Bismillahirrahmanirrahim. Tarik nafas dulu sedalem dan sepanjang pohon toge.
Langsung aja selamat menikmati
Go go
.
.
.Matahari mulai merangkak menuju peraduan, semakin tenggelam meninggalkan tangga-tangga siang yang sudah menghilang.
Adzan magrib usai berkumandang. Setelah selesai shalat, aku menoleh ke ayah yang akan membuka ayat suci Al-Quran. Masih mengenakan mukena berwarna pink tanpa bunga atau gambar yang lain, aku merangkak kesamping-Nya.
"Yah ngaji bareng lagi yuk, mumpung ayah ada dirumah," ajak ku sambil mengguncangkan lengan ayah
"Ayo, ambil dulu Al-Qur'an-Nya. Sekalian kak Riyal sama kak Sen ajak ya." suruh ayah, sedangkan ibu berada di dapur bergelut dengan pekakas dapurnya.
Dengan secepat kilat aku berlari ke kamar. "Kak riyal ayo ngaji bareng ayah," "kak sen ayo ngaji bareng ayah." teriak ku ke setiap kamar.
"Loh ko kamu sendiri? Mana kaka-kaka kamu? Nggak turun?" lontar ayah
Aku hanya menggelengkan kepala "nggak tau, nggak pada nyahut cuman kak Riyal lagi ngurus berkas, kalo kak Sen sibuk ngerjain tugas kuliahnya" ucap ku, sambil duduk dan membuka Al-Qur'an "berdua dulu aja yah," ayah hanya mengangguk
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
قل اعوذ بر ب الناس....A'udzubillahiiminassyathonirrajimi
Bismillahirrahmanirrahim
Qul a'udzubirrabbinnasi ....Setelah membaca Al-Quran Surat An-nas, ayah menerangkan artinya dan ilmu tajwid nya.
Selain menjadi seorang Ayah di keluarga kami, ayah ku kerjanya ngurus akreditasi sekolah dasar ( menilai sekolah). Selain itu mengajar mata pelajaran fiqih dan ahlaq, ya kalo dirumah ngajarin belajar ngaji. Seperti barusan.
"sudah waktunya makan, naz panggil kakak-kakak kamu, suruh kebawah buat makan" teriak ibu dari ruang makan yang menata alat makan dan lauk pauknya.
Aku bergegas naik ke atas, "Kak Sen turun, ayo makan" Panggil ku pada ka Sen yang berada dikamar. Giliran ke kak Riyal, kakak yang paling ngeselin. "Kak mak...," knop pintu aku dorong lumayan kencang, tanpa ku pikir seseorang berada dibalik pintu itu.
Dugh
"Akhh..., anjir sakit! Buka pintu itu pelan-pelan dong naz! Sakit nih pelipis kakak, awas kalo muka aku yang ganteng ini jadi biru!" keluh ka Riyal masih memegang pelipis kanan nya
"Ups..., nggak sengaja kak. Siapa suruh berdiri didepan pintu!"
"Terserah kakak lah, pintu kamar kakak juga kamu tuh yang salah nyelonong buka pintu bukan nya diketuk dulu. Korbannya jadi wajah kakak nih!" geram Kak Riyal. Ngeselin kan? Aku menghela nafas
"Kok jadi bahas pintu sih kak! Cepetan turun disuruh bunda makan ih" kesal ku, langsung pergi dengan menghentakkan kaki.
"Cie marah" ucap Kak Riyal menyusul ku dari belakang
"Tau ah, kakak ngeselin banget sih jadi orang!" protes ku langsung duduk di kursi meja makan. Sudah ada semuanya, ibu melihat ku sekilas karena sibuk mengambil lauk pauk untuk ayah dan kak sen.
"Ri, udah dong jangan ganggu adik kamu terus. mau makan, nonton kerjaan nya ganggu mulu kurang kerjaan aja kamu" tegur ibu, aku menjulurkan lidah ke kak riyal.
Semua fokus pada makanannya yang hampir habis, sedangkan makanan ku masih setengahnya.
