukan diam saja yang pasti bantu ibu bersih-bersih mencuci piring, ngepet, eh maaf typo ngepel maksudnya plus nyapu dan banyak lagi. Minggu pagi ini aku putuskan untuk pergi ke perpustakaan. Untuk apa? Yang jelas membeli buku-buku yang akan aku pelajari nanti modal Google aja kurang lengkap.
Aku sudah rapih mengenakan kerudung pashmina Ceruti berwarna hitam, mengenakan kaos putih dibaluti blizer motif kotak-kotak hitam, celana jeans yang tidak terlalu ketat berwarna biru lusuh dan sepatu nike putih ditambah kaos kaki hitam, tidak lupa dengan ransel.
Aku melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Aku tidak sendiri aku mengajak Ainun, Setia dan Didi dari kelas sebelas IPA dua. Aku akan berangkat dengan motor matic ku sendiri menjemput Ainun dan ketemuan Dengan Ainun dan Didi disana.
"Udah rapih aja mau kemana kamu Naz?"
Aku melirik kearah kak Sen yang tengah berbaring menonton si kembar dari Malaysia. Bukan anak kecil saja yang menonton film-film itu bahkan yang udah tua aja masih suka, padahal tiap nayanginnya episode yang sudah-sudah.
"Mau keluar nyari buku kak, kenapa?, Mau nitip sesuatu?"
"Nyari buku itu di perpus bukan diluar emang diluar ada apaan? Kakak nitip ..., apa ya? Pop es rasa coklat topingnya permen karet sama seblak yang pedes ya" ucap kak Sen yang masih menonton televisi.
"Kamu udah mau berangkat Naz? Pulangnya jangan kesorean, masker mana? Pake awas kalo nggak dipake sama jaga jarak ya, kalo ada orang bersin jauhin aja, jangan ngebut hati-hati bawa motornya pelan aja yang penting selamat sampai tujuan ya sayang" ceramah ibu tanpa jeda. Aku sudah terbiasa dengan ibu yang suka peringatin aku segala sesuatu misalnya seperti barusan.
"Siap delapan enam bu. Mana uangnya kak? Terus pesenan nya chat aja ke aku, aku sering lupa soalnya" aku menyodorkan tangan kearah kak Sen.
"Di kamu aja dulu kakak males ambil kekamar nanggung nonton sibotak nih hahaha bego banget sih hahaha ...."
Aku mendesah kesal kalau kayak gini ujung-ujungnya aku yang traktir kak Sen pastinya. "Bilang aja nggak mau modal ngeluarin duit, cepetan sini uang aku pas buat beli buku doang" bohong ku, karena aku tidak mau buang uang dengan percuma apalagi ini pesen ini itu tapi nggak mau bayar.
"Nggak ah pake uang kamu aja dulu" kekeh Kak Sen yang masih menatap layar televisi.
"Bilang aja mau geratisan dasar nggak modal, Bu aku berangkat dulu ya takut Ainun nungguin Assalamualaikum" Aku langsung menyalami tangan ibu dan Kak Sen.
Cukup menghabiskan lima belas menit untuk untuk sampai dirumah Ainun. Aku mematikan motor dan membuka kaca helm tampak Ainun berdiri dengan cemberut. Memakai celana jeans potongan cutbray sepatu Converse bermotif bunga dari jidi yang bertuliskan wannaone, baju motif bunga lengan panjang dan kerudung pashmina Ceruti berwarna navy.
"Lama banget sih Naz! Pegel tau nunggunya"
"Gue udah cepet dan tepat waktu kok! Lo nunggu jam berapa emang?"
"Gue udah siap dari jam sembilan-an, kenapa emang lo nggak tepat tau nggak!" Ketus Ainun sambil melirik kearah jam tangannya.
"Pake dulu tuh helm. Hahaha salah lo aja gue ngasih tau jam sepuluhan jemputnya ngapain lo nunggu jam sembilan, pantesan gue liat dari kejauhan tu anak kasian bener duduk sendiri kayak yang bingung nyari alamat ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...