"Orang yang sukses bukan selalu orang yang pintar. Tetapi, orang yang sukses adalah orang yang gigih dan pantang menyerah.
Thanks Friends
Jangan menyesal karena sesuatu yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan"
_Nazwa_
.
.
."Nazwa pulpen gue lo umpetin dimana ih" teriak Ainun yang tengah mencari pulpennya.
"Pulpen seribuan juga" balasku. Ainun sudah mengobrak abrik isi tas ku.
"Biarin, cepetan balikin tugas matematika gue belum kelar tau" kesal Ainun menggebrak meja.
Aku hanya cengengesan saja melihat tingkah Ainun yang sibuk mencari pulpenya. Ia tidak tau kalo pulpennya aku umpetin di tasnya sendiri. Tatapan ku teralih kearah Dimas, ia berpura-pura mencari barang yang hilang.
"Nazwa buku matematika gue dimana? Balikin gak, gue belum selesai tugasnya keburu gurunya dateng nih" Rengek Dimas berkeliling ke setiap kolong meja.
"Nggak tau, gue lupa lagi umpetinnya"
"Gimana sih, cepet balikin nggak!" teriak Dimas yang sudah kesal.
Kebiasaan ku kalau sudah berada dikelas, aku selalu jail. Seperti inilah umpetin barang orang sampe mereka kesel sendiri.
"Nazwa sepatu gue sebelah lagi kemana? Itu kan baru beli" Teriak Sulli yang hanya memakai satu sepatu kanan.
Entah kenapa aku suka banget isengin mereka, padahal tidak semua temen-temen ku jail. Bukannya tidak ada kerjaan, ya ini kerjaan ku saat disekolah sesekali butuh hiburan bukan dalam perjalanan hidup ini?. Sedih boleh, kesal, marah, bahagia. Tapi, semua itu ada batasnya. Aku tidak mau larut dalam kesedihan yang berturut-turut.
"Sulli Dimas Ain. Kalian berisik banget sih! Bukan ngerjain tugas malah teriak-teriak, dikira hutan kali ya?" Teriak Sulthan, ia kesal tugasnya terganggu karena kebisingan mereka.
"Salahin Nazwa bukan gue, siapa suruh umpetin sepatu" Ketus Sulli seraya menghentak-hentakan kakinya.
"Lah gue disalahin pula?" Ucapku yang tengah fokus dengan tugas.
"Terus siapa lagi? Kan situ yang suka iseng" Balas Dimas yang sudah pasrah mencari bukunya.
"Sulli matanya pake buat ngeliat apa? Sepatu lo tuh digantung diatas pintu, nggak liat?" Timpal Radit menunjuk sepatu Sulli yang tergantung diatas pintu.
"Yah, parah lo Naz. Ambil nggak?" Perintah Sulli menghampiri ku.
"Nggak, gue masih ngerjain tugas nih" Kekeh ku yang aku saja malas untuk mengambilnya.
Sulli berlari keluar mencari sapu atau semacamnya yang bisa buat turunin sepatu itu. Aku hanya terkekeh begitupun Sulthan dan teman ku yang lainnya. Jika masih ada cara gampang mengapa harus cari jalan yang susah? Bangku kelas kan ada, kenapa susah?.
"Ah, akhirnya ketemu. ternyata lo dari tadi ngumpet disitu? Gue capek main petak umpet, eh lo malah diem disini" Ucap Ainun yang berhasil menemukan barang kepemilikannya. Pulpen seribu bertuliskan zoyko.
"Lo sehat ngobrol sama benda mati?" Ucap ku sekilas. Ainun hanya mengerucutkan mulutnya. Berkomat-kamit entah berbicara apa, yang jelas aku tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...