"Lambat banget sih makannya, kaya siput aja. Kakak dong cepet" ucap Kak Sen sambil mengusap perutnya yang sudah kenyang.
"Bihahin, hapain mahan cepet hayak hengah makan hatu buhan haja" ledek ku yang mulut penuh makanan yang belum ditelan.
"Ngomong apa sih? Kalo mau ngomong makanannya Telen dulu bege" balas Kak Riyal yang akan bangkit dari kursi.
"Biarin dari pada cepat-cepat, Korban tsunami saja nggak makan sampe segitu kali" ucap ku. Aku teguk air mineral. Glek glek glek. Lalu, aku tarik napas panjang.
"Jangan nyambung kaya kabel ya kak, aku ngobrol sama kak sen juga!" ujarku sewot.
"Biarin, kok kamu ngebas mulu sih ngomongnya. Herman tau nggak?"
"HERAN KAK. Heran. Bukan herman, udah gede bilang gitu aja susah! Anak paud aja bisa"
Suasana hening. Ibu ayah sudah pergi ke ruang tv. Disini hanya aku, kak Sen dan kak Riyal.
"Apa sih de, kakak nanya ke kamu, tau nggak si herman? Bukan nyebut heran. Tuh kan siapa sih yang bener" tanya kak Riyal yang langsung duduk kembali. Sedangkan Kak Sen malah sibuk nyemilin gorengan.
"Siapa sih, aku nggak tau juga emang siapa coba"
"Kamu nggak tau beneran de?" kak Riyal mulai berdiri kembali "masa sih nggak tau?" tanyanya kembali
"Ya emang gak tau, emang kakak kenal?" tanya ku sedikit kepo. Herman siapa sih?, temen-temen ku nggak ada tuh yang namanya herman. Aku menaikan alis saat kak Riyal akan membuka mulut.
"Sama nggak kenal, siapa si herman itu bikin pusing aja" aku melotot tak percaya.
Ini kesekian kalinya kak Riyal mengerjaiku. Rupanya dia emang hobi bikin aku kesel. Kak Riyal cukup puas dengan balasan ku, ia berlari menghindari amuk ku yang dari tadi sedang aku tahan.
"Apa! Mau ketawain aku heh?!" ngebas ku pada Kak Sen yang sedang mencuci tangan.
"Kata siapa?" jawabnya melewati ku,
"Barusan aku bil...,"
"Nggak nanya wlee" balasnya dengan menjulurkan lidah.
Seumur-umur, aku selalu diusulin sama Kak Riyal Dan Kak Sen. Tapi, itu membuat suasana dirumah menjadi rame nggak sepi. Inilah nasib anak perempuan satu-satunya, sekali diusilin ketergantungan.
Albert Einstein pernah berucap, dan masih teringat di memori ku. Gini katanya.
"hanya ada dua cara hidup. Satu adalah menganggap tidak ada keajaiban, dan satu lagi menganggap semuanya adalah keajaiban."
Dan aku suka caranya yang kedua, memilih hidup dalam keajaiban. Salah satu keajaiban yang aku syukuri adalah aku punya keluarga, kakak, teman dan sahabat yang mengerti aku apa adanya. Dengan mereka, aku bisa tertawa, bingung, marah, sedih, belajar dan manut. Aku berharap, aku akan menemukan keajaiban-keajaiban lainnya bersama mereka.
Diatas dinding ruang keluarga, terpampang sangat jelas foto aku dan keluarga. Difoto lainnya ada aku yang masih kecil dan masing-masing foto kak dinar, kak riyal dan kak sen yang sedang wisuda TK. Tertulis sepotong kalimat diatas foto keluarga ku : my happy family.
____________________________________
Annyeong chingu's 🌸
Masih betah aja nih😁, jangan lupa share ya! Semangat belajarnya yang rajin juga, pada daring kan sekarang? Atau ada yang nggak?
Tetap jaga kesehatan aja yak😊
Ada yang mau disampein ke mereka
Nazwa
Kak riyal
Kak sen
Ayah
Ibu
Herman
Aku
Atau ke temen deket kalian
.
.Kamsahamnida 🌸
Bye-bye dipart yang akan datang
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...