Playlist X1 I will be for you 🎶
"Baik buruknya sebuah kondisi, tergantung dari cara pandangnya diri kita sendiri. Sebab terkadang pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tidak kita sukai"
_Ayat suci_
.
.
.Motor sudah ku masukkan ke garasi. Dengan langkah kecil aku mengetuk pintu dan masuk, "Assalamualaikum Nazwa pulang"
Belum ada sahutan. Aku melangkah menuju ruang tengah mungkin semuanya sedang berkumpul."Waalaikumsalam, udah puas mainnya? Cepet cuci tangan ganti baju sekalian mandi ya" ucap ibu yang keluar dari kamarnya. Aku hanya mengangguk dan pergi kekamar.
Matahari sudah terbenam bersamaan dengan suara adzan Maghrib. Aku mengambil Al-Quran dan membacanya hanya lima belas ayat saja daripada tidak membacanya bukan?. Aku menunggu waktu Isya sebentar. Daripada berdiam tak menentu aku menggapai handphone diatas meja belajar. Aku membuka Instagram dan mengetik kata quotes di kolom pencarian.
Aku membaca quotes yang orang lain posting intinya "kita harus berhati-hati terhadap seseorang yang hatinya sudah Kita sakiti" tertera jelas di katanya lebih baik segala sesuatu tidak dibicarakan kepada orang lain sebaiknya lebih dibicarakan langsung kepada Allah dengan cara berdoa. Aku menarik kesimpulannya bahwa Allah lah yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya.
Suara Iqomah dimesjid sudah terdengar. Memasuki waktu Isya aku langsung shalat dan berdoa semoga esok kelak kebaikan selalu bersama keluargaku. Setelah selesai aku keluar kamar.
Bu Najwa udah pulang belum sih?
Udah dari tadi
Teriak kak Sen dari kamarnya. Ngapain cari aku segala?. Aku menghampiri ibu dan ayah diruang tv. Saat aku duduk otakku langsung tertuju pada ucapan Kak Sen "kakak pesen pop ice rasa cokelat topingnya per...."
Tuh kan, beneran kelupaan pesenannya. Bodolah, dia juga nggak nanyain ini. Tatapan ku mengitari ruangan ini ibu sudah pergi ke kamarnya sedangkan ayah ..., aku melirik sekilas, aku mencoba merenggangkan tubuhku keatas sedikit menyamping kearah ayah yang masih berkutik dengan handphone miliknya.
Tangan ku sudah mengepal dibawah sana. Tidak salah lagi pikiran ku. Ayah masih berkomunikasi dengan wanita itu!.
Hatiku kembali sesak. Aku bangkit dan melangkah gontai menuju kamar. Namun, langkah ku terhenti saat Kakak ku berdiri didepan pintu kamarnya. Untuk saat ini aku tidak mau berbicara dahulu. Setiap hari aku merasakan ini. Hanya aku seorang didalam rumah ini yang tahu kebohongan dibalik seorang pria yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Naz bentar, pop ice sama seblak punya kakak mana? Kakak ketiduran lama nungguin kamu dari tadi nggak datang-datang".
Aku hanya mampu menggelengkan kepala. "Kelupaan kak".
"Kok lupa sih? Kakak udah chat kamu lho!"
"Nggak tahu, udah ya Najwa mau masuk dulu"
Aku langsung masuk dan mengunci pintu. Nafasku tersengal-sengal dalam situasi seperti ini aku tidak mau membuka mulut sedikitpun. Tubuhku masih bersandar dipintu aku dapat mendengar suara Kak Sen kenapa sih tuh anak-anak sedih Mulu hidupnya. Gimana aku tidak sedih!, Coba kalian rasakan semua sakit ini. Apa kalian akan bersikap gembira atau bahagia?. Mungkin hanya orang yang sakit jiwa yang merasakan sedih tetapi gembira dan bahagia.
Aku membaringkan kan diri. Sinar lampu sudah aku matikan, kini hanya ada sinar rembulan yang menembus kekamar ku melalui jendela. Setiap malam kelam ini aku hanya bisa menangis sambil memeluk guling merapatkan selimut juga menyetel lagu X1 yang judulnya i Will be for you.
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...